Menatap Senja
Tanpa sadar, ternyata Ana memberikan perhatian lebih pada Ariel yang semua itu seakan hadir begitu saja. Ia tak tahu kalau sejak tadi Ariel sudah beper akan perhatiannya. Entah mengapa semua itu seperti dihadirkan begitu saja, mengalir tanpa pernah Ia ketahui kapan hadirnya. Ariel yang melihat sikap Ana begitu perhatian padanya mulai bisa merasakan jika Ana pun mulai mau membuka hatinya.
Namun dibalik kebaperan mereka berdua, Alvine yang sejak tadi memandang dari kejauhan hanya bisa kesal dan iri akan kebersamaan mereka berdua. Seketika rasa tak sukanya pada Ana semakin menjadi apalagi Ariel sahabatnya begitu sangat mencintai Ana.
“Kak…kita kan sudah makan, sudah duduk lama, sudah menikmati musik juga, tapi kita belum salaman sama pengantinnya.”
“Ya sudah, kita ngucapin selamat langsung pulang ya…gimana?”
“Ya sudah kalau Kakak maunya gitu, tapi emang Kakak nggak mau gabung dulu sama temen-temen kakak?”
“Ntar gabung dulu tapi bentar aja, dah sore juga kan? Mereka juga paling sudah mau pulang.”
“Terus gimana? mau salaman dulu atau Kakak ke sana dulu hampiri mereka.”
“Saya ke temen-temen dulu ya, kamu mau ikut atau disini aja.”
“Aku disini aja ya kak, malu aku Kak, ketemu temen-temen kakak.”
“Sebentar ya.”
Ariel menghampiri temen-temennya yang duduk di satu tempat yang sama.
“Wah…kirain Bos Gemilang Group sudah nggak mau lagi gabung sama kita.”
Celetuk salah satu temen Ariel.
“Jangan gitu lah…kita kan masih sahabat yang solid.”
“Ril…itu calon istri kamu?”
Kata temen yang lainnya.
“Doain aja ya…”
Jawab Ariel.
“Pinter juga Elo ya…diem-diem sudah punya cabi aja Lu..”
“Cabi?”
Tanya Ariel.
“Calon bini…”
Mereka tertawa bersama mendengar candaan satu dan lainnya. Kebersamaan yang jarang mereka temui itu seakan membangkitkan kembali masa-masa sekolah mereka dahulu. Alvine yang sejak tadi memb uat kelompok sendiri tak mau bergabung dengan Ariel dan teman-temannya.
“Kalian belum mau pulang?”
Tanya Ariel.
“Pulang lah, yok kita ngucapin selamat sekalian pamit.”
Jawab temen Ariel.
“Ya sudah ayo sama-sama.”
“Tapi tunggu dulu Ril..”
“Kenapa?”
“Kamu nggak mau ngenalin Cabi kamu ke kita?”
“Bentar ya, aku ajakin kesini.”
Ariel menjemput Ana dari tempat duduknya. Baru saja Ia mau jalan, tiba-tiba Ia melihat ada seorang laki-laki yang menghampiri Ana yang sedang duduk sendiri. Ariel langsung menghampiri Ana.
“Ana…kita kesana ya..”
“Kemana Kak?”
“Temen-temen saya pingin kenal sama kamu.”
Laki-laki yang mencoba duduk disebelah Ana itu pun langsung mengurungkan niatnya setelah Ariel memegang tangan Ana.
Kemudian Ana dikenalkan ke temen-temen Ariel. Mereka semua ramah pada Ana, mereka juga mengaku kagum pada Ana dan meminta Ariel untuk segera meresmikan hubungan mereka.
“Kita ngucapin selamat dulu ya, hab is itu langsung pamit pulang.”
“Iya Kak.”
Ariel menggandeng tangan Ana dan mengajaknya menuju singgasana pengantin yang begitu megah. Mereka bersalaman saling mengucapkan selamat.
“Ril…Gue tunggu undangan Elu ya?”
“Doain aja ya.”
Jawab Ariel.
Setelah berpamitan, Ariel dan Ana langsung pulang, di perjalanan Ariel mempertanyakan tentang sosok laki-laki yang mencoba mendekati Ana.
“Kamu kenal dengan laki-laki tadi?”
“Nggak Kak…tiba-tiba dia sudah mau duduk aja disamping aku. Aku kira Kakak, makanya aku kaget, untung Kakak langsung datang.”
“Paling juga dia mau godain kamu.”
“Nggak lah kak…disitu mah banyak perempuan-perempuan lebih cantik.”
“Ya tapi ngapain dia langsung mau duduk dekat kamu.”
“Ya aku nggak tahu kak, kenal aja nggak. Sudah ah ngapain dibahas, nggak penting banget.”
“Makasih ya kamu sudah temenin saya hari ini.”
“Aku yang terima kasih kak, diajak ke acara semewah itu, dibeliin gaun, perhiasan, makasih ya Kak.”
“Sama-sama…saya senang deh hari ini. Kamu itu berbeda nggak seperti biasanya.”
“Berbeda apanya sih Kak?”
“Ya aku ngerasanya ada yang beda gitu aja, tapi aku senang.”
“Apaan sih…mulai lagi deh becanda terus.”
Tanpa sadar, Ana memukul bahu Ariel. Ia tak sadar sikap-sikap seperti itu mulai membuat Ariel semakin merasakan getaran hati yang tak bisa Ia ungkapkan. Mobil pun melaju perlahan hingga akhirnya tiba di rumah Ana menjelang senja. Ariel langsung pamit karena waktu sudah mendekati magrib. Sungguh suatu perjalanan menyenangkan bagi Ariel untuk hari ini. semoga juga untuk hari-hari selanjutnya.
Ikuti kelanjutannya!
Asahan, 31 Juli 2024
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar