best practice
ONDE-ODE SIPULUIK
TAMAN KANAK-KANAK BUKITTINGGI
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Pembinaan dan pembimbingan terhadap guru merupakan tugas utama seorang pengawas sekolah. Akhir Juli 2014 berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bukittinggi penulis diangkat menjadi seorang Pengawas Sekolah jenjang TK, dan sebelumnya pada tahun 2012 penulis telah mengikuti Diklat Calon Pengawas yang dilaksanakan oleh Pemko Bukittinggi bekerja sama dengan Badan Diklat Provinsi Sumatera Barat. Hal ini merupakan pencerahan bagi penulis, karena mendapatkan kewenangan untuk memberikan pembinaan kepada guru dan kepala sekolah baik secara managerial maupun secara akdemik. Pembinaan akademik menjadi tupoksi utama penulis sekalu seorang pengawas sekolah muda dengan golongan III/d. Dan memberikan pembinaan kepada guru tentang pembelajaran anak usia dini khususnya pemilihan metode yang tepat dalam pembelajaran menjadi fokus penulis dalam memberikan pembinaan. Khusunya pengembangan berbagai potensi anak melalui metode bercerita.
Mendongeng atau bercerita merupakan satu metode yang ampuh dalam pembelajaran anak usia dini. Dari zaman nenek moyang sampai dengan saat ini mendongengg atau bercerita masih tetap disenangi oleh anak-anak dalam pembelajaran. Baik dongeng klasik atau dongeng yang telah dikemas dengan versi baru seperti film kartun yang ada ditelevisi. Televisi mengemas cerita dongeng sederhana menjadi semenarik mungkin, sehingga lebih disenangi oleh anak-anak, bahkan orang dewasa.
Berdasarkan kondisi demikian penulis mencoba menggemas kembali metode mendongeng dalam pengenalan literasi anak usia dini, sehingga tujuan pengenalan literasi menjadi menyenangkan bagi anak. Dongeng sebagai salah satu metode ampuh jika dikemas baik dan tepat menjadi menyenangkan bagi anak, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak disampaikan dapat terujud dengan baik. Jabatan pengawas sekolah yang telah penulis emban saat ini memberikan kesempatan bagi penulis untuk berbagi ilmu tentang mendongeng telah menjadi tanggung jawab penuh dari penulis untuk memberikan pembinaan dan pembimbingan kepada guru TK.
Fenomena di lapangan yang penulis temukan, guru TK hampir meninggalkan metode dongeng dalam pembelajaran, dan lebih memfokuskan pada pengembangan akademik. Khususnya dalam pengenalan literasi, guru lebih memilih melatih anak untuk menulis menggunakan kertas dan pensil, atau bermain kartu, sehingga kegiatan tersebut menjadi membosankan bagi anak, bahkan anak merasa jenuh dan terpaksa untuk melakukan kegiatan tersebut.
Hasil pengamatan dan supervisi penulis dilapangan penulis pada 2 TK (TK N Pembina dan TK Islam Excellent) yang berada di kecamatan ABTB yang merupakan wilayah kerja penulis. Dalam proses pembelajaran yang penulis amati di 2 TK tersebut, guru lebih memfokuskan pembelajaran pada pengenalan literasi, dengan harapan anak dapat calistung setelah selesai pendidikan di TK. Kegiatan-kegiatan yang diberikan guru kepada anak berupa kegiatan bermain plastisin, bermain balok, dan menggambar atau menggunakan majalah untuk diwarnai dan menarik garis dan selalu menggunakan pensil dan kertas. Dan untuk pembelajaran bercerita sangat jarang digunakan guru. Alasan guru jarang menggunakan metode bercerita dalam pembelajaran karena guru lebih memfokuskan pembelajaran anak pada pengenalan calistung mempersiapkan anak untuk mampu calistung dan siap untuk masuk SD.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut penulis melakukan pembinaan kepada guru tentang pembelajaran bercerita dan mendongeng, pada dua TK tersebut di atas Pembinaan yang penulis lakukan melalui strategi one day one storry telling. One day one storry telling yang penulis lakukan adalah meminta guru melaksanakan bercerita setiap pagi selama 5 s/d 7 menit setiap harinya pada kegiatan pembukaan dengan cerita karangan guru. Bercerita yang dilakukan guru dapat melalui bercerita dengan alat peraga atau tanpa alat peraga, dan cerita guru harus dikumpulkan satu cerita untuk setiap harinya. Pada kegiatan inti pembelajaran penulis meminta guru untuk mengulang kembali kegiatan bercerita melalui bercerita dengan gambar seri selanjutnya memberikan kegiatan kepada anak untuk membuat buku cerita bergambar, dapat melalui gambar cerita guru atau gambar sesuai dengan ide atau imajinasi anak. Kegiatan ini penulis lakukan pada semester kedua, dimana anak sudah mulai dapat memegang pensil dengan baik dan sudah dapat membuat bentuk gambar sederhana.
Bercerita adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh pada jiwa manusia. Hal ini tidak saja kita temukan dalam pembelajaran melalui cerita-cerita tentang binatang, atau cerita tentang kehidupan sekitar kita. Agama islam dalam penyebaranya juga dilakukan melalui bercerita. Umat nabi Muhammad SAW yang tidak bertemu langsung dengan Rasulullah SAW, namun mengatahui tentang sifat-sifat, akhlak, cara Nabi menyebarkan agama Islam pada zaman dahulu dan masih banyak yang lainya, semua ini didapat melalui cerita, baik cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut ataupun yang dituliskan dalam buku cerita bahkan dalam Al quran juga ditemukan cerita-cerita atau kejadian masa lalu dan masa yang akan datang atau akhirat.
