Berlari menjauh
Dalam keriuhan
Suaraku paling membelah langit
Tawa riang yang selalu menderai
Bersama udara yang tak pernah kosong
Tangan yang tak letih bergerak untuk kebaikan semua
Mulut yang tak henti berkata yang a adalah a dan b adalah b
Pemikiran yang terkuras agar semua terengkuh
Namun semua seperti asap
Tanpa bekas melenyap
Bersama keriuhan yang tiba-tiba senyap
Aku terdiam dalam kekosongan jiwa
Yang menyadarkanku betapa sungguh kepalsuan selalu menelikung kebenaran
Dan mulut mulut bergergaji sedemikian tajam merajam
Sangat kejam
Dalam sepinya malam
Mataku membasah merasakan kesakitan yang teramat sangat
Ternyata begini...
Kesadaran yang terlambat datang karena tertutup niat mulia
Aku sendiri...
Mungkin aku harus menenggelamkan diriku
Dalam kumpulan orang yang memilih untuk sendiri
Mijen, 31 Agustus 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Puisi keren
bu fitkah kmrn yang nulis habis terjatuh dari ketinggian ratusan?