Be Your Self, Bos Nadiem
Sejak tanggal 23 Oktober 2019 dunia nyata bahkan dunia maya dihebohkan dengan penobatan salah seorang menteri. Ya…sang pemuda pilihan bangsa itu adalah Nadiem Anwar Makarim. Putera asli Indonesia namun dilahirkan di Negara Singapura. Tepatnya pada 4 Juli 1984. Dalam sejarah republik ini merdeka, tercatat beliau adalah menteri termuda. Muda dalam usia namun matang dalam karya dan prestasi. Menjadi pendiri sekaligus CEO sebuah perusahaan transportasi dan penyedia jasa berbasis daring terbesar di Indonesia dan juga sudah meluas dibeberapa Negara Asia.
Dalam usia 35 tahun, usia yang relatif masih muda untuk ukuran prestasi dan prestise kerja sedemikian. Inilah gambaran pemuda harapan dan penyelamat bangsa. Dalam kurun waktu 4 tahun belakangan ini karyawan bos Nadiem melonjak drastis dari 200 menjadi 2 juta lebih karyawan. Bukan main-main lo,. 2 juta lebih ini baru driver Gojek saja. Belum lagi jumlah karyawan pada penyedia jasa lain. Ini baru seorang sarjana dan cendekia yang sebenarnya. Bukan lulus sibuk melamar pekerjaankesana kemari atau antri menjadi PNS . Tapi bos kita ini (saya suka menyebutnya bos) mampu menyediakan lapangan pekerjaan. Coba kita berandai-andai sejenak. Misalnya ada 100 pemuda macam bos Nadiem, berapa juta masyarakat Indonesia terbebas dari pengangguran. Ini lo buah dari pendidikan yang sesungguhnya. Kepala bos Nadiem sangat terlatih kepekannya terhadap sekitar. Bermula dari ketajaman keterampilan literasi mengamati kondisi jalanan macet di Jakarta tercetuslah ide brilian enterpreunershipnya merintis perusahaan milik sendiri yang sekarang familiar yaitu GO-JEK, pesan ojek secara on-line
Rasanya sangat beralasan sekali mengapa bapak Presiden Joko Widodo memilih bos Nadiem sebagai punggawa penggerak pendidikan di republik ini. Ketajaman literasi bos Nadiem tak terbantahkan lagi. Dari mulai mengamati lingkungan, membaca situasi, menulis rencana strategis menuangkan gagasan, bekerja sama dengan tim. Sampai akhirnya terciptalah sebuah sistem kerja profesional yang melibatkan jutaan manusia. Dan tentunya kiprah bos Nadiem memberi banyak manfaat bagi hajat hidup orang banyak.
Teringat sebuah syair lagu,” kita jadi pintar menulis dan membaca karena siapa?. Kita jadi pintar beraneka bidang ilmu karena siapa…… kita jadi pintar dididik pak guru. Kita jadi pintar dididik bu guru. Guru bak pelita penerang dalam gulita. Jasamu tiada tara. Satu bait lagu yang saya pribadi selalu tidak tahan untuk tidak mengeluarkan air mata. Betapa dulu kita tak mampu memegang pensil. Sampai ujung pensil mampu mengubah jerih kita menjadi rupiah. Ya……guru adalah ujung tombak pendidikan. Pencipta insan cendekia seperti bos Nadiem dan bos-bos lain di negeri gemah ripah loh jinawi ini.
Kami sangat bersuka cita menyambut kehadiran bos Nadiem di dunia pendidikan Indonesia. Terbersit harapan dengan kepiawain bos membaca situasi dan peluang. Berkenaan dengan peluang bonus demografi yang sudah mulai mengintip. Namun kondisi generasi milenial kita yang saat ini sedang mengalami darurat narkoba dan krisis moral. Dengan kondisi seperti ini satu pertanyaan muncul. Apakah bonus demografi di 2040 akan menjadi sebuah momentum kembalinya martabat bangsa atau malah menjadi awal kehancuran bangsa Indonesia. Ini menjadi PR kita bersama bos Nadiem. Sasaran kita jelas generasi sekarang. Yang keren dengan istilah generasi milenial. Mau kita apakan mereka. Apa yang bisa kita lakukan untuk menjadikan beberapa Nadiem Makarim ditahun 2040 kelak.
Kecemasan yang melanda kami adalah “kebiasaan” ganti menteri ganti kurikulum serta ganti kebijakan. Pekerjaan satu belum nampak hasilnya kami guru sudah harus berlari mengerjakan pekerjaan baru. Tentunya dengan napas terengah-engah. Bukannya kami tidak mampu mengemban tugas kurikulum. Tapi ini muaranya adalah pada perilaku siswa. Yang kita sama ketahui bahwa perubahan perilaku individu itu tidak sama dengan membalikkan telapak tangan.
Kalau boleh berharap tetaplah menjadi diri bos Nadiem sendiri. ditengah hiruk pikuknya birokrasi, lalu lalang pakaian dinas berdasi, celoteh tegas yang syarat diplomasi, walau kadang disertasi aksi penuh sensasi. Namun harapan kami bukanlah terlampau basi. Melalui budaya literasi, masalah kekhawatiran bonus demografi bisa kita atasi. Membiasakan siswa tanggap dengan situasi, selalu membaca disetiap kondisi, mampu berbicara tanpa dibatasi, bertindak cepat dan tepat sebagai aksi. Kesemuanya itu merupakan impian kita pendidik terhadap para siswa dan siswi. Be Your Self bos Nadiem, terapkan keberhasilan dan kesuksesan Anda pada generasi muda republik Indonesia agar bonus demografi benar-benar bisa menjadi momentum kembalinya martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter.
Kota Arang, 30 Oktober 2019
Sekilas tentang penulis
Lahir 26 Maret 1971 tercatat sebagai Arema. Mulai merasa memiliki kebahagiaan tersendiri kala menulis sejak dioalah MediaGuru pada akhir tahun 2018. Sedikit gamang mengkuti tantangan bos MediaGuru bapak Ihsan, karena baru mampu menulis sebuah buku. Namun gelitikan dari rekan-rekan alumni MediaGuru membuat penulis bergeming. Alumni MWC 12 Kemenag Sumbar ini bisa dihubungi melalui WA 085271814249 atau via [email protected]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
B Sri, mantap
Ah, buk Ir bisa saja Jadi gak PD ni
Keren dan mantap
Terima kasih Bu, sudah singgah Tetap menulis kita ya
Waaahh asyikk juga....Salam literasi
Salam bu Murni
It's really owesome buk Sri, it was great.
Keren sekali
Ibu Rumondang, terima kasih Salam Literasi