Dirawat di rumah sakit dalam kondisi pandemi corona saat ini tentunya sangat terasa bedanya. Bila sebelumnya masih diberi kesempatan menjenguk pasien yang sedang dirawat inap, namun saat ini tidak ada lagi jam besuk. Yang mendampingi pasien juga cuma diperbolehkan satu orang. Dalam hal ini jelas, baik keluarga maupun teman-teman tidak dapat mengunjungi kita saat dirawat di rumah sakit dalam situasi seperti sekarang ini. Demikianlah yang saya alami juga. Saat berada di rumah sakit, hanya suami satu-satunya orang yang melihat kondisiku. Tapi meskipun demikian, bukan berarti karena tidak ada yang peduli dengan ku. Beberapa orang teman meneleponku menanyakan ruangan tempatku menginap, karena mau datang berkunjung. Dengan penuh hormat dan terimakasih saya sampaikan kebijakan rumah sakit yang melarang menjenguk pasien. Selain kebijakan rumah sakit,saat ini juga kita harus mendukung kebijakan pemerintah tentang social distancing. Dalam artian, selain tidak bisa menjenguk di rumah sakit, menjenguk di rumah juga tentunya perlu dihindari. Situasi sekarang ini memang sangat membatasi ruang gerak kita. Mengunjungi orang yang kita sayangi juga menjadi sulit. Tapi, justru dalam hal seperti ini juga kita bisa melihat kasih orang yang begitu tulus terhadap kita. Berbagai cara akan muncul bentuk perhatian. Seperti yang saya alami, meskipun tidak bisa mengunjungiku langsung tapi perhatian mereka dapat kurasakan. Mulai dari telepon, video call, mengirimkan lagu, bahkan mengirimkan video lucu untuk menghiburku. Walau raga kami tidak bertemu,tapi hati saling menyapa.

Dan perhatian itu juga tetap kurasakan ketika sudah pulang ke rumah. Berbagai bentuk perhatian tetangga juga tetap terasa. Walau mereka tidak datang berkunjung tapi bukan berarti mereka tidak peduli terhadapku. Setelah mereka tau aku sudah di rumah, ada tetangga yang mengantarkan sayur bangun-bangun (daun jinten) yang dipercayai bagus dikonsumsi pada masa nifas. Walau hanya sampai di pagar rumah,tapi kudengar suaranya"sampaikan salam kami sama mama Matthew,semoga lekas pulih," katanya sembari mohon maaf karena tidak masuk ke rumah. Selain itu tetangga yang lain, menyodorkan ayam kampungnya padahal sebelumnya dia bercerita ayamnya itu tidak mau dijual karena untuk dimakan keluarga saja masih kurang.Tapi justru direlakannya untuk kami. Keesokan harinya dari orang yang berbeda datang lagi,ketika suami pulang dari kantor, telur ayam kampung sudah tergantung di pagar rumah kami. Berbagai bentuk perhatian dapat kurasakan yang tentunya mendukung pemilihan ku. Hingga hari ini, masih ada juga yang mengantarkan daging ke rumah. Meskipun hingga hari ini juga,saya belum bertemu dengan mereka semua yang telah menunjukkan kasihnya padaku. Tapi dalam hatiku betapa aku bersyukur untuk setiap orang baik yang dikirim Tuhan buatku. Semoga kita semua tetap dalam lindungan Tuhan, terlebih dalam menghadapi covid-19 ini.