Aku Ikhlas
Hati ini selalu berdebar tatkala berpapasan dengan dokter Aldy, seorang dokter muda yang sedang tugas praktik pada sebuah Puskesmas yang ada di kampungku. Entah mengapa aku merasa bahagia tiap kali diminta untuk membantu dokter tersebut, meskipun sekedar menginformasikan kepada warga untuk berkumpul di Balai Desa. Bahkan aku berharap suatu saat bisa menjadi pasangan hidup dokter tersebut. “Tak ada salahnya bukan? Toh aku juga belum memiliki calon suami”. Jangankan calon suami, pacaran saja tidak pernah, gumam Wulan dalam hati. Wulan memendam rasa ini dan tidak pernah bercerita kepada siapapun termasuk kepada adiknya, Sekar.
“Mbak Wulan, bisakah mbak temani Sekar mendaftar di madrasah dekat puskesmas? Sekar ingin mengajar di sana”, celoteh adik Wulan dengan mata berbinar. Sekar baru sebulan yang lalu diwisuda sebagai seorang sarjana pendidikan. “Wah…mbak sangat senang sekali, akhirnya kamu meneruskan jejak almarhum bapak menjadi guru”. “baiklah, mbak akan mengantarmu ke madrasah itu”. Dipeluknya sang adik dengan rasa bahagia dan suka cita. “Siapa tahu aku bisa bertemu dengan dokter Aldy”, bisik Wulan dalam hati sambil tersenyum manis.
Semenjak menjadi guru di madrasah Sekar terlihat sangat bahagia. Meski baru tiga bulan mengajar terlihat Sekar sangat menyukai profesi tersebut. Sekar memiliki pribadi yang menyenangkan, periang dan senang berteman dengan siapa saja, hal tersebut membuatnya disayangi oleh murid-muridnya. Hingga suatu sore sepulang mengajar Sekar mengajakku duduk di serambi depan. Dengan wajah berbinar ia mulai berbicara. “Mbak…jika ada yang melamarku bagaimana? Mbak setuju atau tidak?”. “Kamu serius Sekar? Lha yang mbak tahu kamu kan belum ada calon?” Wulan bertanya dengan rasa penasaran, sebab yang ia tahu adiknya lebih sering di rumah dan tidak memiliki teman dekat seorang lelaki. “Aduh mbak…Sekar harus mulai cerita dari mana ya mbak?, terlihat wajahnya bingung. Begini mbak, “ Siang tadi tiba-tiba ada seorang lelaki yang datang ke madrasah dan menemui kepala madrasah mbak, ia langsung menyatakan ingin melamar Sekar dan berniat menjadikan Sekar sebagai istrinya”. Sekar bercerita bahwa kepala madrasah mengiyakan, dan memintanya untuk meminta izin kepada mbak Wulan. “Ya sudah, jika ia seperti yang kamu ceritakan berarti ia sungguh-sungguh dengan niatnya”. Wulan meyatakan persetujuannya atas permintaan tersebut, ia berharap adik yang sangat disayanginya akan hidup bahagia dengan pilihannya. “Jika mbak boleh tahu siapakah lelaki tersebut?”. “Pasti mbak mengenalnya, Namanya Aldy mbak, dokter Aldy”.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar