TEMU KANGEN
TEMU KANGEN*
Catatan Syawal 1439 H_Oleh Sri Sugiastuti_
"Guyub rukun paseduluran saklawase" kalimat dalam bahasa Jawa ini artinya menginginkan keakraban rukun dan persaudaraan untuk selamanya. Tulisan tersebut saya baca di sebuah MMT yang terpajang di panggung Golden Resto Tanggal 20 Juni 2018. tema dari temu kangen sekaligus halal bihalal yang digelar oleh alumni SMK Cokroaminoto 1 Surakarta angkatan tahun 1992-1993.
Saya dan Pak Kanjeng bagian dari acara ini, yang digelar mulai pukul 10 WIB hingga selesai. Mengapa kami berada di acara tersebut? Jawabannya sudah bisa diterka bahwa Pak Kanjeng adalah salah satu wali kelas para alumni yang saat ini menggelar acara reuni. Lebih tepatnya temu kangen setelah 25 tahun mereka berpisah baru secara resmi bisa berkumpul lagi dalam keadaan sehat sudah beranak pinak dan sudah menjadi orang yang sukses banget atau setengah sukses.
Menurut pengamatan saya panitia pada hari ini sudah bekerja dengan baik dan cukup sukses menggelar acara temu kangen ini. persiapan mereka selama 1 tahun tidaklah sia-sia. Karena berdasarkan data yang mereka miliki jumlah peserta keseluruhan seharusnya 160 peserta dan yang hadir pada siang hari itu sekitar 130 peserta.
Ketelaten dan keseriusan panitia mendatangi teman mereka yang ada di sekitar Solo Karanganyar Sragen dan juga Boyolali. Sedangkan untuk yang di luar kota atau di luar Jawa media sosial menjadi sarana mereka membawa keberkahan. Alhamdulillah mereka semua kompak sehingga pertemuan pada siang hari itu sangat berkesan bagi mereka dan juga tamu undangan termasuk pak Kanjeng dan saya.
Di antara mereka ada yang sukses ada juga yang biasa-biasa saja, tapi di saat temu kangen berlangsung pembatas itu hilang dengan seragam kaos abu-abu biru tua bertuliskan "Temu Kangen 25 tahun SMK Cokroaminoto Surakarta Tahun 1992-1993." Tidak terlihat perbedaan di antara mereka. Sesaat mereka seperti siswa siswi SMK Cokroaminoto 1 Surakarta yang sedang mengadakan kegiatan tertentu. Padahal saat itu usia mereka sudah tidak muda lagi rata-rata mereka berusia 40 tahun keatas, karir sudah bagus. Kedewasaan dan kematangan dalam hidup juga terlihat.
Pak Kanjeng dan siswa-siswanya larut kembali ke masa lalu Masa ketika mereka masih menjadi siswa siswi di bangku SMK. Siapa yang sering terlambat, siapa yang tidak disiplin, siapa yang tukang ngobrol, siapa yang aktif di kelas termasuk juga siapa yang sering mabuk masing-masing mengaku dan mengingatnya kembali.
Begitu juga dengan Pak Kanjeng yang saat itu mempunyai nama keren, dengan sebutan Pak Raden ataupun sebutan Pak Baron Araruna. Kumisnya yang tebal melintang menjadi ciri khas Pak Kanjeng. Suaranya yang ngebass berkarisma sangat disegani oleh siswa siswanya. Maka ketika memberikan sambutan pun Kanjeng sempat bernostalgia dengan meminta salah satu orang untuk push-up di atas panggung. Tentu saja adegan ini membuat mereka ger-geran tertawa lepas mengingat masa lalu.
Dalam rangkaian acara temu kangen, selain diisi berbagai sambutan, solo orgen , ada juga sulap yang di tampilkan oleh salah satu peserta yang dulu adalah siswa yang cukup nyentrik dan memang sudah terlihat jiwa seninya. yang paling heboh ketika mereka naik ke atas panggung ada yang joget ada yang bernyanyi lagu Via Vallen yang sedang nge-hits yaitu yang berjudul Bojo galak dan Pikir keri, 2 lagu itu mampu membuat mereka asyik berjoget ria dan bernyanyi. Saya dan Pak Kanjeng sebagai penikmat cukup puas melihat dari kejauhan sambil senyam-senyum.
Ada yang membuat saya terkesan, yaitu ketika salah satu panitia membacakan doa duduk bersimpuh di atas panggung dengan menggunakan baju ala Dai. Ya saat ini ia memang salah satu Dai yang ada di Karanganyar. Tapi Pak Kanjeng dan teman-temannya masih ingat bahwa Ia adalah siswa yang sering mabuk dan sering membolos ketika masih jadi siswa SMK Cokroaminoto 1 tahun 19 92. Rupanya Allah menakdirkan ia menjadi seorang Dai yang cukup kondang di Karanganyar.
Setelah acara doa, ramah tamah dan dilanjutkan dengan makan siang acara hiburan dan pembagian door prize terus berlangsung hingga akhir. Pada intinya seluruh peserta mendapat door prize, dan door prize terbesar berupa sebuah TV Flat ukuran 32 inci. Tak lupa panitia juga memberikan tali asih kepada 6 orang guru yang mereka undang. Pak Kanjeng sangat terharu ketika menerima tali asih itu bukan karena wujudnya tetapi lebih pada perhatian mereka kepada Pak Kanjeng dan teman-temannya. Karena tali asih itu hanya berupa baju koko, satu set sprei dan kosmetik serbaguna untuk keluarga. Dan rezeki itu harus tetap disyukuri.
Memaknai kegiatan siang hari ini, membuka lebar wawasan tentang betapa pentingnya silahturahmi, saling menghormati dan saling mengajak dalam kebaikan. Itulah indahnya kebersamaan. Mereka ingin guyub rukun paseduluran saklawase.
_Bersambung_
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Allah menjamin surga bagi yang menjaga silaturahmi. Salam sehat dan sukses selalu, bunda. Barakallah.
Benar sekali Bu Nana..mari kita ajak keluarga dan teman untuk bersilahturahmi.