Implementasi Literasi di Era Mas (Menteri) Nadiem
LITERASI merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya “kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar)” https://www.google.com/search?q=maksud+literasi&oq=maksud+literasi&aqs=chrome..69i57j0l5.5070j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
Mengambil makna yang tersirat pada unggahan di atas, penulis mencoba berkisah tentang pengalaman sederhana di sekolah (SMP kelas 9). Suatu hari ada sejumlah siswa ingin membersihkan tangannya usai mengerjakan tugas keterampilan, ternyata wastafel mampet. Siswa kebingungan cenderung panik, mengingat mereka harus secepatnya masuk ruang kelas mengikuti pelajaran berikutnya. Dalam puncak kepanikan, mereka melapor bapak/ibu guru yang dekat dengan kejadian. Jawaban guru seragam, segera panggil tukang (kebun) sekolah. Tukang (kebun) sekolah datang masalah selesai!
Pertanyaan sederhana: mengapa masalah yang sederhana ini harus diselesaikan tukang, mengapa bukan anak-anak sendiri atau salah satu dari guru yang mendapat laporan mencoba dan belajar menyelesaikan persoalannya. Setali tiga uang Ternyata diantara guru dan siswa juga tidak memiliki cukup keterampilan remeh sekedar memperbaiki wastafel yang mampet tersebut.
Kejadian serupa juga sering dialami oleh siswa di rumah. Saat anak menyalakan lampu ternyata lampu mati, anak-anak tinggal teriak: "pa - ma .... lampu mati!". Celakanya, papa dan mama sebagai (sosok) teladan belajar bagi anak-anak juga melakukan hal serupa. Ambil HP telepon tukang! semua beres. Problem keseharian yang lumrah dengan penyelesaiannya diserahkan kepada orang lain yang dianggap 'profesional' di bidangnya.
Terlepas urusan profesional kinerja, jika masalah seperti ini terus-menerus dibiarkan kapan proses pembelajaran bagi 'maaf' orang tua apalagi anak berkesempatan untuk belajar menyelesaikan masalah riil sederhana dalam kehidupan keseharian?
******
Kehadiran Mendikbud Milenial Mas Nadiem sebagai tenaga profesional keilmuan praktis (insyaallah) bisa memberikan pemaknaan literasi keilmuan yang lebih luas jangkauannya. Literasi yang untuk) sementara ini hanya dimaknai sebagai calistung (membaca, menulis, dan berhitung) dipastikan akan berganti makna lebih konkrit. Tidak lagi ‘teksbook’ dan hanya mengandalkan konsep semangat pergi ke sekolah menuntut ilmu teoritis. Tetapi dipastikan mampu mengaplikasikan pembelajaran praktis keilmuan. Dan ke depannya makna literasi secara bertahap akan mengarah pada penguasaan ilmu yang sekaligus mampu mengaplikasikan keterampilan, mau tau, mencoba, dan peduli.
Penerapan konsep dan gagasan berupa literasi keilmuan (scientific literacy) sudah saatnya di 'eja wantahkan' dalam bentuk yang lebih realistis. Tidak hanya dalam bentuk membaca buku-buku teori dilanjutkan merangkum dalam buku. Tetapi antar anak didik dengan mengaplikasikan beragam buku ajar praktis keseharian, tuntun mereka secara bertahap dan terapkan hasil yang telah dipelajari itu dalam kehidupan nyata.
Pelajar dengan bekal literasi keilmuan diharapkan dapat mengevaluasi kualitas informasi ilmiah berdasarkan sumber dan metode yang dipergunakan sebagai produk. Tidak hanya mampu mengajukan dan mengevaluasi argumen berdasarkan opini semata.
Problem Based Learning Sebagai Alternatif
Di antara sejumlah cara praktis yang kini banyak di tempuh dalam mengembangkan literasi keilmuan ialah penggunaan PBL (problembased learning). PBL sebagai model sekaligus bagian metode pembelajaran berbasis problem dalam penyampaian materi belajar tidak lagi berupa mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, namun dalam satu blok. Berbagai materi belajar diintegrasikan untuk secara bersama-sama menjelaskan, memprediksi, dan menyelesaikan kasus.
Dengan pendekatan yang dimulai dari awal proses pembelajaran berangkat dari kasus riil dalam kehidupan, dan selanjutnya 'dibedah' secara akademik, siswa dituntut membiasakan diri untuk menghadapi kasus serupa dalam tugas profesionalnya. Mereka belajar suatu subjek melalui pengalaman, memecahkan masalah yang ditemukan pada bahan ajar dan diselesaikan dalam praktik nyata.
Siswa lebih diarahkan untuk mengembangkan keterampilan dengan atribut lain yang dihehendaki, termasuk akuisisi pengetahuan, kolaborasi kelompok, maupun penyempurnaan keterampilan berkomunikasi. Cara yang sama dalam penggunaan pembelajaran berbasis kontekstual. Model yang menekankan kontekstualisasi setiap topik pembelajaran dengan realitas kekinian di lingkungannya.
Contohnya, mengajar (membimbing) mata pelajaran agama sub materi 'kebersihan adalah sebagian dari iman', konsep ini harus dikaitkan dengan persoalan kebersihan lingkungan yang terjadi di masyarakat. Bagaimana mungkin komunitas yang mengaku beriman, tetapi memiliki perilaku sadar lingkungan yang buruk?
Sudah saatnya guru untuk intens dalam mencoba menghubungkan konten materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dengan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan nyata.
Jika saja guru memiliki cukup kepiawaian dalam mengaitkan materi dengan konteks, siswa pasti akan sangat terbantu bukan saja dalam memahami konsep, akan tetapi juga aplikasinya. Pembelajaran yang berbasis "pengalaman" seperti ini berisi semua elemen berikut: refleksi, analisis kritis-sintesis, kesempatan siswa untuk berinisiatif, membuat keputusan dan bertanggung jawab atas hasilnya.
Dengan kehadiran Mas Menteri Pendidikan yang baru di era Kabinet Maju dipastikan kebijakan pembelajaran baru terbarukan akan terwujud. Sama seperti kemampuan Mas Menteri membuat terobosan yang ‘ciamik’ bernama GOJEK yang mendunia.
Akhirnya, selamat bekerja dan berkaya Mas Menteri ubah kebiasaan bapak dan ibu guru yang selama ini hanya bertugas sebagai 'tukang' penceramah menjadi tenaga profesional sekaligus menguasai ilmu praktis. Ilmu yang bermanfaat dalam dunia nyata. Semoga ....
Data Penulis
SLAMET YULIONO, anak ke sepuluh dari sebelas bersaudara lahir di Gondanglegi Kab. Malang Jawa Timur. Selalu berharap agak sosok ibu (emak) mendapat tempat terhormat oleh semua pihak. Menjadi Peserta Pelatihan Pengembangan Kurikulum Tingkat Lokal hingga Nasional. TIM PAK (Penilai Angka Kredit) Kabupaten hingga sekarang. Sedang menyelesaikan Buku Cara Praktis Mengajar PJOK di SMP dan Kumpulan Artikel Pendidikan di Media Massa.
Kontak Person: (0341) 879389 dan 0811362616. email: [email protected]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar