JIKA SEKOLAHKU TERKENA BANJIR
TANTANGAN MENULIS HARI – 6
JIKA SEKOLAHKU TERKENA BANJIR
Kamis, 30 Januari 2020 pagi, cuaca saat itu cerah. Beberapa hari sebelumnya, hujan terus turun membasahi bumi Serentak Bak Regam, Kabupaten Batanghari - Jambi. Ada banyak reaksi ketika hujan turun. Sebagian orang akan merasa senang karena kebun dan lahan pertaniannya tidak kekurangan air. Hujan juga akan membuat cuaca yang panas menjadi sejuk. Sebagian lagi akan merasa sedih karena hujan turun terus menerus pertanda rumahnya bakal kebanjiran. Berarti mereka harus bersiap-siap menjaga jangan sampai perabot rumah mereka terendam banjir.
Perasaan senang dan sedih tentu juga dialami sebagian siswa di sekolah tempat kubertugas. Mereka cemas air akan melimpah, menimbulkan banjir dan mengganggu aktivitas sekolah. Sebagian lagi siswaku juga ada yang merasa gembira bila banjir terdampak di sekolah ini.
Semula dari halaman depan sekolah tidak ada ada tanda-tanda banjir sudah terdampak di SMP ini. Hal itu disebabkan karena hal pertama yang wajib dilakukan setibanya ASN ke tempat tugas yaitu wajib presensi dulu. Aku segera melakukan presensi dengan aplikasi SIKEPO. Jika tidak melakukan presensi, maka diriku dianggap tidak hadir melaksanakan tugas. Karena jadwalnya sudah jelas, presensi tidak boleh melebihi jadwal kehadiran pagi dan pulang tidak boleh sebelum jadwal maka presensi tidak boleh tidak dilakukan.
Sukses melakukan presensi dengan aplikasi SIKEPO, segera aku menuju ruang guru. Nah… saat itulah kulihat air sudah mulai terdampak ke halaman dalam sekolah. Sekolah ini memang sangat luas. Gedung sekolah dibuat panggung karena sekolah ini sering terkena banjir. Saat itu air sudah menggenangi halaman dalam karena halaman ini lebih rendah dari halaman lainnya. Jadi, jika hujan halaman dalam inilah yang akan terkena banjir duluan.
“Wah…sudah kena banjir halaman dalam sekolah kita.” Kataku terkejut ketika melihat halaman dalam sudah banjir.
“Iya, Bu. Hujan terus menerus beberapa hari ini,” kata Pak Alirman yang masih mengangkat-angkat gawainya untuk melakukan SIKEPO.
“ Air sungai juga sudah tinggi Bu, sudah terlihat dari pinggir jalan.” Kata Bu Nel.
“Semoga saja tidak hujan lagi sehingga sekolah kita tidak kena banjir besar.” Kata pak Alirman.
“Kalau banjir, anak-anak sekolah ini malah berenang di sini, Bu.” Kata Bu Nel.
“Pernah juga banjir sampai menggenangi ke ruang belajar, Bu. Padahal sekolah kita sudah dibuat panggung,” kata Pak Alirman.
“Berbeda halnya kalau air surut, biasanya akan ada banyak ikan di halaman sekolah ini.” kata Bu Elin sambil mendekati kami yang sedang memperhatikan genangan air di halaman dalam sekolah kami.
“Iya, pernah juga SMP kita panen ikan dadakan, Bu” lanjut Bu Elin.
“Setiap guru dapat satu kilo ikan mudik.” Lanjut Bu Elin lagi.
“Ikan mudik itu apa?” tanyaku yang belum mengenal dekat daerah Kabupaten Batanghari.
“Ikan mudik adalah ikan yang adanya setelah banjir. Biasanya ukurannya yang kecil-kecil seperti ikan seluang dan ikan lambak.” Jelas Bu Elin.
“Biasanya kalau banjir siswa banyak mengambilnya. Siapa saja siswa sekolah ini dibolehkan mengambilnya.” Kata Pak Alirman
“Wah…gratis dapat lauk ya.” Kataku sambil tertawa.
Bel panjang berbunyi nyaring. Kami yang tadinya sedang melihat-lihat halaman sekolah yang tergenang air segera membubarkan diri dan mengambil perangkat mengajar kami masing-masing.
Sabtu, 01 Februari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren bu, salam kensl jgnnlupa baca2 juga tulisan saya ya bu, tks
Mksh pak,