SRIPENI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Setetes Embun tuk Bapak

Oleh Sripeni

Peserta Workshop Penulis Bahan Literasi untuk GTK Paud dan Dikmas

Terasa berat langkah kaki ini untuk beranjak meninggalkan balkon, sambil melambaikan tangan. Kupandangi langkah kaki yang guntai karena kerentaan. Tetes air mata ini memang berlinang deras, namun sedikitpun tak menyurutkan rasa syukur yang tak terbarukan oleh apa pun.

Bapak, berkat rida dan kekuatan Illahi Robbi, hari ini dapat mengantarkanmu untuk menunaikan syariat-Nya, berangkat memenuhi panggilan-Nya ke Tanah Suci. Walaupun selintas terbayang, guratan sisi alis yang makin menebal, tulang-tulang yang telah rapuh di tempa perjuangan pahit. Namun ada yang sedikit kalimat yang menyalakan harapan, ”Doa kalian akan selalu memberi kekuatan, Insya Allah bapak akan kembali dengan selamat”. Itu kalimat terakhir yang bapak ucapkan.

Ada kalimat sesal selalu berjalan mengitari pelupuk mata hingga sulit terpejam. Mengapa, dalam usia mendekati senja, dalam sorot mata redup bersinar, dalam kekuatan yang telah surut. Bapak berangkat memenuhi panggilan-Nya. Pergi haji adalah impiannya yang tak pernah terucap. Seharusnya bapak berangkat ketika tangannya masih kekar, langkahnya masih tegar.

Berbekal dari tekad dan keyakinan. Selama delapan tahun, kami mengumpulkan recehan, menyisihkan uang belanja. Tak jarang kami harus mengubur dalam kebutuhan keluarga. Apalah daya, kami hanya pegawai kecil dengan gaji yang pas-pasan. Sampai akhirnya cita-cita itu bisa terwujud. Bapak, luruskan niat ,agar mukhsin di hadapan baitulloh.Itu balasan atas perjuangannya untuk kami. Walaupun aku yakin, apa yang telah kulakukan ini, sedikitpun belum terbalas pengorbanan bapak, membesarkan kami dalam kesendiriannya.

Dengan kekuatan cinta, Bapak ikhlas ketika harus membesarkan kami dengan lima bersaudara tanpa didampingi seorang ibu. Setiap hari bapak harus mengayuh sepeda tuanya untuk bekerja sebagai petugas keamanan pada perusahaan swasta. Tak sedikit pun terucap keluh kesahnya walaupun kami tahu, bapak sangat lelah, begitu berat beban yang harus dipikulnya. Tak jarang cibiran dan sindiran tetangga terdengar di telinga kami. “Anak yang terlantar ”.

Semua kekurangan dan hinaan kami jalani dengan sabar, justru menyulutkan semangat kami untuk dapat mengubah hidup ini menjadi yang lebih baik. Kami yakin semua ini akan berakhir dengan damai bila kita lulus dalam ujiannya. Hingga akhirnya berujung pada kemandirian kami.

Bapak, persembahan ini bukan yang terakhir. Masih panjang cerita yang ingin kami berikan untukmu. Aku ingin bapak kembali dengan selamat dan mendapatkan haji yang mabrur. Memberikan senyum agar nyenyak dalam istirahatmu. Menuai tempat yang damai di akhir perjuangan panjangmu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menuai tempat yang damai di akhir perjuangan panjangmu. ...aamiin ya Allah...

10 Aug
Balas

makasih

11 Sep
Balas



search

New Post