"Halo....sudah tidur semua ya?" tanya suamiku melihat anak-anak sudah tertidur pulas saat video call. "Tadi kami ada kerjaan,ini baru selesai,"lanjutnya menjelaskan. Mungkin dia merasa bersalah karena sudah janji akan menelepon anak-anak sebelum tidur. Walau wajahnya hampir separuh ditutupi masker,tapi aku bisa melihat wajahnya kelelahan. "Istirahat ajalah dulu, besok pagi anak-anak bisa ditelepon lagi," kataku sembari mengucapkan selamat malam. Sudah seminggu suami tugas luar.Tapi syukurnya tidak terlalu jauh jaraknya hanya saja harus tetap tinggal di tempat tugasnya. "Selamat pagi semua", sapa suami pagi ini. Tampak dia duduk di atas sepeda motornya dengan seragamnya."Baru bangun ya?" lanjutnya melihat kami masih bermalas-malasan di atas tempat tidur. Belum sempat kujawab, Matthew sudah keburu melontarkan banyak pertanyaan sama bapaknya. Sembari mendengar pembicaraan mereka, mataku tak lepas mengamati bapak Matthew yang hampir tak pernah mengenal kata libur. Bahkan disaat diterapkan WFH ( Work From Home), tetapi mereka justru selalu berada di luar rumah. Di saat aku masih bisa bangun santai di pagi hari,tetapi dia wajib tetap berangkat tepat waktu.Hari Minggu dan hari libur nasional pun mereka tetap bekerja.Sepanjang aku mendampinginya, belum pernah dia bermalas-malasan melalukan tugasnya. Sekecil apapun tugasnya, dia selalu berusaha bertanggung jawab melaksanakan. "Jangan tanya bagaimana perasaanku saat jauh dari kalian,karena itu sudah menjadi tugasku. Aku berharap anak-anak ku kelak menjadi orang yang berguna,sehingga tidak sia-sia setiap pengorbanan yang kulewati," kata bapak Matthew suatu hari. Mendengar ucapannya, ada rasa yang berat ketika dia jauh dari keluarga nya. tetapi dia tetap berusaha melaksanakan tugasnya.