Sonang Sitorus

Lahir di Tapanuli Utara ,13 Juli 1981. Alumni Teknik Kimia Universitas Sriwijaya Palembang dan Pendidikan Kimia Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.Tenaga pe...

Selengkapnya
Navigasi Web

Banyak Cinta Untuk Ku (Part 1)

Minggu,19 April 2020 hujan deras mengguyur kota tempatku tinggal. Payung besar berwarna merah tak cukup melindungi tubuhku dari guyuran hujan. Jarak parkiran dengan gedung rumah sakit mungkin hanya sekitar 20 meter, namun tetap juga pakaian yang kukenakan sedikit lembab akibat percikan air hujan. Dengan pikiran berkecamuk aku tetap melangkah menuju loket pendaftaran yang diikuti suami. Kuserahkan surat rujukan dokter kepada salah satu petugasnya. Pertanyaan petugasnya yang bertele-tele membuat hatiku makin bergemuruh. Mau berdebat tapi pikiranku saat itu terlalu lelah untuk meladeninya. Setelah menunggu hampir 2 jam, akhirnya saya masuk dalam ruang IGD. Beberapa orang perawat mulai meraba pergelangan tanganku untuk memasang infus. Setelah dua kali gagal akhirnya dari tangan kiri berpindah ke tangan kanan. Selesai pasang infus, kembali jarum suntik menancap di tangan kananku mengambil darah. Belum lagi perawat yang bertugas mengambil darah berlalu, sudah datang lagi perawat yang lain menancapkan jarum suntiknya di tangan kiriku. Kali ini untuk tes obat sekira ada alergi terhadap obat tertentu. Kupejamkan mataku, menahan rasa sakit dari setiap jarum suntik yang menancap di tubuhku. Untuk ketiga kalinya aku merasakan hal seperti ini, namun kali ini sungguh berbeda. Bila yang pertama dan kedua aku merasakan kesakitan ini sebagai awal sukacitaku, tapi rasa sakit kali ini menambah duka di hatiku. Setelah sekitar 1 jam aku berada di IGD, akhirnya dipindahkan ke ruangan rawat inap. Pukul 20.00 WIB, kembali perawat datang mendekati tempatku berbaring. Melalui selang infus, disuntikkannya obat. Tidak sampai 10 menit, tubuhku memberikan respon terhadap obat yang baru disuntik. Sekujur tubuhku terasa gatal dan bentol-bentol. Ujung jari-jari ku terasa bagaikan ditusuk jarum. Suami yang terus mendampingiku segera memanggil perawatnya kembali. Aku ternyata alergi terhadap obat tersebut. Setelah dikonsultasikan kepada dokter, akhirnya aku kembali disuntik semacam obat penawar alergi. Setelah beberapa lama, tubuhku terasa normal kembali. Kupejamkan mataku mencoba untuk berdamai dengan pikiranku. Tapi tetap juga hatiku risau. Kuraih ponselku, mencoba menghubungi ibuku. Ketepatan anak sulung ku yang menjawab. "Tenang mami, abang sama dedek Michelle sudah 3 kali berdoa agar mami cepat sembuh," terdengar jelas suara Matthew. "Baik-baik di rumah ya bang, jaga adek kita," sahutku sebelum gantian berbicara dengan ibuku. Kudengar suara ibuku tidak seperti biasanya. Aku tau persis itu suara sedang menahan isak tangisnya. Begitulah kebiasaan ibuku yang selalu tampak tegar padahal aku tau, hatinya jauh lebih rapuh saat melihatku bersedih. " Tenangkan hatimu, semua akan baik-baik. Kesehatan mu jauh lebih penting dari apapun itu," kata ibuku sebelum mengakhiri pembicaraan kami. Tanpa kusadari,terasa hangat air mataku menetes di pipiku. Belum sempat kuseka, tangan suamiku sudah duluan menghapusnya. " Jangan sedih lagi mami, ingat kedua anak kita," terdengar bisikan suami sambil membelai kepalaku. Kembali kupejamkan mataku, berdoa dalam hati semoga hari esok dapat kulalui. Bersambung..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semangat dekku....

02 May
Balas

Siap kakakku..

05 May

Keren bu... Salam

30 Apr
Balas

Trimakasih Bu..salam kenal bun.

05 May



search

New Post