Sri Utami

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kartu Mati (Bagian ke-3)
Sumber Gambar: https://id.wikihow.com/Berjudi-dengan-Peluang-Menang#/Berkas:Gamble-With-a-Chance-of-Winning-Step-12Bullet1.jpg

Kartu Mati (Bagian ke-3)

Mbak Nah sudah selesai mengerok punggungku sampai ke bawah. Sekarang dia mulai memijit tubuhku. Dimulai dari telapak kaki terus naik. Sesungguhnya telapak kaki itu pusat saraf “rasa capek” pada setiap orang. Orang kalau capek, telapak kaki akan terasa panas. Mbak Nah mulai memijat setiap titik telapak kakiku dengan menggunakan ruas jarinya yang ditekuk sehingga memberikan tekanan yang lebih kuat. Terasa nyaman sekali. Setelah itu dilanjutkan dengan memijit-mijit setiap ruas jari-jari kaki. Jika ada organ tubuh yang tidak beres, maka setiap ruas jari kaki yang dipijit itu akan memberikan efek rasa sakit yang sangat. Mbak Nah sudah tahu itu.

Aku biasanya ngantuk saat dipijit, tapi persoalan mbak Nah ternyata ikut membuat otakku tetap terjaga.

“Lha sebenarnya ada apa to mbak?” pancingku. Aku curiga sakitnya kemarin juga gara-gara kemarahan suaminya yang tanpa sebab itu. Kudengar mbak Nah menghela nafas panjang. Aku menunggu kalimatnya.

“Kemarin itu, pagi-pagi saat bangun tidur, tidak tahu sebabnya saat saya berjalan ke dapur, rambut saya dijambak suami bu.” Katanya pelan. Aku agak kaget tapi tidak memberikan komentar. “Setelah dijambak, leher dan bahu serta punggung saya dipukul.” Aku mulai geregetan mendengar ceritanya mbak Nah.

“Lha kenapa, mbak?”

“Lha saya juga tidak tahu bu.”

“Apa karena dia minta jatah malam mbak Nah tidak mau kasih.”

“Enggak bu. Malamnya tidak ada masalah apa-apa.”

“Lha kok pagi-pagi njambak rambut dan memukuli?”

“Lha itu bu, saya juga kaget dan tidak tahu kenapa dia berbuat seperti itu. Habis saya dijambak dan dipukuli, saya sempat terjatuh karena setengah dilempar oleh dia.”

“Terus mbak Nah diam saja?”

“Ya saya teriak supaya dia menghentikan pukulannya. Kaki dan lengan saya serta punggung saya sampai biru-biru bu, sehingga saya merasa sakit kemarin itu saat ibu datang ke rumah. Saya bertanya, kenapa dia memikul saya, tapi dia tidak menjawab. Saya sudah bosan dia memperlakukan saya seperti itu bu. Sebagai suami dia tidak cukup ngasih uangnya untuk keperluan keluarga, masih suka mukuli saya yang tanpa sebab.”

“Lha itu karena selama ini mbak Nah diam saja. Jadi dia merajalela seenak karepe dewe.” Kataku ikut jengkel.

“Kemarin saya beranikan diri untuk melawannya, bu. Saya katakan, saya akan minta visum dokter dan akan melaporkannya ke polisi jika dia masih memukuli saya lagi. Karena itu penganiayaan.”

“Baguuus. Dia bisa kena pasal KDRT mbak, kalau mbak Nah melaporkan ke polisi.” Kataku bersemangat. Jelas sebagai sesama perempuan aku ikut geregetan jika ada suami yang menganiaya istrinya.

“Tapi kali ini saya tidak lapor bu. Tapi saya mengancamnya akan melaporkannya ke polisi jika dia masih memukuli saya. Kemarin saya minta visum di puskesmas. Suratnya saya sembunyikan. Terus saya juga bilang sama suami, jika memang sudah tidak suka sama saya, saya minta dikembalikan ke orang tua saya. Lebih baik saya tidak punya suami jika hanya untuk dijadikan samsak tinju saja.”

“Terus dia bilang apa, mbak?” tanyaku bersemangat

“Dia diam saja bu. Tapi tadi malam dia bilang minta maaf.”

“Terus mbak Nah ya menerima permintaan maafnya?” tanyaku dengan gemas.

“Ya saya mengulangi dengan ancaman saya itu bu. Dia diam saja.”

“Dia memberi alasan kenapa menjambak dan memukuli mbak Nah?”

“Dia tetap diam bu, saat saya menanyakan itu .”

Aku diam memikirkan kalimatnya mbah Nah tentang suaminya. Kunikmati pijitan tangannya di punggungku. Suaminya yang tak ada manis-manisnya itu suka memukuli mbak Nah yang tanpa sebab. Selain itu juga dia pelit pada istrinya. Kalau tidak punya uang, dia tanpa beban bilang sama istrinya tidak punya uang sehingga mbak Nah yang harus mencari uang untuk belanja agar keluarganya bisa makan. Jika mbak Nah tidak punya pegangan uang, ya mbak Nah yang harus hutang ke warung atau hutang ke tetangganya. Tapi jika suaminya punya uang, mbak Nah ya hanya diberi untuk keperluan sehari itu. Aku pernah minta tolong jasa suaminya mbak Nah. Anak sulungku mau jendela kamarnya diganti dengan kaca. Jendelanya yang terbuat dari kayu yang disusun berkisi-kisi agar udara bisa leluasa masuk, minta diganti dengan jendela kaca sehingga sinar matahari bisa masuk kamar tanpa membuka jendela. Anak sulungku takut membuka jendela karena kadang-kadang ada serangga semacam walang masuk ke kamarnya. Selain mengganti jendela kaca aku juga meminta suami mbak Nah untuk memasang pintu lemari pakaian gantung. Lemariku terbuat dari kayu jati tua sehingga berat. Lemari pakaian itu terdiri dari lemari gantung tanpa pintu dan sebelahnya lagi ada pintunya untuk pakaian yang terlipat pada rak-rak di dalamnya. Nah, karena yang lemari gantung tanpa pintu, baju-baju yang tergantung seringkali menjadi kotor karena debu bisa masuk dan menempel pada pakaian sehingga aku meminta suaminya mbak Nah untuk memasang pintu kaca sliding. Setelah selesai aku membayarnya sesuai rinciannya dia, membeli bahan dan ongkos tenaga hampir 2 juta rupiah. Namun ketika keesokan harinya aku nanya mbak Nah, dikasih uang berapa setelah suaminya menerima bayaran dariku, mbak Nah bilang hanya di kasih 50 ribu rupiah. Waaa… luar biasa pelit dan luar biasa egois tuh suaminya. Uangnya dipegang sendiri untuk seneng-seneng sendiri, saat tidak ada, istrinya yang diminta untuk cari-cari sendiri atau ngutang sendiri.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren buk...

31 Aug
Balas

terimajasih pak m. Barid atas supportnya. salam sehat bapak

01 Sep
Balas



search

New Post