PETIR SI ENERGI MAUT
TANTANGAN MENULIS HARI KE-5
PETIR SI ENERGI MAUT
Dari sore tadi langit gelap. Cuaca yang berbeda menandakan akan segera turun hujan. Bada maghrib hujan turun dengan derasnya. Tiba-tiba petir mengelegar di tengah derasnya hujan. Aku selalu takut jika hujan turun diiringi dengan petir. Aku secara refleks menutup telingaku jika terdengar petir menggelagar. Saking takutnya, alat-alat rumah tangga yang kira-kira berdaya listrik yang tinggi segera kumatikan. Bahkan anak-anak kularang memainkan gawainya kala hujan deras yang diiringi petir karena banyak peristiwa yang kudengar tentang orang-orang yang tersambar petir dan penyebabnya. Anak-anakku pun menuruti laranganku.
Mungkin perasaan takut ini disebabkan beberapa peristiwa yang terjadi pada orang-orang yang dekat denganku dan diriku sendiri. Jadi, ada semacam momok bagiku jika hujan turun dan diiringi petir. Memang, dari info yang pernah kubaca, petir bermuatan listrik. Jangankan benda yang memang kena sambarannya, benda di sekitar sambaran pun bisa bermuatan listrik.
Peristiwa pertama yang terjadi, saat aku masih tinggal di Perumnas. Saat itu hujan dan petir terdengar membelah angkasa. Walaupun saat itu masih siang, namun yang namanya “petir” tetap merupakan hal yang menakutkan bagiku. Tak lama setelah bunyi petir yang sangat kuat tersebut, terdengar bel rumahku berbunyi tanpa henti. Segera aku ke ruang depan untuk melihat, siapakah gerangan yang datang saat hujan sederas itu. Ternyata tidak ada seorang pun yang berdiri di pintu.
Aku sudah dapat menyimpulkan, penyebab bel di rumahku berbunyi tanpa henti itu adalah pengaruh dari kilatan listrik yang bersamaan dengan terdengarnya bunyi petir yang sangat kuat tadi. Bunyi bel yang tiada henti itu kubiarkan saja karena takut masih ada energi listriknya jika aku segera menanganinya. Malamnya kudengar beberapa televisi tetanggaku tersambar petir. Aku masih beruntung, yang terkena hanya bel rumahku dan untungnya masih bisa diperbaiki.
Dua tahun kemudian, aku dan keluargaku pindah ke tempat tinggalku yang sekarang. Saat siang, rumahku sepi karena memang dalam keadaan tidak berpenghuni. Ya karena semua pergi, ada yang sekolah dan kerja. Hujan turun deras. Petir menyelingi derasnya hujan. Tiba-tiba terdengar bunyi petir yang sangat kuat.
Pulang dari sekolah, aku baru menyadari akibat petir yang sangat kuat itu ternyata menyambar televisi di rumahku. Televisi memang tidak sedang ditonton, namun masih terhubung ke stop kontak listrik di dinding rumah. Ya….saat itu, aku lupa mencabut kabel stop kontak televisi. Aku dan keluarga baru menyadari kalau televisi di rumah tersambar listrik saat malam itu mau menonton acara di televisi.
Hal yang kualami ternyata tidak sebanding dengan yang dialami tetanggaku beberapa bulan setelah kejadian di rumahku. Kali ini malah sangat menyeramkan akibat yang ditimbulkan oleh sambaran petir itu. Awalnya aku tidak percaya karena hanya mendengar cerita dari tetangga saja, tapi ketika kubertamu ke rumah tetanggaku yang rumahnya terkena sambaran petir itu barulah aku percaya. Akibat yang ditimbulkan oleh sambaran petir itu sangat menakutkan. Beberapa alat rumah tangga seperti televisi dan magic com, kulkas milik tetanggaku benar-benar terbakar. Magic com-nya dalam kondisi hitam dan bagian luarnya melepuh. Yang lebih parah, keramik di dapurnya pecah dan terlepas dari bangunan dasarnya. Namun, Tuhan masih melindungi keluarga tetanggaku itu karena pada saat kejadian mereka memang sedang tidak berada di rumah.
Peristiwa berikutnya yang membuatku semakin takut bila mendengar bunyi petir adalah yang menimpa siswaku Sujarmi. Kali ini bukan hanya benda yang menjadi sasaran dari sambaran petir itu. Nyawa orang tua siswaku pun ikut melayang karena si “energi maut” ini
Senin pagi itu, udara masih terasa dingin akibat hujan deras semalam. Aku tetap semangat ke sekolah. Ntah … rasa rindu bertemu dengan wajah-wajah polos muridku selalu saja ada. Wajah yang selalu gembira tanpa beban.
Seperti biasa, Senin pagi kebiasaan di setiap sekolah adalah penanaman karakter menghargai negara dan pahlawan selalu dilakukan melalui kegiatan upacara bendera. Saat akan mengikuti kegiatan upacara bendera di sekolah, kudengar kabar yang mengejutkan. Sujarmi, siswa kelas VIII tidak sekolah hari ini karena ayahnya meninggal dunia. Yang lebih mengejutkan lagi, ayahnya meninggal dan rumahnya terbakar.
Berita tentang Sujarmi ini memang mengejutkan. Seluruh warga sekolah menaruh simpati dan langsung mengadakan pembacaan doa untuk almarhum ayah Sujarmi. Kegiatan belajar tetap dilaksanakan seperti biasa, guru-guru tetap melaksanakan tugasnya di kelas. Guru-guru secara bergantian takziah ke rumah Sujarmi karena kegiatan pembelajaran tetap dilaksanakan seperti biasanya.
Betapa iba dan prihatin kami melihat kondisi rumah yang terbakar. Banyak orang yang berdatangan ke rumah itu. Tangis Sujarmi pecah ketika melihat guru-guru dan teman-temannya datang. Aku hanya dapat memeluknya erat dan memintanya untuk sabar dan tawakal.
“Sabar…Jarmi, ini sudah kehendak-Nya,” kataku berusaha menghiburnya.
“Apa sebab ayahmu meninggal Jarmi?” Tanya Bu Ani.
“Bapak tadi malam sedang mendengarkan acara di radio, Bu,” kata Sujarmi. “Bapak menghubungkan kabel radio ke saluran listrik televisi.” Lanjut Sujarmi.
Tangis Sujarmi pecah. Airmatanya tak terbendung kala ingin melanjutkan kata-katanya kembali. Aku bisa merasakan kesedihan yang dialaminya. Kehilangan orang yang disayangi dan kondisi rumah yang terbakar merupakan cobaan yang begitu berat yang dialami oleh anak sekecil itu.
Petir memang menakutkan. Energi listrik yang dikandungnya sangat besar dan merupakan energi maut yang bisa memangsa benda-benda yang disambarnya. Wajar saja jika hujan dan diiringi petir maka dianjurkan untuk menghindari sambaran petir. Meskipun pada umumnya petir akan menyambar tempat atau struktur bangunan yang lebih tinggi, tetapi berada di tempat yang terbuka dan luas juga memungkinkan untuk tersambar petir. Apalagi jika tempat terbuka dan luas tersebut dipenuhi genangan air.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar