Menyiram tanaman merupakan tugas rutin yang biasa dilakukan oleh Hani. Hal tersebut membuatnya merasa bahagia, karena merasa telah berguna bagi semua makhluk. Kebahagiaan itu semakin lengkap manakala melihat bunga-bunga yang bermekaran. Seolah-olah semuanya mengucapkan terima kasih kepada Hani, sebab mereka dirawat dengan penuh cinta. Keindahan tanaman di taman membuat senyum Hani semakin sumringah setiap harinya.

Pandangannya tertuju pada sekuntum mawar putih yang terlihat begitu indah. kuntum pertama yang selama ini begitu dinantikan. Tanaman mawar ini sungguh istimewa bagi Hani, sebab tanaman tersebut pemberian dari seseorang yang juga istimewa. Seorang lelaki yang selama ini menghiasi mimpi-mimpinya, bahkan membuatnya sering berkhayal, “seandainya ia menjadi suamiku.” Gumam Hani dalam hati. Senyum sumringah menghiasi sudut bibirnya, tak mempedulikan tatapan bingung dari wajah ibunya.

Mentari bersinar begitu cerah membuat siapapun merasa bersemangat untuk beraktifitas, begitu pula halnya dengan Hani. Mulutnya tak henti bersenandung sembari menikmati sarapan sebelum berangkat ke tempat kerja. Tak sabar rasanya untuk segera menyapa kuntum mawar putih yang pastinya sudah mekar dengan sempurna. Hatinya diliputi kebahagiaan, terlihat dari senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya. Tanpa menyelesaikan sarapannya, ia segera beranjak menuju halaman rumah ingin menyapa kuntum mawar putih pertama. “Tidaaakkk!”, terdengar teriakan kencang dari halaman. Ternyata kuntum mawarnya telah hancur tertimpa sebuah bola kaki nyasar tak bertuan yang entah dari mana asalnya.