Aku Cinta Pasar Tradisional
Senin, 18 Desember 2027, kodratullah Allah gerakkan kaki kami menuju pasar tradisional Kalindo Banjarmasin. Tujuan kami kesana awalnya sekedar napak tilas puluhan tahun lalu ketika adik saya dinas dii Banjarmasin sebagai dokter puskesmas di tahun 1991-1994.
Apa sih keistimewaan dari pasar Kalindo jalan Belitung yang berada di sepanjang sungai kecil yang bersih jernih itu. Semalam adik saya bilang, kalau kami beruntung, bisa membeli udang segar yang masih hidup dari pedagang yang berada di atas junkung ( perahu kecil yang dilengkapi mesin motor ). Kami pun bersemangat sekali untuk segera tiba di pasar tradusionaltersebut.
Setelah didrop di tepi jalan oleh sahabat yang mau ke kantor, kami pun bersegera masuk area pasar yang dipenuhi oleh pedagang dan pembeli. Layaknya pasar tradisional lainnya ,pasar Kalindo pun ada kesan becek dan kurang nyaman.karena barang dagangan ada yang masih di atas jungkung, dihsmpar di halaman pasar, atsu secara lesehan barsng dagangan diberi wadah ala kadarnya.
Sasaran utama pagi ini, ikan dan teman-temanya termaduk juga buah dan jajan pasar khas Banjarmasin. Ikan yang kami beli ikan haruan/ikan gabus, ikan sepat dan sejrnis wader yang saya lupa nsmanya. Kami juga membeli udang galah yang cukup besar dan terliihat segar, terlihat capit dari udang tersebut bergerak-gerak canti.
Ikan rawa dari banjar ada yang diawetkan dengan beras dan garam . Namanya jadi 8kan bekasam. Setelah diawetkan seperi ini olahan ikan terasa lebih sedap. Dan ikan pun cukup tahan lama bila penyimpanannya benar.
Iksn bekasam ini tidak hanya digsndrungi dan dibuat oleh orang Banjar saja, tspii orang Malaysia pun menyukainya.tetutsma teman yang ada di Perak Malaysia.Kami pun melengkapi belanjaan kami dengan ikan-ikan dengan berbagai jenisnya.
Melihat barang yang dijual di pasar tradisi9nal itu membahaguakan. Terlihat masih fresh diambil dari hadil kebun pwrs petsni. Aneka buah dan sayuran lokal penuh gizi dan menyele4a itu sangat sesuatu. Saya langsung ingat pada yang menciptakan itu semua. Allah menyediakan itu semua buat umatnya. Kembali saya diingatkan harus meningkatkan rasa syukur saya.
Saya berjanji ketika belanja di pasar tradisional tidak menawat. Biarkan penjual menentu harganya, kslau cocok saya bayar dan membawa pulang barang yang saya beli. Ya layaknya bila beli di toko besar yang tidak boleh ditawar. Saya harus mencintai pasar tradisional dan pedagangnya, mereka adalah saudara yang harus sejahtera, sama seperti ysng lainnya.
Bagaimana dengsn gurusianers? Apakah mencintai pasar tradisional atau mall? Mari kita lestarikan pasar tradusional
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah, sambil menikmati sarapan saya menulis tentang pasar yang baru saja saya kunjungi.
Pasar tradisional sdh kalah oleh mall..maka perlu di lestarikan
Mari kita mulai dari diri kita sendiri
Betul bu mari lestarikan pasar rakyat
Kepada mereka seharusnya kita belnja...
Siap..
Bagus sekali perlu ditiru... Yg sy suka dari tulisan ibu adalah tidak menawar dagangan. Betul banget... Karena dengan tidak menawar, secara tidak langsung kita sudah bersedekah.
Perlu ditiru
Ya, kita sudah rela belanja di mall tanpa ditawar, maka belanja di pasar tradisional pun harus kita berlakukan