Bukit Himalaya
Menyusuri tiap jengkal Bukit Himalaya ada pilu tersisa. Tak kutemukan lagi langkah tergesa berlomba dengan fajar. Tak kulihat lagi jemari lentik meraup pucuk-pucuk harum teh Himalaya. Tak kudengar gurauan riuh di hamparan hijau Bukit Himalaya. Yang ada hanya mesin menderu memangkas habis pucuk-pucuk teh. Menggilas habis kenangan indah di Bukit Himalaya.
Di bukit Himalaya dulu kutitipkan rindu, kuukir cerita dalam redup kabut awal kemarau. Membeku bersama angin bulan Juli yang dingin pekat. Tapi kini... tak ada lagi kabut, dingin pekat, keranjang bambu yang menyimpan rindu. Hamparan teh yang memaparkan cerita cinta juga, tak ada...ke mana semua?
Sepertinya... cinta yang kurenda, rindu yang kurajut, dan asa yang kutambatkan tenggelam bersama pudarnya cerita di Bukit Himalaya. Hanya sedikit yang tersisa di sana... Sebagai saksi indahnya Bukit Himalaya di mana hamparannya pernah menyimpan rindu dan cinta. Satu tanya untuknya... akankah Bukit Himalaya kan tetap menjaganya?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih Bu Solvia
Dimanakah bukit Himalaya itu?
Sebelum Lembang Bu
Bukit Himalaya..penuh kenangan yang indah... keren ceritanya bun
Terima kasih bu solvia