Tantangan MediaGuru hari ke2
TAK KALAH MEMBERI ARTI
Kehadirannya memang tak cukup lama dalam kehidupanku. Dalam setiap periode hanya tiga tahun. Kalau ada yang lebih tiga tahun itu hanya beberapa orang saja. Namun masa yang sesaat itu cukup memberikan warna dalam sejarah hidupku dan hidupnya. Tak berlebihan apabila saya memposisikan keberadaannya setara dengan buah hati saya. Betapa tidak. Mereka memasuki kehidupanku dikala menghabiskan masa anak-anak dan menuju gerbang akil balik. Atau lebih kerennya menjelang memasuki masa pubertas. Bisa dibayangkan tingkah unik dan hebohnya mereka. Penerimaan tanpa syarat dengan apapun bentuk perilakunya menjadi modal utama untuk berakrab ria. Kedekatan emosional merupakan dambaanya. Jalinan jembatan hati sebagai sarana penumbuh motivasi belajar. Maka, bagai kerbau dicucuk hidung. Instruksi apapun dari kita dengan suka rela diindahkannya. Bak kedekatan antara ibu dan anak. Rasa kasih dan sayang muncul dengan sendirinya. Gurauan, cerita, ungkapan rasa hati, tingkah polah menjadi bumbu penyedap interkasi.
Sudah bisa dipastikan kenangan itu tak mudah sirna dalam ingatan kami. Delapan jam dalam sehari waktu yang cukup lama untuk membuat gerak gerik kami berwarna. Saling mengisi. Masing-masing kita punya tujuan. Mereka datang untuk menuntut ilmu. Menyelesaikan tahap lanjutan pertama pendidikan. Dan saya siap melayani untuk mencapai tujuannya. Klop kan. Bak gayung bersambut.
Mereka adalah siswa-siswaku, anak-anakku. Harapan bangsa, dambaan ayah bunda mereka. Adanya siswa tentu karena ada guru. Demikin pula sebaliknya. Guru tak layak disebut guru, kalau tak mempunyai siswa. Dan tak mampu menjadi berarti bagi para siswanya. Itulah hidup yang sebenanrnya selalu saling memberi dan menerima. Tinggal kita mau pilih yang mana.
Demikian pula menjadi seorang guru yang merupakan pilihan hidup saya. Awalnya merasa ketakukan dengan pilihan ini. Namun bermodal niat dan keberanian akhirnya menjadi guru adalah pilihan hidup. Menjadi guru itu sangat tidak mudah.
Berpedoman pada Q.S Lukman, 31:13
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Modal utama melayani siswa adalah membekali dengan keimanan dan keyakinan bahwa meyekutukan Allah merupakan kezaliman yang tak terampuni. Banyak sekali aktifitas siswa usia remaja yang rentan dengan menomorsatukan kesibukannya sampai Allah dinomorduakan. Mereka tidak mau “digurui”, diceramahi apalagi dipaksa untuk meninggalkan kesenangannya. Melalui jembatan hatilah mereka akan terpikat dengan guru. Rasa suka rela akan muncul bila hati sudah terpikat. Nilai-nilai keimanan, etika dan moral menjadi sesuatu yang ringan untuk laksanakan.
Ya……jika ingin menjadi guru dambaan siswa perlakukan siswa laksana anak kandung. Sungguh kalian sangat berarti dalam kehidupan ibu. Walau ibu tak ikut mengandungmu. Namun ibu bertanggung jawab terhapan bangunan pondasi keimananmu terhadap Allah SWT. Bukan tidak mungkin salah satu dari kalian nak, kelak yang akan menuntun tangan ibu menuju surgaNYA. Bibit penanaman keimanan untuk tidak menyekutukan Allah telah tumbuh subur dalam jiwa sanubari kalian. Dan keimanan terhadap Allah SWT akan menjamin terjaganya akhlak sampai dirimu dewasa kelak. Aamiin yaa Robbal alamiin…..
Kota arang, 18 Januari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar