JANGAN LAKUKAN BODY SHAMING
TANTANGAN MENULIS HARI KE-22
JANGAN LAKUKAN BODY SHAMING
Saat istirahat, guru-guru umumnya berada di ruang majelis guru. tapi istirahat kali ini terbagi karena dua orang siswa datang ke kantor dengan wajah yang kusut masai. Guru piket segera mendekati.
“Ada apa nak sehingga kamu berdua berkelahi?” Tanya Bu Maria.
“Dia ngejek saya Bu. Katanya saya gendut, banyak makannya” Kata Dwi.
“Ghazi, apa benar yang dikatakan Dwi?” Tanya Bu Maria kepada Ghazi.
Ghazi hanya diam.
“Ghazi kamu mengapa mengejek Dwi? Kalau ejek-mengejek begini kan akhirnya jadi berkelahi. Lain kali Ghazi tidak boleh begitu ya, Nak.” ujar Bu Maria.
“E…anak-anak ini padahal sudah saya nasehati, Bu Maria. Jangan suka mengejek-ngejek kawannya.” Kata Bu Anita yang merupakan wali kelas 9C.
“Kemarin kan di kelas, Devi diejek juga oleh Guruh. Katanya Devi gendut. Kalau pun kalian tahu teman kamu gendut jangan pula kamu mengejeknya. Itu sama saja dengan membully kawan atau perundungan.” Lanjut Bu Anita.
“Kalian tidak dengar atau nonton berita tentang seorang laki-laki yang membunuh teman kerjanya karena sering diejek kalau dia gendut. Padahal memang benar, laki-laki itu gendut. Jadi janganlah kamu mengejek soal tubuh kawanmu. Sekilas ringan, tapi akibatnya fatal. Contohnya kasus yang ibu sebut tadi.” Kata Bu Anita lagi.
Kasus yang dialami oleh siswa kelas 9C atau kasus yang diceritakan Bu Anita kepada siswa 9C yang mengejek tubuh temannya ini adalah salah satu contoh kasus perundungan atau yang sering juga disebut dengan istilah body shaming. Body shaming ini adalah perundungan yang bersifat verbal. Perundungan verbal adalah intimidasi yang melibatkan kata-kata, baik yang tertulis maupun terucap. Perundungan secara verbal meliputi menggoda, memanggil nama yang tidak pantas, mengejek, menghina bahkan mengancam.
Mengomentari penampilan fisik seseorang sering juga terjadi di media sosial. Netizen dengan mudah melecehkan, menghina atau menjadikan kondisi fisik seseorang sebagai jadi lelucon. Komentar-komentar tentang fisik seseorang yang awalnya tidak ada maksud-maksud tertentu, dapat menjadi kasus body shaming. Kalimat seperti ini kadang tidak kita sadari akan membekas di hati orang mendapatkan kalimat ini. Padahal bisa saja kalimat itu dimaksudkan untuk menunjukkan sikap empati kepada orang tersebut.
Contohnya:
“Wah, kamu langsing ya sekarang,” sementara teman kamu badannya tidak langsing.
“Kok kamu makin kurus sih,” sementara dia tidak tahu penyebab orang tersebut kurus.
Body shaming adalah perilaku menjelek-jelekkan penampilan orang lain, atau membanding-bandingkan kondisi fisik seseorang dengan orang lain. Tidak hanya dari dari orang lain, perlakuan body shaming juga kadang berasal dari diri kita sendiri, yaitu ketika kita memberi label atau komentar negatif kepada penampilan fisik kita.
Misalnya : “Aku tidak ikut, badanku kan gendut.”
Jika seseorang dibanding-bandingkan kondisi fisiknya tentu akan menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan pada orang tersebut. Ia akan merasa malu pada kondisi tubuhnya dan merasa bentuk tubuhnya perlu diperbaiki. Korban body shaming ini akan berusaha dengan berbagai cara untuk menurunkan berat badannya yang akhirnya berakibat fatal pada kondisi kesehatannya.
Pelaku body shaming juga akan menerima dampaknya. Ia akan menganggap dirinya langsing dan tidak perlu menjaga berat badan. Akibatnya, pelaku bisa saja mengalami kenaikan berat badan. Ada pula yang berusaha diet ketat agar tetap terjaga berat badannya.
Nah, berikut ini adalah beberapa cara untuk mengurangi perasaan malu setelah menerima perlakuan body shaming.
Berlatih untuk mensyukuri kondisi diri sendiri, caranya kita harus fokus pada hal-hal yang positif dalam diri kita, rasa syukur pun akan tumbuh, sehingga kita dapat menerima dan mencintai diri sendiri.
2. Menyadari dan menerima kekurangan pada diri sendiri
3. Menciptakan inner supporter, yaitu dengan menanamkan kata-kata penguat bagi diri sendiri secara berulang-ulang, misalnya “saya cantik”, “saya seksi” “cara berjalan saya anggun,” dan lain sebagainya.
4. Mengubah pola pikir terhadap diri sendiri,
5. Selektif terhadap pesan di media sosial, pilihlah akun yang menampilkan ajakan atau penerimaan yang menerima, menghargai dan mencintai diri sendiri.
Biasanya, orang yang merasa malu dengan bentuk tubuh atau kondisi fisik lainnya akan menghindari tampil di depan orang banyak. Hal ini nantinya akan mengganggu pergaulannya, prestasi bahkan kreativitasnya. Jadi, kalau seseorang menjadi korban body shaming, cara mengatasinya hanya dengan rasa percaya diri dan bangga dengan diri sendiri. Sebaliknya, jika seseorang itu sering melakukan tindakan body shaming, berhentilah. Jika tindakan body shaming tetap dilakukan, dampak negatif akan terjadi pada korban maupun pelaku body shaming itu sendiri.
Muarabulian, 18 Februari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar