HACKER
TANTANGAN MENULIS HARI KE-81
HACKER
Tiba-tiba saja gawaiku berdering saat aku sedang menemani adik iparku makan di meja makan. Segera anakku Naufal membawa gawaiku, “Ma, telepon,” katanya.
Kubaca nama yang tertera di layar gawaiku, Anita 22.
“Assalamualaikum Bu, ibu di mana?” suara Bu Anita mengawali percakapan.
“Di rumah,” kataku.
“Benar ya ibu yang baru saja kirim info di facebook ibu ” Tanya Bu Anita.
“Saya belum buka facebook hari ini. Dari kemarin saya tidak bisa membuka akun facebook saya,” jawabku.
“Tampaknya akun facebook ibu sudah diretas orang Bu. Ibu di situ mengatakan bahwa ibu baru dapat handphone dengan harga murah. Saya komen juga bu. Saya bilang, “Mantap Bu, boleh lah kami ikut juga promonya,” kata Bu Anita.
“Jadi, bagaimana ya?” Tanyaku bingung, tidak bisa berpikir lagi setelah mendengar info yang mengejutkan ini.
“Saya yakin itu bukan Ibu karena caranya membalas komentar beda dengan ibu. Takutnya banyak orang yang tertarik dengan info itu dan mereka tertipu, Bu.” Kata Bu Anita lagi.
“Saya memang dari kemarin tidak bisa buka facebook saya. Minta tolong Bu Anita infokan ke facebook, bagi yang berteman dengan saya jangan percaya info itu karena facebook saya itu sudah dihacker orang yang tak bertanggung jawab.” Kataku.
“Baik Bu, saya infokan secepatnya. Semoga tidak ada korbannya ya Bu, Assalamualaikum” kata Bu Anita mengakhiri percakapan kami.
“Terima kasih Bu, Waalaikum salam,” jawabku.
Segera anakku Sherina membuka akun facebookku. Memang di postingan terakhirnya ada informasi bahwa aku baru saja dapat handphone mahal dengan harga hanya 1 juta rupiah. Anakku lalu mencoba inbox ke facebookku. Dari percakapannya di inbox didapatkanlah nomor handphone/WA yang bisa dihubungi. Sherina lalu menelepon ke nomor tersebut. Aku dimintanya untuk bicara dengan orang yang dihubungi. Aku tak mau. Masih gugup. Lalu gawaiku diserahkan kepada adik iparku. Ternyata seorang laki-laki pemilik nomor handphone itu.
Ketika percakapan sudah menanyakan siapa orang tersebut, mengapa menggunakan akun facebookku, laki-laki di seberang menjawab tidak tahu. Mungkin dia jawab begitu karena suara adik iparku sudah sangat kuat ketika bertanya demikian. Apalagi suamiku ikut gantian bicara di telepon itu, maka tak lama kemudian handphone pun langsung mati. Coba ditelepon lagi, tidak diangkat dan sudah diblokir.
Anakku pun tak habis akal. Ia minta pertemanan dengan akun facebookku. Pura-pura tertarik ingin ikut promo. Tak menunggu lama, akun facebookku langsung inbox menawarkan promo tersebut. Anakku Sherin lalu menanyakan kebenarannya. Untuk menyakinkan, tak lama kenudian orang yang sudah menguasai akun facebook-ku mengirimkan gambar sertifikat pendirian toko yang sedang promo, dilengkapi foto KTP dan NPWP pemilik toko, Di KTP itu tampak pemiliknya seorang wanita, Berbeda dengan nomor yang kami hubungi dengan nomor yang diberikan, seorang laki-laki. Jelas, ini adalah penipuan.
Akhirnya, anakku membuka jati dirinya, bahwa ia adalah anak dari Sri Wahyuni, pemilik akun facebook ini. Sherina juga mengatakan di inbox itu, cara kakak yang salah, janganlah merugikan orang lain. Tak sampai satu menit setelah ia mengunggah komentarnya di inbox, pemilik akun facebook-ku langsung memblokirnya.
Kemudian kami mencoba membuka facebookku. Tapi sudah diblokir semua, sehingga kami tidak tahu aktivitas facebookku yang sudah dihacker atau diretas orang tak bertanggung jawab ini.
“Bu, tampaknya facebook ibu sudah diblokir. Saya coba membuka facebook ibu tidak bisa. Padahal koneksi internet lancar,” chat Kartina yang juga tahu kalau akun facebooku dihacker.
“Iya sama, anak-anak mau buka lagi akun-nya tidak bisa lagi,” jawabku.
“Berarti setelah ini mama tidak bisa facebook-an lagi di facebook yang sudah diretas ini ya?” tanyaku pada Sherina.
“Mama masih ingat tidak nama akun, email dan password facebook mama ini?”
“Masih,” kataku sambil menyebutkan yang diminta anakku.
“Kalau ingat, kita bisa ambil lagi akun facebooknya. Kan sudah ditinggal orang yang meretas tadi sehingga semua orang tidak bisa melihat facebook itu lagi,” jelas Sherina.
“Mama maunya tetap dengan facebook yang lama karena sudah banyak kenangan dan kegiatan menulis mama dengan akun itu.” Kataku yang tidak mau buat facebook baru.
“Aman…kami bisa kok,” kata Sherina yang sedang bersama Naufal.
Kedua kakak beradik ini berupaya agar akun facebookku dapat kembali ke mamanya lagi. Sherina sibuk mengotak-atik gawaiku, sedangkan Naufal sibuk melihat youtube langkah-langkah mengatasi akun-akun yang diretas/dihacker.
“Nah, alhamdulillah akhirnya bisa juga. Sherina gitu lho…,” kata Sherina begitu ia selesai dan bisa membuka kembali akun facebook-ku dengan password yang baru.
“Coba kita lihat siapa-siapa yang inbox.” Kata Sherina lagi.
“Wah, banyak juga yang inbox dan tanya-tanya khusus dengan hacker itu,” ujar Sherina ketika melihat banyaknya percakapan di inbox facebook-ku.
“Jawablah, beritahu kalau yang tadi jawab itu bukan mama,: kataku yang masih shock pegang handphone.
‘Jadi mulai sekarang, akun facebook mama harus sering-sering diganti password-nya agar tidak mudah dihacker/diretas Ma,” kata anakku Naufal.
“E…nak, mama dak sempat mau urus itu, nak. Nanti lupa password ujung-ujungnya sama saja, tidak bisa dibuka,” kataku.
Kejadian yang terjadi pada Rabu, 15 April 2020 ini menjadi pembelajaran bagiku bahwa harus tetap waspada. Media sosial dengan akun pribadi yang kita miliki bisa saja dicuri orang. Kita juga harus memahami bagaimana teman kita di facebook atau media sosial lainnya karena setiap individu memiliki ciri khas dalam berbahasa di media tersebut. Bahkan ada teman yang sudah curiga ketika melihat gambar di postingan itu. Di gambar yang di posting, tampak tangan yang memiliki kuku-kuku panjang. Sementara yang ia tahu aku tidak pernah berkuku panjang.
Kita juga harus mewaspadai jika postingan dari teman-teman kita di media sosial yang tidak lazim. Walaupun orang itu adalah seorang yang punya pengaruh, terkenal, dapat dipercaya, namun jika yang dipostingnya beda dari kebiasaannya maka kita jangan percaya. Kadangkala orang yang ikut berkomentar menanggapi info dan menyatakan bahwa benar yang diposting itu adalah anggota tim peretas. Hal itu menjadi pembelajaran juga bagiku untuk selektif menerima pertemanan. Ini bisa kusimpulkan karena orang yang menanggapi info yang diberikan adalah benar, juga berteman denganku di facebook.
Muarabulian, 16 April 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar