Si Cerdas Naturalis
Umurnya belum genap 2 bulan, ketika si Ateng kubawa pulang. Masih menyusu pada induknya saat dipaksa untuk berpisah sejauh 125 km. Kasihan, tetapi rengekan anakku membuat aku lebih “sadis” kepada anak kucing itu. Ateng adalah kucing peranakan Persia, tubuhnya bulat dan lucu dengan warna bulu putih. Anakku sangat menginginkannya setelah kucing yang besar di rumah mati akibat memakan umpan tikus beracun.
Sejak kecil anakku yang nomor dua ini memang pencinta hewan, peliharaannya lumayan banyak. Kucing satu ekor plus kucing tetangga yg sering bertandang, ayam kampung jantan dan betina beserta anak-anaknya, ayam kate beberapa pasang, ayam warna warni, kelinci putih, hamster dua pasang, beberapa burung, beberapa jangkrik, ikan di akuarium ada beberapa jenis. Persis seperti kebun binatang mini. Dia sangat menyukai hewan-hewan itu, sehingga emaknya tidak bisa melarang. Meski pada saat-saat tertentu seringkali menjadi sangat rempong, karena harus merawat 3 anak manusia dan beberapa ekor anak hewan.
Dari buku Multiple Intelligences-nya Howard Gardner, kecenderungan anak dalam menyayangi dan merawat hewan-hewan peliharaannya ini menunjukkan bahwa dia memiliki kecerdasan naturalis.
Menurut Howard Gardner, kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun lingkungan. Seorang anak dengan kecerdasan alam mempunyai keterikatan dan keterkaitan yang kuat dengan semesta. Kecerdasan ini memiliki kecenderungan interaksi kepada hewan, tumbuhan dan gejala alam.
Teori lain dari Thomas Amstrong (2009:7) dalam Multiple Intelligences in the Classroom, mengatakan bahwa kecerdasan naturalis adalah keahlian dalam mengenali dan mengklasifikasikan berbagai spesies flora dan fauna dari sebuah lingkungan individu. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta.
Memiliki anak yang unggul dalam kecerdasan naturalis sangatlah membanggakan. Karena anak-anak inilah yang suatu hari kelak menjadi penjaga gawang bagi kelestarian alam dan lingkungan. Anak-anak yang akan menjaga bumi agar tetap hijau, suara burung tetap terdengar dan lingkungan tetap lestari
Menyadari akan hal itu, dan supaya kecerdasan naturalisnya berkembang positif serta sejalan dengan pembentukan karakter ada beberapa langkah yang pernah saya lakukan, yakni
Pertama, memberikan pemahaman kepada anak bahwa hewan dan tumbuhan adalah makhluk hidup yang harus diperlakukan dengan baik. Lewat dongeng, contoh-contoh kongkrit, berpetualang di lingkungan sekitar rumah yang masih terdapat sawah, ladang dan hutan kecil.
Kedua, karena dia cinta hewan maka kita menunjukkan ada hak hewan yang harus dipenuhi dan ada kewajiban pribadi yang harus ditunaikan.
Berkaitan dengan hak dan kewajiban terhadap hewan peliharaan, beberapa catatan yang pernah saya sepakati dengan anak-anak adalah:
1) Waktu makan, perlakukan hewan seperti kita. Artinya jika kita makan tiga kali sehari, maka di tempat makanan hewan juga dipenuhi pada jam-jam tertentu setiap harinya. Plus air minumnya
2) Perawatan kesehatan, hewan juga makhluk hidup yang harus diperhatikan kesehatannya. Memberi vitamin dan membawanya ke dokter adalah hak hewan jika mereka sakit.
3) Perhatian, sesekali hewan peliharaan perlu juga dielus-elus, disapa dan “dikaruhke”. Hewan peliharaan tidak sebagai obyek enak dipandang saja, tapi bisa menjadi teman bermain yang positif dan media untuk belajar anak.
4) Kebersihan, kandang hewan atau akuarium harus selalu bersih, jika tidak hewan atau ikan akan terkena penyakit atau mungkin malah mati. Anak punya kewajiban menjaga kebersihan kandang dan kebersihan hewan yang terjadwal secara rutin. Khusus perlakuan pada kucing, anak harus mengajarinya untuk BAB di tempat yang disediakan.
Pada akhirnya karakter yang dapat tertanam pada anak adalah jiwa yang bertanggung jawab, disiplin, belas kasih terhadap makhluk hidup, menjaga kebersihan dan tertib.
Produk jangka panjang yang sudah terlihat pada anakku, si cerdas naturalis, kini dia sangat aktif dalam kegiatan pencinta lingkungan.
Dia juga kuliah mengambil program studi yang berhubungan dengan hewan dan tanaman di sebuah PTN di Yogyakarta.
Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka:
- Amstrong, Thomas. 2009. Multiple Intelligences in the Classroom 3rd Edition. Alexandria, Va.: ASCD
- Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences, New York: Basic Books
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih dengan tambahan ilmunya. Barokallah
terimakasih bu,
Keren bu,.. inspiratif! Sebagai guru seharusnya memperhatikan semua jenis kecerdasan yang dimiliki siswa
Sip, karena anak2 kita multitalenta, sedangkan kita sbg guru hrz multitasking...semangat bu...
Benar-benar anak naturalis nih bu.
Iya pak, punya dua anak laki-laki yg suka mbolang....seperti foto di atas, begitu penasarannya naik bajak sawah yang ditarik kerbau. Alhamdulillah hobi dan pendidikan bs sejalan...
Wow keren bun moga sang putra menjadi pelestari lingkungan
Aamiin....terimakasih bu Prapti.
Wow keren bun moga sang putra menjadi pelestari lingkungan
Wow keren bun moga sang putra menjadi pelestari lingkungan
Luar biasa bu
Alhamdulillah, terimakasih pak.
Abu Hurairoh putranya ibu Sri Rahmiyati. Semoga selalu dalam rahmatNya.
Aamiin, njih bu...pencinta kucing...terima kasih,
Dan pada akhirnya karakter yang dapat tertanam pada anak adalah jiwa yang bertanggung jawab, disiplin, belas kasih terhadap makhluk hidup, menjaga kebersihan dan tertib. Makasih pencerahanya bu...
Sami sami pak, semangat...