Hasil survey dibeberapa Negara ditemukan bahwa pengalaman masa kanak-kanak yang paling menyenangkan adalah ketika mendengarkan dongeng dari orang tua atau dari guru. Apalagi ketika guru atau orang tua menyampaikan cerita/dongeng dengan teknik bercerita yang tepat, mulai dari nada suara/intonasi, mimik, suara sesuai dengan tokoh cerita, sehingga dongeng tersebut membekas lama dalam benak kita. Betapa kita anak-anak Indonesia tidak bisa lupa dengan dongeng “sikancil yang nakal”, yang suka mencuri ketimun, atau “sikancil yang cerdik” yang mampu membawa gajah yang besar untuk menemaninya ketika ia jatuh dan terperosok ke dalam lubang atau mengalahkan buaya yang akan memangsanya, dongeng “Malin Kundang” anak durhaka, dari Sumatera Barat, yang dikutuk ibunya sampai akhirnya menjadi batu, dongeng “Bawang Merah dan Bawang Putih dari Jawa Tengah, dongeng Cinderella dan Kurcacinya serta dongeng-dongeng yang lainya.
Metode bercerita merupakan metode pembelajaran yang sangat ampuh yang mampu mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, dan bercerita sesungguhnya juga mampu mengembangkan kemampuan calistung atau kemampuan literasi anak sedini mungkin. Kegiatan one day one storry telling merupakan salah satu strategi penulis dalam pengenalan literasi anak usia dini di TK kota Bukittinggi yang penulis singkat dengan strategi “.Onde-onde Sipuluik di TK Kota Bukittinggi”.
B. Permasalahan
Pendidikan anak usia dini sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 adalah “suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dan pada usia dini anak mengalami masa emas perkembangan, masa yang hanya datang sekali dalam kehidupan anak. Pemberian rangsangan pendidikan dilakukan sejak lahir, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Rangsangan pendidikan hendaknya dilakukan secara bertahap, berulang dan konsisten sehingga memiliki daya ubah (manfaat) bagi anak. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya mengembangkan kompetensi anak adalah bercerita.
Kegiatan bercerita yang dilakukan guru tidak saja dapat mengembangkan bahasa anak, namun juga dapat mengembangkan kemampuan akademik anak bahkan juga dapat mengembangkan karakter anak. Pembentukan prilaku, sikap moral dan pengenalan cinta terhadap Sang Pencipta juga dilakukan melalui bercerita. Sebagaimana dikemukakan Musfiroh (2005: 123) bahwa anak membutuhkan cerita karena berbagai hal:
1) Anak membangun gambaran-gambaran mental pada saat guru memperdengarkan kata-kata yang melukiskan kejadian. Ransangan audiktif ini menstimulasi anak untuk terus menciptakan gambaran visual.
2) Anak memperoleh gambaran yang beragam sesuai dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman masing-masing. Hal ini menjadi bahan baku bagi anak untuk membangun skema-skema dalam pikirannya.
3) Anak memperoleh kebebasan untuk melakukan pilihan secara mental. Hal ini membantu mereka memberikan respon yang lebih baik saat menghadapi realita yang sesungguhnya.
4) Anak memperoleh kesempatan-kesempatan menangkap imajinasi dari citraan-citraan cerita: citraan gerak, citraan visual, dan citraan edukatif.
5) Anak memiliki tempat untuk melahirkan permasalahan seperti keinginan untuk melawan, kemarahan, rasa iri dan cemburu, serta ketidak berdayaan.
6) Anak memperoleh kesempatan merangkai-rangkai hubungan sebab akibat secara imajinatif.
Bercerita yang dinikmati anak akan memberikan wawasan kepada anak, membuka imajinasi anak, sehingga anak mampu berhkayal melalui cerita yang didengarnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengenalan literasi anak usia dini pada 2 TK di Kota Bukittinggi adalah kurangnya pemahaman guru tentang metode bercerita.
Pengenalan Literasi Anak Usia Dini Di TK
Gambar1. Diagram pengenalan literasi anak usia dini
Kepala TK
Guru
Pengawas Sekolah (One Day One Storry Telling)
Anak TK
PEMBAHASAN
A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah tokoh sentral dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Berhasil atau tidaknya sebuah lembaga pendidikan khususnya pada satuan pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki kepala sekolah tersebut. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah/madrasah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah harus memiliki lima dimensi kompetensi minimal yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Kepala sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah sehingga ia pun harus memiliki kompetensi yang disyaratkan memiliki kompetensi guru yaitu: kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Manajemen atau pengelolaan dapat berarti macam-macam tergantung kepada siapa yang membicarakannya. Istilah manajemen sendiri berasal dari “manage” yang padanan dalam bahasa Indoensia adalah kelola. Pengertian umum dari manajemen adalah proses mencapai hasil dengan mendayagunakan sumber daya yang tersedia secara produktif (Depdiknas,2007:126).
Dalam kontek manajerial sekolah maka seorang kepala sekolah dituntut untuk dapat menjalankan kompetensi sebagai manager yang mampu 1) menyusun perencanaan sekolah/madrasah, 2) memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayaagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal, 3) mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif, 4) menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran anak didik, 5) mengelola guru dan staff dalam rangka pendayagunaan sumberdaya manusia secara optimal, dan berbagai kemampuan lainnya, yang dibutuhkan untuk kemajuan sekolah yang dipimpinnya.
