Parutan Kelapa
Hari ini adalah hari Jumat Kliwon, hari yang menyeramkan kata sebagian orang karena konon kabarnya hari di mana setan-setan bergentayangan dari alamnya dan berkeliaran di alam manusia. Namun bagiku tidak, itu adalah hari weton suamiku. Bagi yang bukan orang Jawa mungkin tidak mengenal hari pasaran, karena yang diketahui mereka hanyalah hari Senin, Selasa sampai Ahad lalu kembali ke Senin lagi. Namun tidak bagi orang Jawa. Hari itu ada rangkapannya yang disebut hari pasaran. Hari pasaran ada Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi. Sehingga hari kelahiran seseorang itu penting dilihat juga karena itu akan menunjukkan sifat-sifat aslinya. Orang Jawa akan menyebutkan dengan lengkap hari lahir seseorang, misalnya Rabu Pahing, Minggu Legi, Jumat Kliwon dan lain-lainnya. Adat Jawa yang tidak bertentangan dengan ajaran agama masih berkembang saat ini. Dulu ibuku mengajarkan kebiasaan baik ini kepadaku, yaitu beresedekah di hari kelahiran anak-anaknya. Bersedekah tidak harus uang, tapi apapun bisa, semampunya. Ibuku suka membuat bubur merah putih atau nasi gudangan atau nasi uduk, dihari kelahiran anak-anaknya lalu dibagikan ke tetangga yang terdekat. Tentu saja dengan iringan doa yang baik-baik untuk anak-anaknya.
Kebiasaan ini karena aku rasa baik, aku teruskan juga sampai saat ini. Setiap hari weton suami atau anak-anakku, aku berusaha untuk membuat sedekah yang aku bagi-bagikan ke tetangga. Kadang-kadang aku membuat nasi gudangan atau nasi urap lengakap dengan lauk ayam, tahu, tempe, gereh, irisan timun dan krupuk. Lain kesempatan aku membuat nasi kuning dengan lauk ayam goreng, kering tempe, irisan tipis-tipis telur dadar, perkedel kentang, abon juga dengan lalapan timun dan krupuk. Kali yang lain aku hanya membuatkan nasi uduk dengan lauknya ayam goreng, kering tempe, telur dadar tipis-tipis yang kemudian diiris lembut, abon juga kerupuk. Tidak banyak-banyak aku membuatnya. Kadang 15 dos, kadang 20 dos, kadang aku menggunakan mika snack yang agak besar. Penerimanyapun ganti-ganti. Karena aku membuatnya tidak banyak, maka kadang aku membaginya ke tetangga yang berada di sebelah utara rumahku. Lain kali untuk tetangga yang berada di selatan rumahmu. Sebelah timurku tembok batasan lahan sekolah jadi tidak ada tetangga di sebelah timur rumahku dan di sebelah baratku masih kebon-kebon kosong milik orang-orang kota yang berinvestasi membeli lahan di desa tempat aku tinggal. Selain ke tetangga, kadang nasi dos itu aku bawa dalam mobil lalu kubagikan pada orang-orang di jalan yang kira-kira memang membutuhkan. Ada tukang becak, ada pemulung, ada kuli yang lagi bekerja, ada penjual koran dan seterusnya hingga nasi dos bawaanku habis. Kadangkala aku membawanya kesekolah, kuberikan kepada petugas kebersihan yang bertugas di sekolahku dan juga satpamnya. Bahagia rasanya bisa melakukan hal itu.
Hari ini aku berniat membuat nasi kuning untuk sedekah di hari kelahiran suamiku, yaitu Jumat Kliwon. Pagi-pagi aku kesekolah untuk presensi dulu, setelah itu ke pasar belanja apa yang kubutuhkan. Sampai di rumah aku langsung masak dibantu anakku. Aku mencuci ayam, lalu aku memasaknya diwajan dengan bumbu ayam goreng. Ungkep, istilahnya. Setelah bumbu meresap dan matang, maka tinggal digoreng sreng, matang lalu diangkat. Anakku mengiris tempe yang akan dibuat masakan kering tempe. Irisan lembut tempe itu digoreng dulu, lalu dibumbui pedes manis. Jadi menggunakan gula jawa yang manis. Anakku membantu juga membuat dadar telor yang tipis-tipis sehingga cantik sekali jadinya setelah diiris lembut. Terakhir aku harus memasak nasi kuning. Kelapa parut yang aku beli di pasar sudah siap untuk diperas dengan air diambil santannya. Tapi karena akan membuat nasi kuning, aku harus memarut kunir atau kunyit yang sudah aku goreng. Kunir yang sudah digoreng kemudian digunakan untuk membuat nasi kuning, rasanya akan lebih nikmat. Jadi kunir harus diparut dulu, lalu dicampur dengan kelapa parut dan kemudian ditambah air, diremas-remas lalu diperas, sehingga menjadi santan yang berwarna kuning. Inilah nanti yang akan menjadikan nasi bisa berwarna kuning dan menjadi nasi kuning. Setelah aku menggoreng kunir, maka aku mencari parutan kelapa yang biasanya aku letakkan di balik rak tempat aku menaruh segala macam bahan-bahan dapur. Aku punya 2 parutan kelapa yang masih dipakai. Parutan kelapa yang terbuat dari kayu dan parutan kelapa yang terbuat dari seng. Aku lebih suka menggunakan yang dari kayu. Aku berniat mengambilnya di tempatnya selama ini namun ternyata zonk. Tak ada. Aku buka semua laci-laci dapur barangkali ada yang memindahkannya. Nihil juga. Aku tanya anak-anak, adakah yang menyimpan atau memindah tempatnya, ternyata mereka semua bilang tidak tahu dan tidak pernah memakai. Putus ada aku jadinya, karena dicari disemua tempat yang “mungkin” parutan itu berada, hasilnya tetap nihil. Aku habis akal dan ku telpon suamiku
“Assalamualaikum..” suamiku menjawab panggilanku. Dia sudah berada di kantornya karena tadi pagi dia ikut kegiatan kesamaptaan di Polrestabes. Dia naik sepeda dari rumah ke Polrestabes yang berjarak sekira 20 km dan kembali naik sepeda juga menuju polsek kantornya.
“Waalaikum salaam.”
“Ada apa, mah?”
“Papah, mama mau nanya. Papah tahu nggak di mana parutan kelapa?” tanyaku tanpa dosa
“Lho…lho…lho… ndak salah nih? Masak parutan kelapa kok tanyanya sama papah?” jawabnya setengah menggoda
“Lha ini nggak ada”
“Nggaklah. Mana mungkin papa membawa parutan kelapa.”
“Maksud mama, mungkin papa memindahkan barang itu dari tempat biasanya,” kataku tak mau kalah. Suamiku hanya tertawa.
“Ngganteng-ganteng gini kok ditanyain parutan kelapa…” suamiku tertawa. Lalu terdengar suara-suara di belakangnya dan telpon di tutup. Gagal deh nasi kuningnya, akhirnya menjadi nasi uduk yang juga nikmat.
Mijen, 3 September 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren ulasannya
trmksh bu fit