SRI WAHYUNI

Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 22 Batanghari, Jambi. Mengajar sejak 1 Desember 1995....

Selengkapnya
Navigasi Web
KUE KUBANG BOYO
kue kubang boyo

KUE KUBANG BOYO

TANTANGAN HARI KE-5

KUE KUBANG BOYO

“Ibu-ibu, silakan dicicipi kuenya,” kata Bu Diah saat kami akan datang menghadiri acara pernikahan putranya.

Selesai sholat zuhur pada Jumat itu, aku dan beberapa teman-teman di sekolah ke rumah Bu Diah. Kami berkumpul lebih dahulu untuk bersama-sama menuju ke rumah calon mempelai wanita. Sambil menunggu sampai semuanya berkumpul, sebagai tuan rumah bu Diah menyiapkan hidangan. Ada martabak yang dilengkapi dengan kuah kari, ada juga kue dan buah-buahan.

Salah satu kue yang dihidangkan adalah adalah kue kubang boyo. Nama yang unik dari kue yang disajikan itu membuatku penasaran untuk mencicipinya. Bentuknya juga unik karena kue tampak seperti memiliki sisik buaya. Disajikan dalam mangkok kecil dan ditambahkan santan kental, sehingga terlihat seperti seekor buaya yang sedang berenang.

“Namanya unik,” kataku sambil memotong kue dalam wadah kecil itu dengan sendok kecil.

Kue kubang boyo. Ada juga yang menamainya kue pak ipuk, kubang buaya,” kata bu Erma.

“Ada juga di daerah lain di Jambi ini yang namainya kue buaya berenang dan kue anak buaya,” tambah bu Erma.

“Asal jangan kue buaya darat saja,” kata Bu Rahmi sambil tertawa.

“Ini kue tradisional Jambi. Kalau bulan Ramadhan banyak yang menjualnya,” kata Bu Erma.

“Enak, Bu. Ada rasa gurih dan manis. Rasa gurih berasal dari santannya dan rasa manis dari intinya,” kataku setelah makan kue kubang boyo.

*****

Saat libur hari Minggu, sengaja kuajak anakku Sherina membuat kue kubang boyo ini. Kami membuatnya setelah aku selesai masak untuk makan hari itu dan beres-beres rumah. Jadi, walau ada kegiatan lain, pekerjaan yang memang menjadi agenda kerja hari Minggu tidak boleh diabaikan.

“Bahannya apa saja, Ma?” Tanya Sherina

“Bahannya hanya tepung ketan sebanyak 250 gram, 150 ml air, setengah sendok teh kapur sirih yang dilarutkan dengan air dua sendok.” Jawabku sambil meletakkan bahan-bahan yang diperlukan.

“Warna hijaunya pakai pasta pandan ya, Ma?” Tanya Sherina lagi.

“Iya, tapi sebenarnya lebih baik kalau menggunakan pandan asli. Selain warnanya yang alami, kuenya juga akan harum,” kataku.

“Jadi, kita pakai pasta atau pandan asli?” Sherina bertanya lagi.

“Kita pakai pasta saja, pandan yang ditanam papa kemarin sudah mati,” kataku. ‘Kita sebaiknya membuat intinya dulu.” Kataku lagi.

Segera kuambil kelapa parut yang tadi kubeli di warung dekat rumah. Lalu kumasukkan dalam kuali kecil.

“Kelapa parutnya hanya seperti itu saja ya, Ma?” Tanya Sherina yang melihat kelapa parut yang kumasak masih berwarna putih.

“Tidak, tunggu sebentar mama cari gula merahnya dulu. Mama mau menambahkan gula merah dan gula pasir, vanili dan setengah sendok makan tepung terigu,” kataku.

Selanjutnya kumasukkan bahan-bahan tersebut dalam kelapa parut yang sudah kumasukkan dalam kuali. Selanjutnya aku mulai membuat inti kue. Sekali-kali Sherina membantu mengaduknya.

Setelah inti kue selesai dimasak dan kelapa parut sudah tercampur rata dengan gula merah dan bahan lainnya, kami mendiamkannya dahulu agar inti kue menjadi dingin. Kemudian kami melanjutkan membuat kue kubang boyo. Mula-mula kami membuat kulitnya. Caranya, kami campur pasta pandan dengan air dan kapur sirih. Lalu kami aduk rata. Selanjutnya campuran air tadi dicampurkan dalam tepung ketan. Tambahkan air sedikit demi sedikit dan mengaduknya dengan tangan.

“Sampai kapan adonannya bisa dibuat kue kubang boyo, Ma?” Tanya Sherina tak sabar.

“Sebentar lagi. Kalau adonan tepung ketan yang diberi air ini sudah kalis,” kataku.

“Kalis itu apa, Ma?” Tanya Sherina yang memang belum tahu arti kata itu.

“Adonan sudah kalis, kalau adonan itu sudah dapat dibentuk dan tidak lengket lagi,” jawabku.

Setelah adonan kalis, kami membentuknya bulat-bulat dan mengisinya dengan inti kelapa yang telah dibuat tadi. Selesai diisi, kue ditekan bagian atasnya dan dibentuk agak memanjang.

Sementara aku menyelesaikan membuat kue kubang boyo, Sherina menyiapkan 500 ml santan encer yang ditambah setengah sendok teh garam dan satu setengan sendok makan tepung terigu.

“Aduk santan hingga rata,” kataku.

“Sudah, Ma,” jawab Sherina.

“Kalau sudah, tolong olesi wadah itu dengan minyak,” kataku sambil menunjuk sebuah wadah tahan panas yang telah kusiapkan untuk mengukus kue kubang boyo.

“Nah….kue kubang boyo-nya sudah selesai dibuat. Sekarang kita harus mengukusnya.” Kataku setelah selesai mengisi adonan dengan inti.

“Kita susun kuenya dalam wadah yang sudah dikasih minyak ya,” kataku sambil memberikan contoh cara menyusunnya pada Sherina.

“Jika sudah selesai, masukkan santan dalam wadah tadi, dan barulah kita bisa mengukusnya,” kataku lagi.

Kue kubang boyo yang sudah diberi santan kemudian dikukus kira-kira lima belas menit. Setelah masak, santan yang ada dalam wadah akan mengental.

“Sepertinya enak kuenya, Ma,” kata Sherina ketika melihat kue masak.

“Enaknya dimakan dingin,” kataku.

Kemudian kue kubang boyo dibiarkan sampai dingin.

“Enak, Ma.” Kata Sherina saat makan kue kubang boyo.

“Kapan-kapan kita buat kue yang lainnya ya, Ma.” Lanjutnya lagi.

****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post