Pelaksanaan strategi onde-onde sipuluik yang penulis rancang dan TK N Pembina dan TK Islam Excellent memfasilitasi penulis dengan guru dalam melaksanakan pembelajaran bercerita, dengan strategi one day one storry telling. Kepala sekolah bertugas mengumpulkan cerita yang telah dibuat guru, kemudian penulis bersama kepala sekolah mengoreksi cerita untuk kemudian dijadikan kumpulan hasil cerita guru.
2. Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Pembelajaran yang berkualitas tidak akan tercipta dengan baik tanpa adanya kinerja yang baik dari guru. Sebagaimana dikemukakan Sahertian (2000) bahwa “kinerja sama dengan penjabaran tugas yang menyangkut pengetahuan, keterampilan dan ciri khas dari perilaku kerja seseorang, dengan demikian orientasi dari pada kinerja lebih ditekankan kepada hasil dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan”. Sementara Hasibuan (1994) juga mengemukakan bahwa “kinerja adalah perbandingan prestasi aktual yang dapat dicapai dengan prestasi kerja yang diharapkan”.
Dua pendapat di atas jika dicermati pada prinsipnya mempunyai pendapat yang sama. Yaitu mereka menyatakan bahwa kinerja itu merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan dengan memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan proses kerja seseorang untuk mencapai tujuan yang relevan dilaksanakan. Sedangkan kinerja guru merupakan cermin dari kualitas guru itu sendiri. Baiknya kinerja seorang guru akan menghasilkan dampak yang sangat positif pada hasil kualitas pendidikan.
Betapapun bagus dan lengkapnya kurikulum, metode, media, sumber, sarana dan prasarana namun keberhasilan pendidikan terletak pada kinerja guru itu sendiri. Sahertian (1994) mengatakan kinerja guru merupakan cerminan dari kualitas guru itu sendiri, dan kemampuan yang dimiliki oleh guru erat kaitannya dengan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik di sekolah. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah “Kemampuan profesional” yaitu kompetensi kemampuan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesi guru dalam melaksanakan peran profesinya. Menurut Sudjana (2000) ada empat kemampuan guru, yakni : a) merencanakan program pengajaran, b) melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar, c) menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan d) menguasai bahan pengajaran dalam arti menguasai bidang studi mata pelajaran yang dipegang/dibinanya.
Guru professional adalah guru yang dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik, yaitu memiliki kemampuan menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menggunakan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, dapat menggunakan metode yang tepat dan melaksanakan penilaian, selain itu guru harus luwes dalam berinteraksi dengan peserta didik, sehingga pembelajaran menyenangkan bagi peserta didik yang akan dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3. Bercerita One Day One Storry Telling
Guru profesional adalah guru yang mampu mengemas pembelajaran dengan berbagai metode yang sesuai dengan tujuan, materi dan tahapan perkembangan anak. Bercerita sebagai salah satu metode pembelajaran yang cocok digunakan guru TK dalam pembelajaran sangat memberi makna terhadap perkembangan anak.
Dalam kegiatan bercerita di Taman Kanak-kanak dapat membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi, hal ini sesuai dengan pendapat Bachri. (2005: 10) yaitu:
bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagi pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain, dengan demikian bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu (ide).”
Perkembangan bahasa anak adalah satu urutan yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak untuk berkomunikasi. Sebagaimana pendapat Bachri (2005: 10) bahwa “dalam konteks pembelajaran anak usia dini bercerita dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih keterampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan.”
Kegiatan bercerita yang dilakukan guru setiap hari dapat mengembangkan kemampuan lisan anak dengan baik. Karena bercerita dapat dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat dalam bentuk pesan. Informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, dan disampaikan dengan menarik. Bercerita kepada anak memainkan peran penting bukan saja dalam menumbuhkan minat anak dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak.
Satu cerita setiap harinya akan memberikan pengalaman yang kaya bagi anak untuk berimajinasi, yang kemudian akan mereka tuangkan melalui pengucapaan ataupun melalui tulisan maupun gambar. Bercerita sesuai dengan pengertian adalah bertutur untuk menyampaikan ide atau pikiran kepada orang lain, maka dapat disimpulkan bahwa bercerita sebagaimana dijelaskan oleh Hidayat dalam Bachri, (2005:11) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran dengan bercerita dalam program kegiatan di TK adalah:
1) Mengembangkan kemampuan dasar
Bercerita selain mengembangkan kemampuan bahasa anak juga mampu mengembangkan daya cipta, dalam pengertian membuat anak kreatif, berfikir, serta berolah tangan, olah tubuh sebagai latihan motorik halus, motorik kasar.
2) Pengembangan kemampuan dasar dalam pengembangan bahasa agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan.
Melalui kegiatan bercerita dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam kegiatan bercerita anak mendapatkan tambahan pengalaman yang bisa jadi hal baru baginya, dan sebaliknya.
Tambahan pengalaman tersebut akan memperluas wawasan anak. Dan cara berpikir anak juga mendapat tambahan dengan pengenalan. Penambahan logika-logika atas cerita yang didengarkannya. Dengan semakin terlatih kemampuan berlogika melalui cerita yang didengarkan anak akan memiliki cara berpikir yang luas. Melalui bercerita pola kerja dan semangat hidup sebagai manusia juga akan tertanam kepada anak. Penyampaian dan pengadopsian pengalaman tersebut didapatkan salah satunya melalui bercerita yang disampaikan dalam pembelajaran.
Dhieni, (2009: 67), fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah membantu perkembangan bahasa anak. Melalui bercerita pendengaran anak dapat berfungsi dengan baik untuk membantu kemampuan berbicara, dengan menambah perbendaharaan kosa kata anak. Kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkaikan kalimat.
Berdasarkan pendeapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan bercerita dilakukan terutama untuk mengembangkan ranah kemampuan perkembangan berbahasa pada anak usia dini. Menurut Bachri, (2005: 11) tujuan kegiatan bercerita pada anak akan dapat mengembangkan:
1) Kemampuan dan keterampilan menceritakan kembali
2) Kemampuan dan keterampilan berbicara
3) Kemampuan dan keterampilan penggunaan kosa kata
4) Kemampuan dan keterampilan berimajinasi
Menurut Bachri, (2005; 12) menyatakan bahwa kegiatan bercerita anak juga akan merangsang kemampuan berfikir kognitif untuk menemukan rasional-rasional atas cerita yang didengarkan, kemudian berdasarkan cerita yang didengarnya ia mampu membuat imajinasi yang bersifat fantasi sebagai akibat dari pengaruh mental dari penceritaan dan peningkatan keterampilan komunikasi lisan. Melalui berbahasa akan dapat ditingkatkan dengan terlatihnya anak melalui kegiatan mendengarkan, memberikan respon, memberi jawaban dan lain-lain sebagai aktivitas dalam kegiatan bercerita.
Mengacu pada pendapat Bahcri di atas, penulis menjadi yakin bercerita merupakan wahana yang sangat penting bagi anak dan merupakan wadah untuk mengembangankan berbagai aspek perkembangan anak. Sebagai mana yang dikatakan oleh Musfiroh (2005:24) yaitu bercerita menjadi suatu yang penting anak dengan alasan:
1) Bercerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak.
2) Bercerita adalah metode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan daftar keterampilan lain, yakni keterampilan berbicara, membaca, menulis, dan menyimak.
3) Bercerita memberikan ruang lingkup yang bebas pada anak untuk mengembangakan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap kejadian yang menimpa orang lain.
4) Bercerita memberi contoh pada anak bagaimana mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif oleh masyarakat.
5) Bercerita memberikan barometer sosial bagi anak.
6) Bercerita memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti yang memiliki retensi lebih kuat dari pada penuturan dan perintah langsung.
7) Bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi anak dan guru sebagai pencerita.
8) Bercerita memberikan ruang gerak pada anak, kapan sesuatu nilai yang berhasil ditangkap akan diaplikasikan.
9) Bercerita membangkitkan rasa ingin tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur, plot, dan menumbuhkan kemampuan merangkai hubungan sebab akibat dari suatu kejadian.
10) Bercerita memberikan daya tarik bersekolah bagi anak karena di dalam bercerita ada efek rekreatif dan imajinatif yang dibutuhkan anak usia TK.
Strategi one day one storry telling yang dilakukan guru dengan memperhatikan teknik bercerita, memperhatikan usia dan tahapan perkembangan anak, serta pemilihan cerita yang sesuai dengan usia perkembangan anak akan dapat membantu terhadap berbagai aspek perkembangan anak di atas.
4. Membuat cerita sederhana
Cerita untuk anak memiliki unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama lainnya dan saling menunjang yang menjadikan cerita tersebut menjadi menarik, selanjutnya oleh para ahli dalam Musfiroh (2005: 31) bahwa unsur-unsur utama dalam perkembangan fiksi yaitu:
a. Tema
Tema adalah gagasan, ide, pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra (Sudjiman, 1992:50 dalam Musfiroh, (2005:42). Kemudian tema dapat pula diklasifikasikan menurut subjek pembicaraan suatu cerita yakni tema fisik yang mengarah pada kegiatan fisik manusia, tema organik yang mengarah pada masalah hubungan manusia, tema sosial yang mengarah pada masalah pendidikan propoganda, tema yang mengarah pada reaksi-reaksi pribadi yang umumnya menentang pengaruh sosial dan tema ketuhanan menyangkut kondisi dan situasi sebagai makhluk ciptaan Tuhan (Shipley-Via Nurgiantoro,1991 dalam Musfiroh (2005:40).
b. Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam karyanya (Sudjiman dalam Musfiroh (2005:57). Amanat dalam cerita biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran.
c. Plot /Alur cerita, konflik, klimaks.
Plot adalah peristiwa narasi (cerita yang penekanannya terletak hubungan kausalitas) (Forster, 19966:93 dalam Musfiroh, (2005:44). Cerita sebaiknya dikembangkan secara logika jekas dan tuntas agar tidak membingungkan anak.
d. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia tetapi pada cerita anaktokoh itu dapat berwujud binatang atau benda-benda tiruan. Tokoh binatang atau benda-benda tiruan dalam cerita dapat bertingkah laku seperti manusia, dapat berpikir dan berbicara seperti manusia.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang mempermasalahkan siapa yang menceritakan atau dari kaca mata siapa cerita dikisahkan. Sudut pandang mempengaruhi pengembangan, kebebasan, keterbatasan sebuah cerita dan ke-objek-tivitasan hal-hal yang akan diceritakan.
f. Latar
Latar adalah unsur cerita yang menunjukkan kepada penikmatnya dimana dan kapan kejadiaan-kejadiaan dan cerita berlangsung.
g. Sarana Kebahasaan
Cerita karena disampaikan dengan kata-kata, disebut dubia dalam kata ”dunia” yang diciptakan, dibangun, ditawarkan, dan diabstraksikan, dan sekaligus ditafsirkan lewat kata-kata (Nurgiyanto dalam Musfiroh 2005:49).
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa bercerita dapat memperluas wawasan dan cara berpikir anak sebab dalam kegiatan bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang biasa jadi merupakan hal baru baginya. Selanjutnya apabila guru bercerita maka berbicaralah perlahan-lahan dengan ucapan yang jelas supaya anak dapat membedakan setiap kata dan menekanan atau mengulang setiap kata sulit atau yang baru juga dapat memabantu anak untuk mengingat dan mengulanginya.
Selain hal di atas masih ada beberapa hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam menyajikan cerita, sebagaimana dikemukakan Prakoso (2014)
1) Membuat /memilih naskah (disesuaikan dengan usia anak, mengandung nilai moral, sosial dan emosional), mengandung aspek kognisi, sains dan motorik”.
2) Kreatif mengolah naskah cerita yang meliputi (mengkreasikan alur cerita, narasi dan dialog, melibatkan anak dalam cerita dan mengkreasikan media pendukung)
3) Menyajikan cerita/ kreatif menyajikan cerita yang meliputi (kreasi membuka cerita, suara, tokoh dan ilustrasi, kreasi gerak halus dan gerak kasar serta mengkreasikan alat peraga dan media pendukung lainya).
Jika pendidik dapat mengkreasikan cerita dengan baik sesuai dengan beberapa hal pokok di atas maka kegiatan bercerita menjadi menarik dan menyenangkan bagi anak. Pengetahuan guru tentang bagaimana teknik dan membuat sebuah cerita tidak akan terjadi dengan sendirinya tanpa ada upaya untuk mendapatkan pengetahuan tentang bercerita.
5. Strategi Onde-onde Sipuluik
Permasalahan rendahnya pengetahuan guru dalam pembelajaran bercerita di TK kota Bukittinggi yang berdampak terhadap pengenalan literasi anak usia dini, maka alasan penulis memilih strategi “Onde-onde Sipuluik di TK kota Bukittinggi” adalah sebagai berikut :
Makna Onde-onde Sipuluik.
Onde-onde adalah sejenis kue jajanan pasar yang populer di Indonesia, Kue ini dikenal sejak zaman Majapahit. Onde-onde dapat ditemukan di pasar tradisional maupun dijual dipedagang kaki lima, Onde-onde terbuat dari tepung terigu ataupun tepung ketan yang digoreng atau direbus dan permukaannya ditaburi/dibalur dengan biji wijen. Terdapat bermacam-macam variasi, yang paling dikenal adalah onde-onde yang terbuat dari tepung ketan dan di dalamnya diisi pasta kacang hijau atau gula merah. Sejarah onde-onde dapat ditelusuri di Tiongkok saat zaman dinasti Tang, di mana makanan ini menjadi kue resmi daerah Changan (sekarang Xian) yang disebut ludeui (碌堆). Makanan ini kemudian dibawa oleh pendatang sana menuju ke daerah selatan Cina, lalu berkembang luas hingga daerah-daerah Asia timur dan tenggara.
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Misty, Littlewood and Mark Littlewood, 2008 Gateways to Beijing: a travel guide to Beijing ISBN 981-4222-12-7)
Konon kabarnya di Minang Kabau pada zaman penjajahan Belanda, menurut cerita dari mulut kemulut dan sesepuh masyarakat menceritakan asal usul makanan yang bernama onde-onde tersebut. Seorang pejabat penjajah/Belanda memakanan makanan yang terbuat dari beras ketan dan diberi warna dari sari daun pandan dan berisi potongan gula merah atau lebih dikenal dengan inti, serta pada bagian luar dilumuri dengan kepala parut. Karena kekurang hati-hatian sipemakan memotong/menggigit makanan sehingga inti/gula merah mengenai baju putih yang dikenakannya, sehingga bajunya kotor melihat kondisi demikian pesuruhnya yang merupakan seorang warga asli Minang Kabau yang melihat kondisi demikian langsung berucap “ondeh-ondeh” yang maknanya menyatakan prihatain terhadap baju yang terkena ciprakan gula merah. Maka sejak saat itu rebusan tepung ketan berisi gula merah itu lebih dikenal dengan sebutan onde-onde.
Memakan onde-onde tidaklah mudah dan harus tahu bagaimana cara memakannya agar inti itu tidak memercik keluar dan mengenai orang yang memakan atau orang disekelilingnya. Selain itu ketika memakan onde-onde sipemakan juga harus hati-hati dengan kelapa yang dilumuri, karena jika yang memakan tidak membersihkan mulut mereka maka parutan kelapa dapat mengotori mulut atau kumis bagi laki-laki akan sangat mengganggu penampilan seseorang.
Secara filsafat ini sangat berdekatan dengan pengertian pendidikan anak usia dini, Undang-Undang No 20 Tahun 2003 adalah “suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Pemberian ransangan pendidikan adalah satu upaya yang harus dilakukan guru dalam menggali potensi yang telah dimiliki anak agar berkembang dengan baik melalui pemberian ransangan yang tepat. Jika pendidik salah memberikan ransangan pendidikan atau salah dalam menanamkan konsep kepada anak maka ini akan berdampak terhadap perkembangan anak selanjutnya.
