SLAMET RIANTO

Guru MTsN 1 Kebumen. Menulis itu mudah tapi sulit..... .sulit tapi mudah..... Dengan berlatih menjadi mudah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Berbalut Kejujuran

Berbalut Kejujuran

Berbalut Kejujuran

Latifah, begitu panggilan sehari-hari dari nama lengkap Isti’nafiyah Tsuroyya Latifah. Ia tengah duduk di bangku kelas 9 sekolah berbasis Islam, Madrasah Tsanawiyah di pinggiran kota berslogan PERWIRA. Seperti biasanya ia berangkat ke madrasah jalan kaki dari dari rumah untuk menuju halte bus kota. Perjalanan sekitar 15 menit sampai di madrasah tempat menuntut ilmu.

Sabtu akhir pekan, Latifah pulang dari madrasah setelah melaksanakan solat Asar di musola all Ikhsan. Ia menuju halte bus yang kebetulan tidak jauh dari pintu gerbang madrasah. Ia menikmati perjalanan dalam bus kota. Terlihat berbagai pemandangan, ada seorang ibu menggendong anaknya, ada nenek duduk dengan menyanding dagangan usai jualan di pasar, ada anak muda berdiri karena sudah penuh tempat duduknya, ada gedung menjulang tinggi tempat menuntut ilmu. Ia sempat bergumam dalam hati, “Besok saya mau jadi apa ya,,,,,semoga bisa menjadi generasi yang mengenyam pendidikan setinggi mungkin walau ekonomi orang tua pas-pasan.”

Tak terasa roda berputar, sampailah di halte dekat rumahnya. Ia berjalan menuju rumah. Baru lima langkah, ia dikejutkan dengan barang kecil dan tebal dan membuat tanda tanya, setelah didekati ternyata sebuah dompet warna coklat. Ia sempatmengengok kakan kiri dan tidak ada orang lewat, ia beranikan diri untuk mengambilnya karena khawatir akan terbengkalai,

Ia buru-buru masukan ke dalam tas. Ia sempat berfikir,,,”Apakah ada orang yang melihat saya”,,,,ia melangkah lebih cepat hingga sampai di rumah. Ia mengucap salam dan cium tangan ibunya yang sedang menyapu halaman.

Sekilas pandang

Sesampainya di kamar, ia membuka dompet tak bertuan, ia buka dan nampak terlihat jelas identitas di KTP. Setelah diacek lagi ada beberapa kartu dan uang terlihat sekilas Rp 50,000 dan Rp.100.000. Ia langsung mencatat alamat dalam KTP. Lalu ia tutup kembali. Ia tidak sempat melihat isi di sliting yang satunya.

Keesokan harinya ia pamit kepada ibunya untuk ke kampung sebelah mengantar dompet ke milik pak Hadi. Ia berangkat naik bus kota dan sempat bertanya alamat rumah. Ia sempat naik grab menuju alamat tertuju.

40 menit perjalanan sampailah di depan sebuah rumah. Ia sempat kaget karena rumah itu tampak sepi dan besar serta tertutup pintu gerbangnya. Ia mencoba menengok barang kali ada orang. Tiba tiba muncul orang dari dalam ruang kecil yang ternyata itu tempat penjaga rumah atau satpam.

Ia sampaikan bahwa ingin bertemu nama orang sebagaimana dalam KTP. Ternyata betul itu rumahnya. Ia dipersilahkan masuk dan duduk menunggu. Terlihat ada foto dan nama seperti tertera dalam KTP. Satpam lalu berkomunikasi dengan majikannya, pak Hadi. Nama lengkapnya Hadi Kusuma Dermawan, saudagar kaya namun rendah hati.

Setelah 10 menit, keluarlah pak Hadi dari dalam rumah sambil telpon dengan seseorang yang terdengar oleh Latifah seperti sedang mencari keberadaan barang yang hilang.

Usai telpon ia menyapa Latifah. Beliau sempat minta maaf karena habis telpon dulu dengan temennya karena dompetnya hilang. Ia bertanya kepada Latifah tentang maksud kedatangannnya.

Tak banyak kata, “Maaf pak menggangguu waktunya, saya Latifah ,maaf pak tadi dompet yang hilang warna apa?” “Warna coklat”,,,Jawab pak Hadi sambil menunjukkan foto dompetnya.

Latifah langsung mengambil dompet dalam tas dan menyerahkan ‘Ini bukan pak?. Saya temukan di pinggir jalan. Pak Hadi sempat kaget sebab ia yakin itu dompetnya.

Kapan dan dimana kamu bisa dapat dompet ini?” Tanya pak Hadi. “Saya temukan di jalan pramuka pak sehabis pulang madrasah sekitar jam 16.00 WIB” jawab Latifah.

Pak Hadi membuka dompet dan isinya masih utuh, ia sempat menatap wajah Latifah sembari mata berkaca kaca sembari bertanya. “Trimakasih nak, sudah tahu isinya apa saja?” Latifah menjawab: ”Saya hanya sempat membuka dan lihat identitas KTP dan sekilas uang dua lembar Rp 50.000 dan Rp.100 .000, hanya itu pak, maaf.”

Pak Hadi memanggil istrinya yang bernama Sinta dan menceritakan semuanya. Bu Sinta sempat duduk mendekat Latifah, sembari bercerita bahwa di dompet itu ada banyak kartu penting dan berharga bagi kami, bapak sampai kebingungan. Kini kamu telah menyelamatkan.

Bu SInta lanjut bertanya. “Dimana rumahmu,? boleh saya kesana.?”

Usai Latifah menikmati segelas teh hangat lalu bertiga beranjak menuju rumah Latifah.

Tanpa driver

Pak Hadi langung mengambil mobil Fortuner dan membawa sendiri bersama istri dan Latifah menuju rumah Latifah. Biasanya pak Hadi jika pergi selalu membawa supir, kali ini membawa sendiri. Setengah jam sampailah di rumah Latifah.

Terlihat dari dalam mobil seorang ibu sedang menjemur baju. Bu Sinta turun lebih dulu dan menyapa dengan salam sambil memeluk ibunya Latifah. Bu Sari sempat bingung dan tidak paham. Tak lama Latifah turun dari mobil dan menuju ibunya sambil mengenalkan,”Bu, ini bu Sinta dan ini pak Hadi. mau bermain ke sini.”

Bagai mimpi

Mereka akhirnya duduk di ruang tamu. Pak Hadi mengawali cerita tentang apa yang dilakukan oleh Latifah. Ibu semakin tidak tahu dan ketakutan. Bu Sinta lalu bercerita sebenarnya. Lalu bu Sinta mengucapkan terimakasih karena Latifah telah menemukan dompet dan mengembalikan dengan utuh. Kini ijinkan kami mengucapkan terimakasih

“Latifah besok mau sekolah dimana?” Tanya bu Sinta kepada bu Sari. “Sebenarnya kepengin melanjutkan namun mengingat biaya, jadi rencana sementara mau nerusin ngaji di pondok pesantren, sukur bisa sambil ikut kejar paket di lain waktu.” jawab ibu Sari . Bu Sinta terenyuh mendengarnya.

Pak Hadi lalu menyampaikan, “Bu Sari, sebagai tanda terimakasih, kami akan membiayai Latifah mondok di Pesantren sambil sekolah formal bahkan sampai perguruan tinggi jika Latifah mau ,terimalah niat baik kami.ini belum sebanding dengan kejujuran Latifah”

(Ibu memeluk Latifah sampil menitikkan air mata.) “Trimakasih pak, sebenarnya kami tidak ingin merepotkan orang lain.” Jawab bu Sari.

Bu Sinta menyautnya,”Kami tidak merasa direpotkan , terimalah ini rezeki dari Allah kebetulan lewat kami.“ Sambil mengusap air mata yang membasahi pipi, bu Sari berucap, “Trimakasih pak Hadi dan bu Sinta, semoga Allah membalas amal baik panjenengan.”

Al Hidayah

Enam tahun berikutnya Latifah dinyatakan lulus dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Proses wisuda di damping ibu Sari dan keluarga pak Hadi. Setahun kemudian Latifah diizinkan pulang dari pondok pesantren Krapyak Bantul Yogyakarta.

Dua tahun kemudian, Latifah mendarmabaktikan ilmunya di pondok pesantren Al Hidayah. Mempersiapkan generasi kecil sebagai penerus bangsa. Sebuah bangunan baru yang cukup bagus dan itu merupakan jariyah keluarga pak Hadi. Wallau A’lam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post