Siti Sriyatun

Lahir dan menetap di Rembang, 14 September 1973. Alumni S1 IKIP Negeri Semarang Jurusan Pendidikan Matematika tahun 1997dan S2 Universitas Negeri Semarang (UNNE...

Selengkapnya
Navigasi Web
Literasi Matematika dan Numerasi

Literasi Matematika dan Numerasi

#TantanganGurusiana (Hari ke 134)

Komponen numerasi pada asesmen kompetensi minimal (AKM) meliputi konten, proses kognitif, dan konteks. Konten numerasi terdiri dari bilangan, pengukuran dan geometri, data dan uncertainty (ketidakpastian), aljabar. Proses kognitif numerasi terdiri dari pemahaman, aplikasi, penalaran. Konteks numerasi terdiri dari personal, sosial budaya, dan saintifik.

AKM ini mengacu pada PISA dan TIMSS. Numerasi mengacu pada literasi matematika pada PISA. Banyak orang yang belum mengenal apa yang dinamakan literasi matematika. Literasi yang dalam bahasa Inggrisnya literacy berasal dari bahasa Latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya. Menurut Mahdiansyah dan Rahmawati (2014), literasi utamanya berhubungan dengan bahasa dan bagaimana bahasa itu digunakan, sementara sistem bahasa tulis itu bersifat sekunder. Pengembangan dan penggunaan bahasa tidak lepas dari budaya, sehingga pendefinisian istilah literasi harus mencakup unsur yang melingkupi bahasa itu sendiri, yakni situasi sosial budaya.

Literasi tidak seragam karena literasi memiliki tingkatan-tingkatan yang menanjak. Jika seseorang sudah menguasai satu tahapan literasi, maka ia memiliki pijakan untuk naik ke tingkatan literasi berikutnya. Wells yang dikutip Mahdiansyah dan Rahmawati (2014) menyebutkan bahwa terdapat empat tingkatan literasi, yaitu performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual, atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran.

Pembelajaran literasi dicirikan dengan tiga R, yakni responding, revising, dan reflecting (Kern dalam Mahdiansyah & Rahmawati 2014). Responding di sini melibatkan kedua belah pihak, baik guru maupun siswa. Para siswa memberi respon pada tugas-tugas yang diberikan guru atau pada teks-teks yang dibaca. Demikian pula guru memberi respon pada jawaban-jawaban siswa agar dapat mencapai tingkat kebenaran yang diharapkan. Pemberian respon atas hasil pekerjaan siswa juga cukup penting agar tahu apakah sudah mencapai hal yang diharapkan atau belum. Revising yang dimaksud di sini mencakup berbagai aktivitas berbahasa, misalnya dalam menyusun sebuah laporan kegiatan, revisi dapat dilaksanakan pada tataran perumusan gagasan, proses penyusunan, dan laporan yang tersusun. Reflecting berkenaan dengan evaluasi terhadap apa yang sudah dilakukan, apa yang dilihat, dan apa yang dirasakan ketika pembelajaran dilaksanakan.

Literasi merupakan hak asasi manusia dan dasar untuk belajar sepanjang hayat, yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Salah satu aspek tersebut adalah kebutuhan akan literasi matematika. Pengertian literasi matematika sebagaimana dikutip dalam kerangka kerja PISA 2015 adalah kemampuan individu untuk merumuskan (formulate), menerapkan (employ), dan menafsirkan (interpret) matematika dalam berbagai konteks. Kemampuan ini mencakup penalaran matematis dan kemampuan menggunakan konsep-konsep matematika, prosedur, fakta dan fungsi matematika untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena. Dengan penguasaan literasi matematika, setiap individu akan dapat merefleksikan logika matematis untuk berperan pada kehidupannya, komunitasnya, serta masyarakatnya. Literasi matematika menjadikan individu mampu membuat keputusan berdasarkan pola pikir matematis yang konstruktif. Pengertian literasi matematika ini dibangun berdasarkan tiga domain utama yang saling berhubungan satu sama lain yaitu domain proses, konten, dan konteks.

Dilihat dari domain atau komponen pada literasi matematika dan numerasi adalah sama, yaitu proses, konten, dan konteks. Bagi yang sudah mengenal literasi matematika, tidak asing lagi bila muncul AKM numerasi. Jika pembelajaran sudah mengintegrasikan literasi matematika berarti pembelajarannya sudah sesuai harapan AKM ini.

Referensi

Mahdiansyah & Rahmawati. 2014. “Literasi matematika Siswa Pendidikan Menengah : Analisis Menggunakan Desain Tes Internasional dengan konteks Indonesia.” Jurnal pendidikan dan Kebudayaan. 20(4) : 452 – 469

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post