Energi Daur Ulang

Setiap kita pasti pernah mengalami masa remaja. Masa yang konon katanya sangat indah, penuh makna dan memberi kesan mendalam. Kehadirannya tidak cukup lama. Berkisar antara umur 10-24 tahun dan belum menikah (menurut BKKBN).

Ngeyel (tidak mau mengalah dan merasa benar sendiri) adalah salah satu ciri khas mereka. Karena sikap ngeyel ini seringkali memunculkan perilaku kasar. Misalnya, membentak, mengumpat, membanting, marah besar bahkan sampai memukul. Baik kepada orang tua kala memberi nasehat. Bisa pula pada teman sebayanya ketika terlibat komunikasi.

Ternyata efek dari ngeyel tadi menjadi tabungan citra buruk bagi remaja. Perilaku buruk tersebut tentunya menjadi penghalang remaja meniti sukses di kehidupan selanjutnya. Predikat sebagai anak tidak tahu diuntung, pelawan orang tua, bandel, durhaka, suka melanggar tata tertib, pemalas dan perilaku negatif lainnya.

Berbicara dengan remaja ngeyel memang gampang-gampang susah. Kalau tidak paham selanya, jangan harap akan didengar. Mereka tidak suka dituduh apalagi nasehat dalam bentuk ceramah. Memang mereka mendengar dari telinga kanan. Namun sesaat kemudian akan ngowos melalui telinga sebelah kiri.

Seperti pengalaman buk Mus berhadapan dengan seorang remaja putri. Konon kabarnya suka kasar terhadap siapapun. Bahkan pada teman laki-laki berani menyepak. Bagi dia sikap kasar akan menghentikan gangguan dan ketidaknyamanan.

Entah kebetulan atau apa. Buk Mus awali komunikasi seputar hobi. Wao, ternyata hobinya seni yaitu seni kriya atau kerajinan tangan. Wah kesempatan ini, “pikir buk Mus”. Segera buk Mus raih vas bunga yang terbuat dari botol bekas.

Perbincangan selanjutnya berkisar tentang vas bunga daur ulang. Kalau tidak diolah dan diberdayakan, vas itu tidak layak berada di atas meja. Sejajar dengan buku-buku bacaan dan ada pula Al-Qur’an disampingnya. Betapa vas menjadi pusat perhatian karena keelokan bentuk dan kreasi aplikasi yang menghiasinya. Orang menjadi betah memandanginya berlama-lama. Takjub akan keindahaanya. Bisa pula dicontoh bagi botol serupa yang sudah menghuni tempat sampah.

Begitu pula dengan manusia. Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan rupa. Menurut Anwar Sutoyo (2007:61), pembawaan manusia sejak lahir adalah bersih, suci atau cenderung ke hal-hal yang positif. Kecenderungan berperilaku positif itu disebabkan karena sejak dari “bahan mentahnya” Allah telah memberi karunia fitrah berupa iman. Dengan kata lain, kecenderungan perilaku positif ini merupakan aktualisasi fitrah iman yang ada pada setiap individu.

Manusia berparas bagus namun selalu berperilaku buruk jelas tidak akan berguna. Seperti halnya nasib botol air mineral bekas tadi. Tempat sebenarnya adalah pembuangan terakhir, tak berguna. Namun dengan sentuhan kreatifitas dia mampu sejajar dengan barang berharga. Berguna dan bermanfaat.

Diluar dugaan, indra pendengaran remaja ngeyel tadi berfungsi normal. Tidak ngowos lagi. Terbukti diskusi mengasyikkan. Responnya sangat melancarkan obrolan ringan ini. Dia tertawa, mengernyitkan dahi. Mengangguk-angguk tanda setuju. Sesekali matanya berkaca-kaca. Ternyata dia ingat saat membentak mamanya. Ingat saat mamanya sakit. Takut teramat sangat bila mamanya dipanggil Allah sementara dia belum sempat minta maaf. Terima kasih vas bunga, ternyata anak muda ini bertekuk lutut karena keelokan perilakumu.

Kota Arang, 01 Februari 2010