Untung Aku Sakit (Part 3)

Dalam hati aku sangat iba pada mereka. Tapi dibagian hatiku yang sebelahnya sangat bersyukur. Seandainya aku tidak sakit. Sudah barang tentu aku ikut menikmati buah lengkeng itu dan masuk buku kasus. Selanjutnya orang tua besok harus datang ke sekolah.

Kasian karibku berempat. Mereka diberi sangsi membersihkan mushola sekolah yang besarnya hampir sama dengan masjid. Demi sebuah rasa persahabatan, aku izin ke WC saat belajar pelajaran bahasa daerah. Secepatnya aku menuju mushola dan membantu sohibku.

Dasar anak-anak badung. Rupanya bantuanku tak ada artinya. Kami bukannya kerja malah bermain-main dan bergurau sejadi-jadinya. “ Hoi…. kalian ini, tak laporkan pak Pur lo ya.” Pak Kadi petugas kebersihan menghardik kami.

Pak Kadi menemani kami bekerja sambil menasehati dan sesekali melucu. “ Kalian ini terlampau usil sih. Padahal kalau minta dibelikan lengkeng, orang tua kalian pasti mampu. Lagi pula lengkeng itu kan belum masak. Mana ada dagingnya yang bisa dimakan.” Lagipula kalau panen seluruh siswa kan selalu dapat jatah.”

Serentak kami menjawab. “ Yang seru itu seni ngrutuknya (mengambil paksa), Paaakkkkk.” Tak terasa pekerjaan selesai. Sohibku lapor ke pak Pur dan aku kembali ke kelas.

Entah kekuatan apa yang memberanikan diri aku izin keluar selama itu. Rasanya aku ingin membantu teman-temanku. Harusnya aku dihukum juga. Memang pas kejadian aku tidak ikut serta. Kebetulan saja aku sakit. Padahal, idenya itu dari saya sodara-sodara………….

Kota Arang, 11 Februari 2020