Sri Musalifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
#Tantangan GuruSiana# Tantangan hari ke-3#
-

#Tantangan GuruSiana# Tantangan hari ke-3#

Tulisan penipu……

Sengaja buk Mus mengurangi karbohidrat. Bukan karena diet untuk menjaga body. Namun demi suami tercinta yang bercita-cita memperbaiki penampilan layaknya 15 tahun lalu. Sejak tidak berteman dengan rokok, laki buk Mus ini berangsur tumbuh kesamping. Bagaimana tidak, nikmatnya berkegiatan tanpa gangguan rokok. Sehingga rasa lelah dan kantuk bisa dinikmati. Artinya bisa istirahat dengan sukses, makan dan hidup teratur.

Demi menghormati usaha teman hidup, buk Mus rela mengurangi makan. Namun tidak dengan hari ini. Entah kenapa selera mengunyah muncul tanpa kendali. Diperparah dengan kegitan menemani suami hunting motor jadul C-70. Sumatera tengah buk Mus benar-benar berontak dengan kondisi ini.

Disepanjang jalan sebuah kota di Sumbar yang dipercaya gudangnya C-70 berjejer rumah makan. Ranah Minanglah namanya. Salah satu iconnya adalah rumah makan. Gudangnya menu lezat sarat rempah menggugah selera. Apalagi bila berjumpa dengan menu terenak di dunia. Ya dialah rendang.

Pandangan mata buk Mus tertuju pada sebuah tempat makan. Entah apa yang menarik perhatiannya. Seraya menjawil lengan suaminya buk Mus berucap,” Mas….mas lambatlah sedikit, itu kok ada warung khas Malang. Kita coba yuk mas.” Buk Mus merajuk.

Sandiwara buk Mus berhasil. Mereka berhenti dan memesan makan dengan menu pecel lele. Wah pasti menemukan lele goreng plus tempe super gurih. Dipenyet diatas sambel bajak khas malang. Disajikan dicobek tanah liat lengkap dengan lalap kemangi, mentimun dan kacang panjang.

Tanpa curiga dengan PD sekali mereka pesen makanan dengan bahasa Arema. Wah kacau bin balau, rupanya pemilik kedai nasi ini terkejut. Sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan pembelinya. Ternyata tulisan tak sesuai kenyataan. Si tukang pecel lele khas Malang sama sekali belum pernah tahu pojoknya kota Malang.

Entah apalah yang menarik dari sekedar kata “khas Malang”. Walau awalnya buk Mus mengumpankan tulisan “khas Malang” untuk membujuk sang suami. Pupuslah harapan menikmati sambal bajak dan lalap kemangi. Namun karena dorongan sumatera tengah, buk Mus menikmati juga sajian pecel lele khas malang KW. Ternyata lauk ternikmat makan itu hanya sederhana. Yaitu rasa lapar dan rasa syukur dengan adanya nasi yang siap untuk dimakan.

#kota arang, 25 Januari 2010#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hehe.. takicuah di nantarang bunda ya.. barakallah bun

25 Jan
Balas

Itulah bunda, yo sabana takicuah wak

10 Feb

Keren

25 Jan
Balas

Terima kasih bunda

10 Feb



search

New Post