Sri Musalifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
#TantanganGuruSiana, Tantangan hari ke-2#
mobilmo.com

#TantanganGuruSiana, Tantangan hari ke-2#

Penumpang itu, ternyata……….

Menjadi kebiasaan baru bagi buk Mus dan suaminya betah berlama-lama di jalan. Semenjak putra satu-satunya memutuskan untuk menetap di Yogyakarta. Dan putri semata wayangnya memilih sekolah berasrama. Memang beliau berdua belum bisa dikategorikan manula yang pada umumnya menikamti masa tua berdua saja. Namun karena putra-putrinya direstui untuk melanjutkan pendidikan di luar kota, maka mereka hidup tinggal pulang pokok saja.

Seperti hari Kamis kemarin. Buk Mus nampaknya capek sehingga pulang kerja langsung tidur. Ternyata tak sempat pula masak. Ceritanya mereka memutuskan makan diluar. Setelah sholat Ashar pergilah dua sejoli ini ke tempat makan favorit keluarga. Tak lupa pula merencanakan singgah di café kopi teman suami buk Mus. Obrolan tentang menu kopi Robusta, Americano, branding kopi dan tetek bengek perkopian rupanya memakan waktu berjam-jam. Tak terasa jam menunjukkan pukul 00.00 dini hari.

Kota Solok dini hari itu lumayan mencekam. Bukan karena malam Jum’at saja. Namun suasananya diperdingin dengan turunnya hujan sedari Maghrib dan rinainya masih menyertai. Biasanya bila perjalanan malam buk Mus langsung tertidur. Mungkin karena pengaruh kopi Arabica konsentrat sehingga matanya melotot terus.

Mobil mulai meluncur meninggalkan Sumani menembus dingin dan gemericik air hujan. Suasana terasa berbeda, sangat berbeda. Untuk menetralisir keadaan buk Mus menghidupkan lagu favoritnya. Mencoba bersenandung mengikuti alunan musik. Nampaknya hujan semakin lebat, sehingga volume suara buk Mus lebih heboh dari penyanyinya.

Batas kota Solok sudah terlewati dengan aman. Artinya perjalanan menembusi kawasan sepi. Laju mobil terasa terhambat. Mungkin karena kaca mobil terhalang derasnya air hujan. Jalan juga dilobangi karena perbaikan aspal yang gagal. “Mas, kenapa kok pelan amat jalannya. Kapan kita sampai rumah?”. “Ya sabarlah, memang hujan sederas ini. Sudahlah bunda tidur saja nanti bangun pas tiba rumah”. Namun ternyata suami buk Mus juga merasakan laju mobilnya lain,agak berat.

Nampak memang sangat gelap sekali, pekat. Kawasan ini memang tidak ada lampu jalan. Kanan jalan adalah persawahan sedang kiri jalan berupa parak-parak (ladang bersemak) yang rapi berjajar dipinggir jalan ditumbuhi pohon-pohon besar. Sesekali muncul cahaya dari petir yang menyambar. Saat itulah terlihat betapa seramnya suasana. Manalah buk Mus bisa tidur dengan suasana mencekam begini. Yang heran, kenapa pula jarang kendaraan lain melintas. Buk Mus tercekat sehingga tak mampu pula ia melanjutkan konser menyanyinya. Kaki dan tangannya mendingin. Dingiiiiiin sekali memucat.

Tiba-tiba buk Mus mencium bau wangi yang aneh. Bukan harum parfum mobil atau parfum buk Mus. “Mas….Mas, sampeyan bau tidak. Ini lo kok ada bau minyak rambut bapak-bapak jaman dulu. Masku kan tak pernah pakai minyak rambut”. “Hussttt, sudah bunda diam saja, Istighfar. Makanya jangan nyanyi saja. “Maaaasss….ini lo baunya tambah menyengat. Masyaallah ini bau bunga kenanga segala. Masku bau apa gak sih”. Buk Mus mulai gelisah dan sangat ketakutan. Dia berusaha mendekat pada suaminya. Sedang si bapak harus konsentrasi pada kemudi yang mulai oleng.

Mulai sadar dengan apa yang terjadi, buk Mus dengan gemetar mengganti musik dengan murotal Al Baqoroh. Sedang hatinya pasrah pada Allah. Tak henti mulutnya komat-kamit membaca ayat-ayat AlQur’an. Namun aroma harum bunga entah bunga apa namanya semakin memenuhi mobil dan membuat hidung buk Mus bengkak. Kegelisahan semakin mendera buk Mus. Volume murotal diperbesar. Tanpa sadar mata buk Mus melirik spion depan. “MasyaAllah Gusti Allah….Mas, apa itu dibelakangku. Masku lihat tidak. Ya sebuah sosok hitam besar duduk tepat dibelakang jok buk Mus. Dan posisinya nampak hendak memeluk buk Mus dari belakang. Patutlah dari awal perjalanan tadi buk Mus sudah gelisah. “Tenang bunda sebentar lagi dipohon yang paling besar itu si pakde itu akan turun.”

Rupanya suami buk Mus yang lumayan mempunyai pengalaman dengan makhluk-makhluk kasat mata bisa memprediksi akhir dari keikutsertaan si hitam. Benar saja tak sampai dari dua menit bau harum itu berangsur hilang. Namun bekasnya terasa masih lekat dihidung buk Mus. Bagaimana tidak sosok hitam itu memang sangat dekat dipundak buk Mus.

Biasanya saat membaca cerita horor atau mendengar orang bercerita pengalaman horornya memang menyenangkan dan agak-agak ngeri. Namun kalau mengalaminya sendiri itu wow sekali. Rasanya sungguh seperti makan permen nano-nano. Asin, asem, manis. Buk Mus menggigil merinding semoga ini pengalaman pertama dan terakhir.

Kota Arang, 24 Januari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post