Sonang Sitorus

Lahir di Tapanuli Utara ,13 Juli 1981. Alumni Teknik Kimia Universitas Sriwijaya Palembang dan Pendidikan Kimia Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.Tenaga pe...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bersyukur dan Terus Bersyukur (Part 2)

Bersyukur dan Terus Bersyukur (Part 2)

Saat aku dalam kesedihan, sesungguhnya orang yang paling menangis bukanlah aku. Pribadi yang paling terpukul adalah ibuku. Saat melihatku diam berurai air mata, hatinya begitu hancur. Dengan penuh kasih sayang berusaha menguatkanku. Dengan semampunya berusaha untuk tidak menunjukkan kesedihannya dihadapan ku. Tapi di dalam kamarnya, seperti biasa ibu berdoa terisak sambil menyebut namaku. Saat aku harus rawat inap di rumah sakit, ibu satu-satunya orang tempat anak-anakku berlindung. Untung saja kedua anakku seperti memahami keadaan. Biasanya mereka sulit ditinggal, tapi kali ini mereka tidak ada yang rewel sedikitpun. Selama 3 hari di rumah sakit, anak-anak ku tak kekurangan apapun.Bahkan kuyakin ibuku mengurusnya lebih dari aku sebagai ibunya. Setiap kali aku menelepon, anak sulungku langsung melapor "kami sudah makan mami, tak perlu khawatir," katanya meyakinkan ku. Tentunya aku tidak akan meragukan itu. "Kamu pikirkan kesehatan mu saja dulu, tidak usah pikirkan yang lain," tambah ibuku menenangkan aku. Bahkan selama aku di rumah sakit, ibu memasakkan makanan lezat untukku. " Harus banyak makan biar cepat pulih," kata ibuku setiap kali menitipkan masakannya sama suami. Hingga aku pulang dari rumah sakit, tak sedikitpun aku kekurangan. Ibu mengurusku luar biasa. Masakannya yang selalu lezat dan wajib kuhabiskan membuat kondisiku lebih cepat baikan. Istirahatku selalu dipantau. Kedua anakku akan ditegurnya bila suaranya kuat atau berusaha mengganggu ku. Ibu mengharuskan aku istirahat total. Untung saja orang yang membantu kami di rumah sehari-hari tetap masuk seperti biasa walaupun dalam menjalankan puasa. Sehingga kondisi rumah masih tetap terurus meskipun aku harus istirahat total. Keseharianku hanya berada di dalam kamar. Keluar kamar hanya saat makan dan juga saat berjemur di pagi hari. Saat makan, ibuku paling rewel. Aku wajib makan ini dan itu. Dengan alasan agar segera pulih. Bukan ini pertama kali ibu memperlakukan ku seperti itu. Memang begitulah ibu selalu menunjukkan kasih sayangnya. Aku sampai berpikir,apa jadinya aku tanpa ibu di sisiku. Terlebih dalam situsi saat ini, kepada siapa kedua anakku berlindung saat kami berada di rumah sakit? Jangankan untuk menitipkan mereka kepada tetangga, bertemu dengan tetangga saja sudah sangat jarang akibat covid-19 ini. Salah satu yang paling kusyukuri dalam hidupku, aku masih memiliki ibuku. Aku masih memiliki tempat mengadu baik suka dan duka. Dan di dalam doaku, selalu kupinta semoga ibu sehat selalu dan diberi umur yang panjang. Amin...Amin...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mereka bisa dewasa krn keadaan

03 May
Balas

Ya Bu.. keadaan terkadang memaksa kita untuk mampu bertahan.

04 May

Aamiiin. Bahagianya masih punya Ibu.

04 May
Balas

Amin...ya Bun..semoga diberi umur panjang Bu,karena ibu itulah tempat kita mengadu paling nyaman dan yang paling paham isi hati kita.

05 May



search

New Post