Sri Musalifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
# Tantangan GuruSiana # Tantangan hari ke-14 #
bigsta.net

# Tantangan GuruSiana # Tantangan hari ke-14 #

Pahlawan Kecil

*part 2*

Peristiwa itu tak luput dari ingatannya. Air mata bujang kecilku tidak semata-mata karena kecemasan terhadap adiknya. Namun merasakan bahkan menyaksikan langsung susah dan bingung kedua orang tua mengurusnya. (bersambung)

Dalam sehari ini Kaila sudah tiga kali minum obat. Namun demamnya tidak juga reda. Justru makin menjadi. Selera makannya patah. Dari pagi sampai Isya’ ini belum sesendok nasipun masuk perutnya. Tubuh kurusnya makin mengecil dan sangat lemah. “ Mas….tungguin adik bentar giih, ibu mau buat air madu. Semoga air madu ini bisa membantu kekuatan adik.” Kasih minum adik air madu, ibu tak sholat Isya’ lu ya.”

Segera kuselesaikan do’aku setelah sholat Isya’. Ya, Allah ya Robb. Berilah kesembuhan atas penyakit putriku. Berikan kasihMu pada keluarga kami. Lindungi kami dari tipu daya setan.

Belum usai aku meminta pada Robbku. Habib memekik keras dari kamar Kaila. “Ibuuuuuuuuu, cepatlah kemari. Adik muntah dan mengeluarkan darah. Cepat bu….cepaaatttt.”

Ya Allaaaah, apa yang terjadi mas. Tanpa kontrol aku lari menuju kamar Kaila. Aku berusaha tenang setenang mungkin. Meski hatiku cemas bukan kepalang. Membayangkan anak cantikku bermandikan darah dengan wajah pucat pasi. Sakit apa kamu nak. Bukankah keluarga kita tak ada keturunan penyakit aneh-aneh. Kenapa pula terjadi disaat ayah kalian sedang tidak di rumah. Oooohhhh, Tuhan berilah hamba kekuatan.

Sampai di kamar Kaila, aku tak melihat apa yang kubayangkan tadi. Walau tak mampu menyembunyikan kegugupanku. Habib berusaha menenangkanku. “ Bu, adik tadi muntah-muntah. Mas tak berani bilang karena ibu masih sholat. Terus mas bersihkan muntah adik. Orang muntahnya cuma air doang. Adik mas kasih minum air hangat. Eeeee, sudah tu kata adik kepalanya sakit. Ya mas pijit aja batuknya. Lakok kemudian hidung adik berdarah. Padahal ndak mas apa-apain kok bu. Makanya mas tadi teriak aja. Kita bawa ke dokter ajalah bu adik. Mas takut kenapa hidung adik berdarah”

Habib memang sedikit takut melihat darah. Tidak pula pernah melihat orang mimisan. Waktu kecil pernah melihat kucing kesayangannya ditabrak motor. Darah kucing itu banyak sekali dan bercecer kemana-mana. Mungkin ia trauma.

Habib…Habib….ibu kira Kaila muntah darah. Teriakannmu sangat mencemaskan ibu nak. Adikmu ini mimisan sayang. Mudah-mudahan tidak apa-apa. “ Sekarang mas rayu adik biar mau makan bubur ya.”

Sementara Habib menyuapi adiknya. Aku coba menelpon ayah anak-anak. Dari siang tadi sudah beberapa kali kutelfon. Masih juga belum diangkat.

“Nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan.” Hiiiiihhhh, cewek operator ini sudah banyak kali laporan kalau nomor HP mas Syamsul tidak bisa dipanggil. Padahal aku istrinya yang memanggil, tapi kok dilarang-larang.

Kalau perjalanan lancar aturannya sudah sampai tujuan. Tapi kok tumben belum juga ada kabar dari beliau. Kucoba tenang dan berpikir positif. Bisa jadi batrainya low atau mati. Atau sedang tidak dapat signal.Ya Allah, lindungilah suamiku, ayah anak-anakku. (bersambung)

Kota Arang, 14 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post