Empat bulan kamu bersama dengan kami. Kehadiranmu memberikan sbanyak kebahagiaan buat kami terkhusus buatku. Walau kami belum bisa menatap wajahmu,namun kami merasakan kehadiranmu. Banyak doa dan harapan kami buatmu sebagai buah cinta kami yang ketiga. Kakakmu Michelle yang sebelumnya terbiasa dipanggil dedek,berubah panggilan menjadi kakak Michelle. Dan betapa dia dengan bangga menyebut dirinya sebagai kakak. Bahkan abangmu Matthew dengan begitu antusias mulai mencari nama buatmu. Bila kamu jagoan akan diberinya nama Michael atau Marco. Dan bila kamu gadis cantik akan diberinya nama Mithy. Dan yang pasti setiap kali abangmu menggambar tentang keluarga kita,kamu ada dalam lukisan itu. Begitu antusiasnya semua menyambutmu.

Tapi, ternyata kehadiranmu hanya sesaat buat kami. Kamu tidak mau benar-benar bersama kami. Tidak ada tanda-tanda kamu berikan samaku. Sama sekali aku tidak menyadari kalau kamu tidak lagi bernafas bersamaku. Niatku ke dokter untuk pemeriksaan rutin tiap bulan,tiada pikiranku yang lain. Tapi ketika dokter mengatakan jantung mu tak berdetak lagi dan harus dikuret, dunia bagaikan runtuh kurasakan. Isak tangisku tak bisa kubendung. Para pasien dan pengunjung yang ada di ruang tunggu rumah sakit menatapku penuh pertanyaan ketika aku menuju kasir. Diagnosa dokter belum bisa kuterima. Mulai kuhubungi kawan-kawan ku menanyakan nomor telepon dokter lain. Satu persatu kutelepon,berhubung hari ini Sabtu dan dalam kondisi darurat covid-19 sehingga sulit menemukan dokter praktek. Akhirnya ada satu praktek dokter yang masih buka. Tanpa berpikir panjang kami langsung daftar dan penuh harapan hasil diagnosanya akan berbeda dengan yang pertama. Tapi ternyata aku harus bisa menerima kenyataan bahwa kamu sudah tiada. Pikiranku benar-benar terguncang. Sepanjang malam,air mataku tak berhenti mengalir. Sulit kuterima kenyataan ini. Atas dukungan suami,ibu dan pelukan kedua anakku akupun mulai fokus dengan rencana tindakan selanjutnya. Apapun ceritanya kamu harus dikeluarkan dari rahimku. Bukan kami yang tidak mengharapkan kehadiran mu, tetapi kamu yang meninggalkan kami. Dan hari ini, aku berusaha mengikhlaskan kamu. Aku bersama ayahmu ke rumah sakit untuk mengikuti setiap proses yang dianjurkan dokter. Ayahmu, untuk ketiga kalinya menandatangani begitu banyak berkas seperti itu. Saat Abang dan kakakmu juga hal itu dilakukan ayahmu. Bila pada saat abang dan kakakmu itu ditandatangani ayahmu sebagai persetujuan untuk menyambut kehadiran mereka di tengah-tengah kami, namun untukmu dilakukan ayahmu sebagai tanda tangan persetujuan untuk melepaskanmu. Semoga kami benar-benar ikhlas untuk berpisah denganmu.