Cerita Dalam Sebuah Nasihat (Tantangan menulis ke-9)
Diparagraf pertama ini aku mengutip nasihat terkenal Buya Hamka yang diabadikan dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Vijk, beliau menulis : "Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang, hidupnya ialah buat berjuang, kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah, dia tak boleh surut palang, meskipun bagaimana besar gelombang. Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang".
Begitulah Buya Hamka menggambarkan sosok lelaki. Lelaki itu berani, bertanggung jawab, tahan banting dan berdedikasi. Jika membaca nasehat itu, aku seketika ingat almarhum ayah. Ayah adalah anak lelaki tertua dikeluarganya. Dalam gambaranku, ayah sebagai sosok lelaki tegas, jarang bicara namun semua tindakannya mengandung nasihat. Lelaki yang masa mudanya bersenda gurau bersama alam. Karena pepatah Minang mengatakan "Alam takambang jadi guru." (Alam terbentang untuk dijadikan guru).
Ayah belajar hidup dari alam. Beliau menemukan bakatnya dari alam. Alam mengajarkan segalanya. Alam juga yang membentuk pribadinya. Ayah bukan insinyur yang masyhur, bukan seorang pejabat yang bermartabat, bukan pula pengusaha yang kaya raya. Ayah hanya laki-laki biasa lulusan STM, yang dahulu pernah makmur dengan usaha dagangnya. Meskipun ia lahir dari keluarga yang berada, namun ia berusaha untuk mandiri.
Usaha dagang ayah mengalami surut di awal tahun 2000-an. Semenjak itu, ayah berganti-ganti pekerjaan. Ayah pernah berkebun nilam, jadi buruh sawit, tukang bangunan, kerja di bengkel, pekerja proyek pembangunan jalan, berkebun cabai dan jagung, dan yang terakhir berkebun sawit. Dalam pergantian pekerjaan itu ayah sempat tidak bekerja (menganggur). Saat itu ayah gunakan kesempatan untuk membantu Ibu mengurus rumah tangga (ibu berprofesi sebagai seorang guru). Aku ingat betul, saat ibu terserang psoriasis sehingga kulit tangan dan kakinya mengelupas, ayah lah yang menggantikan posisi ibu untuk mencuci piring dan baju, memasak, sampai merawat kami anak-anaknya yang kala itu masih kecil. Meskipun banyak cibiran dari keluarga dan tetangga bahkan ada yang memperolok-olok dirinya namun tak ia hiraukan. Ia hanya membalas dengan senyuman. Baginya keluarga adalah segalanya.
Ayah mendidik anak perempuannya dalam dua babak. Dibabak pertama beliau mendidik sebagai perempuan sejati. Dibabak kedua sebagai laki-laki pemberani. Kata ayah "Anak perempuan harus pemberani. Jangan mau kalah sama anak laki-laki. Anak perempuan juga nggak boleh cengeng." Ya, ayah mengajarkan banyak hal. Karena ayah, aku bisa mengenal gergaji, palu, linggis, pompa sepeda, parang, tang, kunci inggris, serta cara menggunakannya.
Ayah juga memberi nasehat "Anak gadis harus bicara dengan sopan. Jangan sekali-kali bicara kasar pada lelaki meskipun tidak menyukainya, jika ada orang yang sakit hati, alamat kita akan bahaya. Siapa pun tidak dapat menduga apa yang akan diperbuat oleh orang sakit hati."
Usaha terakhir ayah bersama ibu adalah mengupayakan agar kami semua anak-anaknya bisa sekolah sampai tingkat kuliah. Dengan rasa berat hati melepas anak gadisnya merantau ke kota seberang. Meskipun ayah tak ada dihari kelulusanku, tapi aku persembahkan gelarku untuk dirinya dan ibu. Aku berharap ayah selalu tersenyum di sana sembari menanti doa-doa yang kami kirimkan untuknya.
Ayah, sosok lelaki hebat yang aku kagumi. Kesabarannya, kedermawanannya, sifat pemaafnya, dan sifat rendah hatinya adalah hadiah dari pengalaman hidupnya.
Nasihat Buya Hamka yang dikutip di atas, menjadi motivasi juga untuk diriku. Bukan karena aku ingin hidup seperti anak laki-laki, tapi ada makna dalam nasihatnya yang bisa dijadikan pelajaran. Bahwa dalam hidup, kita harus menyelesaikan apa yang kita mulai. Sama seperti posisiku sekarang, aku harus menjalani profesi sebagai seorang guru di rantau orang. Terkadang terbersit perasaan ingin pulang, rindu rumah dan rindu kampung halaman. Tapi, aku memulai perjuangan di kota ini. Aku belum "mambangkik batang tarandam", belum memberikan kontribusi yang banyak untuk sekolah. Suatu saat, setelah "bangkik batang tarandam" itu, aku bisa memutar kemudi kapal dan merubah haluannya menuju rumah. Mengenang masa-masa indah bersama si lelaki hebatku 😊
FYI: Mambangkik batang tarandam maksudnya adalah membangkitkan kembali marwah/kehormatan yang telah lama terpendam/terabaikan karena suatu keadaan. Biasanya digunakan untuk pemuda minang yang merantau.
. Pamulang, 10 Februari 2020
S.H
"
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yang amat menyentuh. Kereeen.
Trimakasih Bu Yeti untuk dukungan ny