SRI SAFRI WAHYU NENGSIH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

BULAN-BULAN KELABU

Wajah tak bergairah hadir di raut muka pemuda itu, tatapan tanpa harapan hadir dalam matanya, jika berjalan seolah-olah tanpa arah dan tujuan, wajahnya yang tampan mulai memudar karena pancaran suasana dari dalam hati, “duhai pemuda tampan begitu terpuruknya kau dikala itu, andai daku terlahir lebih awal pasti aku akan hadir tuk bisa menemani hari-harimu agar bisa menghibur dan memberimu semangat, kau tampak kusam dan lelah, wajahmu begitu letih dan tak terurus. Takkan ku biarkan dikau sampai merana sejauh ini”.

Lima bulan sudah dari berhentinya pemuda itu menempuh jenjang pendidikan, kini usianya masih 18 tahun. Jika bekerja sebagai kuli siapa yang bisa menerimanya? karena tenaga belum sempurna. Dan jika bekerja dengan usaha sendiri, apa yang hendak diperbuat oleh pemuda itu karena pengalaman belum ada. Akhirnya hari-hari pemuda berlalu begitu kelabu tanpa ada cahaya yang menyinari tuk mengusir kegelapan hati yang sedang terpuruk. Bangun tanpa harapan tidur tanpa mimpi. Semuanya begitu hambar tuk dijalani.

Hari-hari dihabiskan pemuda itu duduk-duduk sambil melamun di bawah pohon pinus yang tumbuh subur dan rindang, hanya tempat itulah yang bisa membuat sang pemuda tenang, kenapa tidak? Tempatnya yang begitu indah, asri, damai, dan sejuk. Sekitar pohon pinus tumbuhlah ilalang yang subur, jika hari sudah mulai senja ilalang itu akan indah disapu sepoi-sepoi angin ditambah lagi dengan pancaran warna langit yang hampir mulai kemerahan.

Ketika menikmati indahnya langit senja, menatap ke atas dengan penuh harap, seolah-olah berharap akan datangnya suatu keajaiban, berharap akan ada anugrah dari langit jatuh ke dalam dekapan pemuda itu. Dilihatlah burung-burung berterbangan pulang kesarang masing-masing sambil membawa makanan untuk anak-anak mereka. Dari sana timbulah inspirasi pemuda itu untuk bangkit, burung yang tak ada lahan untuk diolah punya harapan untuk hidup apalagi manusia yang diberi akal untuk berfikir.

“Aaaaaaaauuuuuuuuhhhhhh sakiiiiiiiiiiiiiitttttttt,,,,,,” tiba-tiba pemuda itu menjerit kesakitan, rasa sakit itu berasal dari gigitan semut hitam di punggung kakinya, seolah olah membangunkannya dari keterpurukan yang begitu dalam. “Ah… dasar semut”, gumam pemuda itu, setelah menyingkirkan semut dari punggung kakinya tak lama kemudian terasa ada lagi yang menjalar di kakinya, dilihat ternyata masih semut itu. Dipandang dan diamati dengan hikmat ternyata ada ribuan semut yang sedang berbaris rapi menyandang makanan pulang kedalam sarangnya.

Tiba-tiba hati pemuda tampan itu tersentuh dan tersentak, terasa baru bangun dari tidur yang panjang, dikagetkan dari lamunan yang tak berujung. “Semut kecil saja selalu berjuang untuk hidup mereka”, gumamnya. “Masa diriku tak bisa menyelamatkan hidupku”, ungkap pemuda itu.

Yaahhh,, rasa bangkit,, rasa bangkit untuk berjuang timbul dari dalam diri pemuda itu, lima bulan masa bulan-bulan kelabu itu telah berlalu, sekarang ada harapan baru yang akan dituju dan dicapai. Ada serasa embun kesejukan yang turun dikala senja itu menyejukan jiwa dan mendamaikan perasaannya.

Dikala azan magrib berkumandang pemuda tampan itu pulang dengan hati yang girang, girang seperti baru menang dari medan perang. Iya benarrr, pemuda itu baru menang dari medan perang, menang ketika berperang melawan kegundahaan hati, menang melawan keterpurukan diri selama ini.

Mulai saat itu sang pemuda tampan mulai berjanji pada dirinya sendiri akan bangkit dari keterpurukan dan siap untuk menghadapi masa depan dengan membuka lembaran baru, dan mengukirnya dengan hal-hal yang penuh semangat serta harapan yang lebih cemerlang lagi.

Tidurnya pemuda itu tidak lagi tidur tanpa mimpi dan bangunnya tidak lagi bangun tanpa harapan, semuanya sudah kembali, harapan baru sudah muncul bersama esok pagi dengan terbitnya sang mentari yang setia menyinari bumi.

Penulis adalah Sri safri wahyu nengsih, alumni SAGUSABU Kab. Lima Puluh Kota 3

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post