Strategi onde-onde sipuluik adalah suatu strategi yang mengharuskan guru untuk melakukan pembelajaran bercerita pada kegiatan pembukaan setiap harinya, dan guru diminta untuk mengumpulkan cerita yang telah disampaikan. Selanjutnya pada kegiatan inti guru memperlihatkaan gambar seri dan menceritakan gambar pada gambar seri secara singkat, selanjutnya anak diminta untuk melakukan kegiatan membuat buku cerita bergambar yang dapat dibuat sesuai cerita guru atau sesuai dengan imajinasi anak sendiri.
Kegiatan one day one storry telling yang dilakukan guru mampu mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal literasi dini, seperti anak dapat menghubungkan kata dengan gambar, anak dapat berimajinasi melalui gambar, dan anak dapat membuat cerita sederhana. Karena anak terbiasa untuk menuangkan isi pikiran dan imajinasi mereka dalam bentuk tulisan ataupun gambar.
Perencanaan Strategi Onde-onde Sipuluik
Pelaksanaan strategi onde-onde sipuluik diawali dengan menyusun RPA pengawas sekolah, selanjutnya penulis melakukan pertemuan dan mengkomunikasikan program kepada kepala TK. Setelah ada persetujuan dari kepala sekolah pengawas melalui kepala sekolah mensosilisasikan program one day one storry telling kepada guru.
Tahapan selanjutnya guru bersama kepala sekolah menyusun program pembelajaran didampingi pengawas sekolah dengan kegiatan bercerita atau mendongeng pada kegiatan pembukaan pagi. Pada kegiatan ini setelah guru melaksanakan SOP pagi maka melaksanakan kegiatan bercerita dengan menyampaikan cerita yang telah disiapkan guru terlebih dahulu.
Kegiatan dilanjutnya dengan kegiatan inti, dimana rancangan pembelajaran yang disusun guru dengan memberikan kegitan membuat cerita sederhana melalui gambar seri yang disediakan guru, atau dapat juga anak membuat cerita sesuai dengan imajinasi anak sendiri. Guru dalam hal ini memberikan kebebasan kepada anak untuk membuat cerita bergambar, melalui pengembangan materi pada KD. 3.12, 4.12 atau pengenalan keaksaraan awal, diantaranya
Pada tahap awal kegiatan membuat cerita bergambar diawali dengan kegiatan anak mencontoh bentuk gambar dan cerita yang disampaikan guru
Pada pertemuan selanjutnya anak dapat membuat cerita bergambar sesuai dengan imajinasi anak dengan teknik yang berbeda-beda, seperti
Anak membuat gambar seri dan diberi warna,
Anak membuat gambar dengan kata sesuai isi cerita dan gambar diberi warna
Anak membuat gambar dan cerita sesuai secara runut dan gambar tidak diberi warna.
Gambar seri yang digunakan guru pada kegiatan inti diambil dari cerita yang telah disampaikan pada kegiatan pembukaan di atas.
Setelah selesai kegiatan pembelajaran maka guru mengumpulkan hasil karya anak dan menyerahkan naskah cerita kepada kepala sekolah.
Kumpulan cerita tersebut penulis kumpulkan guna diamati dan direvisi apakah cerita tersebut layak dan sesuai untuk tahapan usia anak.
Setelah cerita penulis revisi maka penulis memberikan arahan kepada guru tentang cerita yang telah mereka buat, dan meminta guru untuk membuat cerita yang lain yang sesuai dengan teknik penulisan cerita anak yang benar.
6. Pengenalan Litersi Anak Usia Dini melalui Bercerita
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi. Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan komponen literasi informasi sebagai berikut:
1) Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
2) Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman tentang keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penulisan, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
Pengenalan literasi bagi anak usia dini merupakan tahapan literasi dasar, yaitu berupa kemampun anak untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Kemampuan menggambarkan fikiran melalui gambar atau kata-kata. Dalam pembelajaran anak usia dini kemampuan anak dalam menuangkan fikiran dalam bentuk gambar merupakan tahapan dari perkembangan literasi anak usia dini. Mengenal huruf, mengenal kata, menghubungkan kata dengan gambar merupakan tahapan dari perkembangan literasi anak usia dini yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bercerita atau kegiatan lainnya.
Strategi onde-onde sipuluik adalah salah satu strategi yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran anak usia dini. Kemampuan anak untuk mengungkapkan pikiran mereka melalui tulisan atau gambar merupakan bagian dari tahapan perkembangan literasi anak usia dini. Membaca bagi anak usia dini tidak sama dengan membaca orang dewasa. Membaca bagi anak usia dini diberikan sesuai dengan tahap dan perkembangan anak, dan sebagaimana kita ketahui Suyanto, (2005: 14) “sejak tahun pertama kelahiran anak, mereka sudah memulainya dengan cara mendengar, bersuara, berkata-kata, dan semua ini merupakan keterampilan yang mengarah pada perkembangan bahasa anak”
Membaca dapat diperkenalkan sejak anak dalam kandungan. Minat baca anak sudah ada sejak tahun pertama kelahiran anak. Mereka memulainya dengan cara mendengar, bersuara, mengucap kata-kata, dan semua ini merupakan keterampilan yang mengarah pada perkembangan bahasa anak. Membaca tidak memiliki awal belajar tertentu, tetapi semua konsep yang dapat mendukung kemampuan membaca harus dipelajari agar anak bisa membaca dengan baik. Menurut Thomson 1970 (dalam Hawadi 2001:13), “waktu yang paling tepat untuk mengenalkan membaca dan menulis adalah saat anak duduk di TK, karena pada usia tersebut rasa ingin tahu anak berkembang sehingga anak melontarkan pertanyaan-pertanyaan”. Dan juga pada usia 1-3 tahun anak sudah dapat dikenalkan membaca melalui gambar-gambar yang ada di iklan, ataupun dalam majalah, dan buku-buku cerita bergambar.
Dahulu orang beranggapan bahwa anak belajar menulis jika mereka sudah dapat membaca. Anggapan tersebut ternyata tidak benar karena anak mulai belajar menulis jauh sebelum mereka dapat membaca, sebagaimana hasil penulisan Gibson 1970 (dalam Suyanto 2005: 192) “ Anak usia 12-14 bulan akan membuat coretan apabila diberikan kepadanya kertas dan alat tulis, dan pada usia 18 bulan anak mulai membuat coretan atas inisiatif sendiri, jika dibimbing dengan baik pada usia 30 bulan ( 2,5 tahun) anak sudah dapat menulis namanya sendiri.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca dapat dikenalkan kepada anak usia dini, yang tentunya harus sesuai dengan tahap perkembangan dan prinsip pembelajaran anak usia dini, yaitu bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain.
B. Evaluasi Kegiatan
Penilaian strategi onde-onde sipuluik terhadap pengembangan pengenalan literasi anak usia dini dalam pembelajaran di TK. Penulis lakukan melalui revisi cerita yang disampaikan guru dan juga hasil karya anak berupa buku cerita bergambar yang dibuat anak.
Strategi onde-onde sipuluik mampu mengubah kebiasaan guru dalam bercerita dengan cara membacakan buku cerita bergambar menjadi berita dengan teknik bercerita yang baik, karena cerita yang disampaikan adalah hasil karya guru sendiri dan guru menguasai isi dari cerita tersebut dengan baik.
Selain itu strategi onde-onde sipuluik mampu menjadikan guru kreatif dalam membuat cerita anak sederhana, dan cerita tersebut dapat menjadi referensi bagi guru untuk bahan cerita pada semester berikutnya. Hasil karya guru dan anak selama melakukan strategi onde-onde sipuluik sebagaimana terlampir.
C. Hasil/Dampak Yang Dicapai Dari Strategi Yang Dipilih
Strategi onde-onde sipuluik di TK kota Bukittinggi yang dilakukan melalui program one day one storry telling yang diiringi dengan kegiatan membuat cerita bergambar sangat bedampak positif terhadap :
1. bagi sekolah
2. bagi guru dan
3. bagi anak.
a. Manfaat bagi Sekolah
Manfaat yang didapat oleh sekolah, adalah sekolah menjadikan program one day one storry telling sebagai salah satu program pengambangan sekolah. Dan ini secara tidak langsung strategi ini mampu menjawab tantangan orang tua murid dan lingkungan yang menuntut anak untuk dapat calistung setelah menamatkan pembelajaran mereka di TK. Pengenalan literasi yang dilakuan melalui bercerita menjadikan anak-anak kaya akan imajinasi setelah mendengarkan cerita guru, selain itu anak-anak juga dapat menuangkan ide-ide mereka melalui bentuk gambar dan tulisan.
b. Manfaat bagi guru
Strategi one day one storry telling yang dilakukan guru setiap hari mengembangkan kemampuan bercerita guru dengan baik, selain itu guru menjadi kaya dengan berbagai cerita hasil ciptaan guru, sehingga guru memiliki banyak refensi untuk digunakan dalam pembelajaran bercerita bagi anak. Salah satu contoh cerita hasil karya guru.
c. Manfaat bagi anak
Straegi one day one storry telling yang dilakukan guru dengan kegiatan bercerita pagi yang mampu mengembangkan imajinasi anak melalui ceritaa-cerita yang disampaikan guru. Dan kegiatan menggambar menggunakan gambar seri yang dilakukan guru pada kegiatan inti memberikan kesempatan kepada anak dalam pengenalan literasi anak usia dini. Berikut ini dapat dilihat beberapa hasil karya anak hasil dari strategi one day one storry telling.
Sebagaimana terlihat pada gambar di bawah :
D. Kendala Pelaksanaan
Pada waktu pelaksanaan one day one storry telling yang penulis lakukan ini penulis menemukan adanya beberapa keterbatasan diantaranya :
1. Rendahnya minat guru
Pelaksanaan strategi one day one storry telling pada awal mengalami hambatan karena rendahnya minat guru untuk melaksanakan kegiatan bercerita pagi dengan anak. Sehingga pada awalnya penulis memberikan kebebasan kepada guru untuk menyampaikan cerita yang sudah ada dalam bentuk buku-buku atau yang ada dalam internet. Akhirnya guru dapat membuat cerita sederhana untuk anak, walau baru beberapa baris.
2. Keterbatasan Waktu
Keterbatasan waktu yang penulis miliki merupakan satu kendala dalam pelaksanaan strategi one day one storry telling, sehingga kegiatan ini baru dapat penulis lakukan pada 2 TK yang ada di kecamatan ABTB, dan harapan penulis untuk semester berikutnya kegiatan ini dapat diikuti seluruh TK yang ada diwilayah penulis, yaitu sebanyak 14 TK.
E. Faktor-faktor Pendukung
Faktor pendukung pelaksanaan strategi one day one storry telling yang penulis lakukan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak seperti faktor-faktor di bawah ini:
1. Kelengkapan sarana belajar anak, sebagaimana yang terdapat di TK N Pembina yang telah memiliki perpustakaan sekolah, dengan menyediakan berbagai macam buku bacaan baik untuk anak maupuan untuk guru dan orang tua. Sehingga pelaksanaan strategi one day one storry telling tidak saja dapat dilakukan guru di dalam kelas namun juga dapat dilakukan di perpustakaan sekolah dengan kondisi yang nyaman dan terbuka, sehingga memberikan kebebasan bagi anak untuk mendapatkan inspirasi tentang cerita yang akan mereka buat, atau gambarkan.
2. TK Islam Excellent sama halnya dengan TK N Pembina juga memiliki kelengkapan sarana dan prasara belajar yang lengkap. Ruang bebas yang terdapat dibagian depan sekolah dengan kondisi yang nyaman dan terbuka, dapat digunakan guru untuk kegaitan pembelajaran dan pelaskanaan strategi one day one storry telling. Yang memungkinkan imajinasi dan ide-ide tentang gambar dan cerita anak berkembang dengan baik.
3. Selain sarana dan prasarana sekolah, kegiatan penulis ini sangat didukung oleh komite dari TK Pembina dengan menyediakan berbagai macam reverensi buku bacaan sebagai sumber ide bagi guru.
4. Pengurus yayasan TK Islam Exceellent menyambut baik kegiatan ini dan menjadikan kegiatan ini sebagai program unggulan di TK tersebut.
F. Alternative Pengembangan
Pelaksanana program one day one storryy telling yang telah penulis lakukan ini akan terus dikembangkan, salah satu alternatif pengembangan yang akan penulis lakukan adalah pemerataan pelaksanan program ini untuk semua TK yang ada diwilayah binaan penulis.
Pengembangan dari strategi ini lebih lanjut adalah penulis ingin menjadikan ini sebuah program unggulan dimana anak-anak dapat membuat kumpulan buku cerita bergambar sesuai dengan ide dan inspirasi mereka masing-masing, dan kumpulan buku ini terdiri dari kumpulan buku cerita masing-masing sekolah, baik sekolah dengan jumlah anak yang sedikit ataupun dengan jumlah anak yang banyak. Karena kegiatan ini tidak membatasi anak untuk berkarya.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Pengenalan literasi dini kepada anak usia dini dalam pembelajaran yang penulis lakukan dengan melalui strategi one day one storry telling sangat memberikan manfaat besar terhadap perkembangan literasi anak usia dini. Pengenalan literasi yang pada awalnya menggunakan metode pemberian tugas dengan pengenalan huruf-huruf menggunakan pensil dan kertas, merupakan kegiatan yang kurang diminati anak, dan yang pasti hal ini sangat tidak sesuai dengan prinsip pembelajaran anak usia dini.
Anak-anak belajar sesuai dengan cara mereka masing-masing, dan anak-anak belajar sesuai dengan minat mereka. Pembelajaran yang dilakukan secara paksa dan tidak sesuai dengan tahapan perkembangan anak akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.
Strategi onde-onde sipuluik, tidak saja mampu mengembangkan kemampuan guru dalam bercerita ataupun membuat cerita sederhana, namun lebih jauh strategi ini mampu mengembangkan literasi anak usia dini dengan baik. hal ini terbukti dari hasil karya anak selama mengikuti kegiatan tersebut, anak dapat mengekspresikan pikiran mereka melalui gambar dan cerita, anak dapat berimajinasi melalui gambar dan cerita yang mereka tuliskan. Dan diawali dari mencontoh bentuk gambar sederhana sampai kepada membuatkan cerita sesuai dengan gambar dapat dilakukan anak dengan baik.
B. Rekomendasi
Rekomendasi dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
Strategi one day one storry telling yang telah dilakukan pada 2 TK di kemacatan ABTB kota Bukittinggi merupakan strategi jitu dalam meningkatkan kenerja guru dalam pembelajaran pengenalan literasi awal, oleh sebab itu strategi ini sangat baik digunakan dalam peningkatan kinerja guru yang lainnya, untuk meningkatkan keprofesionalan guru dalam pembelajaran anak usia dini.
Pembelajaran dengan strategi onde-onde sipuluik tidak saja mampu meningkatkan kinerja guru dalam mengajar dan meningkatkan keprofeisonalan guru, namun lebih jauh mampu mengembangkan aspek perkembangan anak khususnya literasi anak sedini mungkin. Dan juga tidak tertutup kemungkingan strategi ini dapat mengambangkan berbagai aspek perkembangan anak dengan baik. dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
DAFTAR RUJUKAN
Bachri, Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman Kanak-Kanak. Jakarta Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Tenaga Perguruan Tinggi.
Depdiknas. 2003 tentang “Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003” Jakarta. Depdiknas
Depdikbud. 2014 “Peraturan Menteri No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini” Jakarta. Depdikbud
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Misty, Littlewood and Mark Littlewood, 2008 Gateways to Beijing: a travel guide to Beijing ISBN 981-4222-12-7)
Dhieni. N dkk. 2006. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta. Universitas Terbuka.
Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf)
Musfiroh, Takdirun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.Direktorat Jendra Pendidikan Tinggi. Direktorat Jendral Pendidik Tenaga Kependidikan dan Tenaga Perguruan Tinggi.
Prasetyono. 2008 “Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca Pada Anak Sejak Dini”, Jogjakarta
Sutarno. 2003 “Perpustakaan dan Masyarakat”, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Suyanto Slamet.2005 Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Direktorat Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Tenaga Perguruan.
Penulis Pengawas TK Berprestasi Tahun 2017 Nasional
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar