Sri Utami

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Touring Sehari ke Nepal van Java
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Touring Sehari ke Nepal van Java

Sebenarnya keinginan untuk melihat Nepal van Java itu sudah lama, sejak lokasi tersebut di ekspos ke media sosial. Namun sepertinya banyak halangan untuk mewujudkan keinginan itu dikarenakan banyak hal, seperti PPKM, lokasi tutup untuk sementara, musim hujan, tidak ada temannya dan lain-lain sehingga mengakibatkan keinginan itu tertunda-tunda terus. Kesempatan itu akhirnya datang pagi hari tadi, saat suamiku menanyakan apa acaraku di hari Sabtu ini. Ketika aku jawab tidak punya acara di hari Sabtu ini, langsung dia menawarkan rencana gilanya.

Suamiku akan naik sepeda dari Mijen Semarang, sampai ke Magelang, lalu aku menyusulnya dan ketemuan di alun-alun kota Magelang. Dari sana nanti bareng-bareng ke Nepal van Java. Sepertinya tawarannya menggoyahkan imanku. Aku tidak langsung menjawab dan suamiku berpamitan untuk berangkat gowes. Suamiku memang goweser, dia hobi bersepeda hingga ke mana-mana. Semarang – Prambanan, Semarang – Magelang, Semarang -Bantul, Semarang – rumah Jogja terus naik sampai tempat mbah Marijan, Semarang _ Jepara, Semarang – kebun teh Pagilaran Batang, sudah dia tempuh bareng sama teman-temannya atau kadang sendirian. Jika sudah hobi, seseorang tidak akan peduli dia mengayuh sepeda ada temannya atau tidak. Single pun tak masalah, nggenjot sepeda jalan terus. Jam 05.50 dia sudah berangkat keluar rumah menaiki sepedanya. Dia tidak sarapan, hanya menyecap kopinya beberapa teguk saja.

Aku menulis pesan di whatsapp, mengajak teman geng-ku untuk berolah raga di danau dekat rumahku yang pemandangannya cantik, udara bersih dan segar yang biasanya memang kami kunjungi untuk berolah raga. Tapi si Elli bilang akan pergi ambil jahitan dan si Erry bilang sudah berada di danau dengan suami dan anak-anaknya. Waah… mereka ternyata sudah punya acara sendiri. Akhirnya kuputuskan untuk menyusul suamiku saja. Aku telepon suamiku mengabari jika aku akan menyusulnya di Magelang. Suamiku mengiyakan dan janjian ketemu di alun-alum magelang jam 11 siang. Dia menyuruhku berangkat dari rumah jam 09.30 karena aku bawa mobil jadi lebih cepat. Itu estimasi waktu yang dihitung suamiku supaya nanti bisa bareng ketemu di alun-alun Magelang.

Karena masih pagi, aku berniat olah raga dahulu sebelum menyusul ke Magelang. Kubawa mobilku ke danau setelah berganti mengenakan celana training dan kaos olah raga. Tanpa teman geng-ku itu aku bisa berlari 2x putaran mengelilingi danau atau sekitar 3 km dan 1x jalan cepat mengelilingi danau, jarak yang aku tempuh itu sekira 4,5 km. Lumayanlah bisa berkeringat. Setelah selesai aku masih melakukan peregangan dan latihan otot-otot tangan dengan melakukan push up semampuku. Dengan tanganku bertumpu pada bangku kayu yang ada di tepi danau, aku bisa push up 11x, dengan harapan tidak hanya kakiku yang langsing tapi lenganku juga ikut mengecil, karena bagian tubuhku perut keatas sungguh mengerikan. Lemak berlipat-lipat khas emak-emaklah. Kapan ya bisa langsing? Kayaknya hanya harapan kosong.

Selesai olah raga aku pulang dan tidak berniat masak, karena aku sudah membuat ungkep ayam yang aku taruh di kulkas. Anak-anak tinggal nggoreng kalau mau makan. Sudah jam 08.30. aku mengambil selang air dan mulai menyirami tanaman-tanamanku supaya tidak kekeringan. Setelah itu kusiapkan pula baju ganti untuk suamiku dan juga alat mandi karena nanti di sana biar dia bisa segar setelah mandi dan ganti baju. Selesai mempersiapkan apa yang harus aku bawa, aku juga langsung mandi, ganti baju siap-siap berangkat.

Sudah jam 09.50 aku berangkat dari rumah. Aku sudah membayangkan, pasti aku telat nih untuk sampai magelang, karena janjiannya jam 11.00 dan aku baru berangkat jam 09.50 menit. Tidak mungkin satu jam lewat sepuluh menit aku bisa sampai Magelang. Dengan mengucap bismillah dan doa, aku berangkat menuju Magelang dengan harapan bisa ke Nepal van Java. Benar juga, baru sepuluh menit berkendara, suamiku sudah menelpon, menanyakan aku sampai mana. Lah… barusan berangkat sudah ditanya sampai mana. Rupanya dia sudah sampai di alun-alun Magelang. Aku menyuruh suamiku untuk istirahat dan makan-makan dulu di warung atau di mana karena perjalananku masih lama. Benar juga, ada kemacetan di Ungaran dan di Bawen. Satu jam lewat lima belas menit perjalanan aku baru sampai Bawen. Suamiku menelpon lagi mengabarkan jika dia sudah mengirim google map untuk panduanku di mana dia menunggu. Aku berusaha fokus menyetir dan berusaha secepatnya untuk bisa sampai di alun-alun Magelang. Ternyata aku sampai di Magelang sudah jam 11. 10 menit dan tak kutemui suamiku di alun-alun Magelang. Kubuka map yang dia kirimkan ke aku, ternyata dia sudah menjauh lagi beberapa kilometer dari alun-alun menuju arah rute Nepal van Java. Sambil bersungut-sungut, aku menelpon suamiku, kenapa janjiannya batal di alun-alun, sehingga membuatku menyetir terus tidak berhenti. Suamiku bilang, dia sudah berada di rute jalan menuju Nepal van Java.

Akhirnya sampai juga aku bertemu suamiku yang sudah menunggu cukup lama. Kuhentikan mobil di kiri jalan, berseberangan dengan warung tempat dia makan. Rupanya dia berhenti di jajaran ruko-ruko seperti pasar dan kios-kios yang baru selesai dibangun. Bahkan sepertinya ada bagian yang belum jadi. Suamiku menghampiriku dan mengambil baju ganti dan juga alat mandi yang aku jadikan dalam sebuah tas. Suamiku mandi di kamar mandi umum yang ada di sana dan kembali ke mobil sudah rapi dengan celana jeans dan kaos berkerah yang kubawakan untuknya. Sepedanya dituntun menyeberangi jalan menuju kearahku, lalu dimasukkan ke mobil kecilku setelah roda depannya dilepas dan jok kursi belakang direbahkan. Mobilku ini hanya cc nya hanya 1000, dan selama ini aku nyaman memakainya untuk berangkat pulang kerja Mijen – Simpang Lima. Akhirnya aku pindah ke kursi di samping sopir dan suamiku menggantikan aku mengemudi.

Petualangan menuju Nepal van Java dimulai. Kubuka google map, dan kubaca perjalanan masih sekitar 39 menit. Suamiku mengemudi dengan tenang dan aku berusaha menghilangkan kedongkolanku akibat dia merubah titik temu itu. Udara mulai terasa dingin dan jalanan yang mula-mula datar mulai menanjak. Dan tanjakannya itu tak ada hentinya, dengan elevasi ringan sampai yang berat. Keadaan menjadi lebih sulit ketika jalan menjadi sempit, tidak rata, masih berbagi dengan para petani yang membawa sayuran atau pupuk atau saat berpapasan dengan warga lokal atau pendatang yang juga ingin ke Nepal van Java. Dan, saat berpapasan dengan dua orang bocah perempuan yang menaiki sepeda motor, mobil kecilku harus berhenti di jalanan menanjak, akhirnya benar-benar mobilku tidak kuat lagi untuk naik. Dah… menyerah.. suamiku harus meminggirkan mobilku agar tidak mengganggu mobil atau kendaraan lain yang lewat. Dengan dibantu beberapa penduduk lokal, mobilku bisa naik mencari tempat parkir yang agak lebar supaya tidak mengganggu pengguna jalan yang lain. Aku yang tadi turun dari mobil, harus jalan kaki naik untuk sampai di tempat mobilku parkir. Wuih… aku yang biasa jalan kaki atau jogging saja nafasnya kempis-kempis ketika jalan hanya beberapa puluh meter tapi dengan elevasi yang tajam. Wah.. luar biasa ekstrim jalan menuju Nepal van Java.

Nepal van Java adalah sebutan untuk sebuah desa yang terletak di sekitar Gunung Sumbing. Tepatnya di dusun Butuh, Desa Temanggung kecamatan Kaliangkrik kabupaten Magelang. Desa ini sepertinya berada di salah satu puncak bukit yang ada di sekitar gunung Sumbing, dengan ketinggilan 3371 mdpl. Wow… pantaslah jika mobil dengan cc kecil ngos-ngosan untuk naik kesini. Desa ini sebagian besar masyarakatnya sebagai petani sayuran dan kulihat sepanjang jalan, tanaman onclang, sledri, sawi, lombok dan lain-lain tampak tumbuh subur. Petaninya rajin-rajin karena kulihat tidak ada sejengkal tanah yang kosong tak tergarap. Di lereng-lereng bukit itu tampak susunan terasering tanaman menyuguhkan pemandangan yang cantik. Subhanallah…

Dua orang pengendara motor berhenti mendekati mobil kami dan menanyakan kenapa kami berhenti. Karena aku tidak mau membuat sengsara mobilku, akhirnya aku dan suami minta tolong mereka untuk mengantarkan kami naik ke Nepal van Java. Dengan membonceng trail, sampailah kami ke pintu masuk Nepal van Java. Dari dekat kulihat nyata rumah-rumah tingkat sederhana dengan pagar pagar di pinggirnya Nampak berjajar-jajar. Hampir semua bangunan bentuknya sama seperti itu. kotak-kotak, bertingkat dan ada pagar semen di pinggirnya sebagai pengaman. Sampai di sana, pengunjung ternyata penuh. Entah dari mana saja. Berkah bagi masyarakat sekitar, karena banyaknya pengunjung berarti perputaran uang di situ pasti lebih cepat dan tentu menguntungkan masyarakat sekitar karena membuka peluang untuk mendapatkan uang dari berjualan sesuatu di situ. Aku turun dari motor dan tukang ojeknya bilang akan menjemput kami satu setengah jam lagi. Aku mengangguk mengiyakan. Suamiku memberikan uang kepada salah satu tukang ojek itu. mereka tampak sangat berterimakasih.

Kami mulai masuk dan ambil beberapa foto dengan spot terbaik yang bisa kami dapatkan. Tapi banyaknya pengunjung membuat sangat sulit untuk mendapatkan view bagus seperti yang aku harapkan. Sambil melangkah berjalan berdesakan atau bersisihan dengan pengunjung lain, aku mencari tempat sholat. Sudah jam 2 siang dan aku belum sholat dhuhur. Aku berniat menjamak sholat jika nanti bertemu masjid. Akhirnya pada sebuah mushola kecil kami berhenti hendak sholat. Namun kran air wudlu tidak mengalir akhirnya kami ditunjukkan ke masjid yang besar tapi tempatnya lebih naik lagi. Jalan menuju masjid itu hanya sekira satu setengah meter dan menanjak terus. Tapi warga sekitar ada juga yang bisa naik dengan mengendarai motornya. Mungkin karena mereka sudah terbiasa, jadi enak saja mereka membawa motor naik-naik untuk sampai ke rumah masing-masing. Sudah kulihat Menara masjidnya yang ternyata besar. Subhanallah… di tempat ketinggian seperti itu, bisa membangun masjid yang lumayan besar adalah seuatu banget. Amazing! Mendekati depan masjid, tiba-tiba kabut datang menghampoiri, sehingga apa yang ada di bawah sana tidak Nampak sama-sekali. Hanya ada kabut putih yang menutupi pandangan. Hawanya juga mendadak menjadi dingin. Kutanyakan pada seorang pedagang bakso plastikan, apa setiap hari berkabut? Katanya, biasanya pagi hari kabutnya datang. Namun ternyata kali ini kedatanganku disiang hari membuat kabut datang diluar kebiasaan. Aku wudlu di tempat wudlu wanita dan suamiku menungguiku karena dia membawakan mukenaku. Setelah aku selesai, kami naik dan ketemu tempat wudlu pria. Tak kulihat pintu masuk masjidnya sebelah mana, karena di sekitar situ hanya seperti selasar bersemen disamping tempat wudlu pria. Setelah aku bertanya, ternyata untuk masuk masjid harus naik ketangga yang aku hanya melihat bagian bawahnya saja. Jadi tidak tampak olehku. Aku berjalan duluan menuju tangga setelah melepas sepatuku. Kutinggalkan suamiku yang masih berwudlu, karena dia bilang aku disuruh sholat duluan. Ketika naik tangga menuju pintu masuk masjid, wow… aku berdiri di ketinggian dengan pandangan bebas kearah manapun di depanku. Namun sayang, kabut menghalangi pandanganku sehingga akupun tak bisa melihat pemandangan apapun yang ada di depan atau di bawah tempatku berdiri. Ku temukan pintu masjid dan akupun masuk.

Begitu masuk, aku melihat bahwa yang kumasuki adalah tempat sholat wanita karena ruangannya lebih kecil sedang disebelah sepertinya ruangannya lebih besar. Antara ruangan yang kumasuki dan ruang sebelah dibatasi oleh kain tebal berwarna abu-abu seperti gordyn sehingga bisa di buka atau ditutup pada relnya. Kulihat ada celah sedikit pada gordyn di depanku. Aku hanya melihat sekilas dan kupikir pasti di depanku tempat imaman. Maka aku mulai sholat dengan niat menjamak qosor sholat dhuhur dan ashar sekalian. Selesai salam, kulihat suamiku sudah berdiri di samping pintu tepat aku masuk tadi dan melihatku lalu tersenyum.

“mama sudah selesai sholat?”

“Ya sudah. Sekalian mama menjamaknya pah,” jawabku. Suamiku tertawa.

“mah, mamah sholatnya menghadap selatan.” Katanya.

“Hah? Masak sih?” tanyaku.

“Itu lihat, imamannya di sana.” Kata suamiku menyibak gordyn dan memang kulihat aku salah arah kiblatnya. Waduh! Yaa… akhirnya aku mengulang lagi sholatku.

Dan… selesai sholat aku masih foto-foto di depan masjid. Merasakan basahnya lantai karena kabut datang membawa molekul air di dalamnya. Kusyukuri aku bisa sampai di tempat itu, meski tidak bisa mendapatkan gambar dengan view bagus seperti yang kuharapkan, namun pengalaman sampai di tempat itu tentulah akan menambah pengalaman mbolangku. Semoga lain kali aku bisa dolan ke tempat yang amazing di seluruh penjuru Indonesia. Aamiin.

Mijen, 11 September 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap reportasenya bu

11 Sep
Balas

Terimakasih bu

16 Sep

Terimakasih bu

16 Sep

Terimakasih bu

16 Sep



search

New Post