MERAK-MERAK YANG CANTIK
Merak-merak yang cantik
Oleh: Siti Rokhana; 05.03.2021
Sebagaimana umumnya madrasah yang lain, akhir pembelajaran kelas 9 ditandai dengan acara perpisahan dan wisuda. Dengan beberapa pertimbangan, acara diadakan di halaman madrasah. Meskipun demikian, acara dikemas dengan apik dan menarik, sehingga tidak kalah rasanya jika dibandingkan dengan yang diadakan di gedung. Acara inti dilaksanakan dua hari, hari pertama diisi dengan pentas seni (pensi) perwakilan dari masing-masing kelas dan ekstra kurikuler yang ada di madrasah. Hari kedua, acara puncak wisuda kelas 9 diselingi tampilan seni dari anak-anak pilihan. Maka untuk mendukung suksesnya kegiatan, panitia mempersiapkan segalanya secara matang, diantaranya.dibuatlah panggung besar dan sound system yang memadai.
Penulis yang saat itu sebagai Pembina ekstra kurikuler Pramuka segera berkoordinasi dengan pelatih ( Kak Ihsan ) untuk persiapan berpartisipasi di acara pensi wisuda. “ Kita mau ngisi tampilan apa kak?” tanyaku. “Drama aja bu, yang melibatkan banyak anak sekalian menguatkan mental mereka saat di atas panggung,” jawabnya. Saat latihan Pramuka, adik-adik Pramuka segera diajak musyawarah untuk menentukan konsep tampilan dan pemilihan personil yang akan dilibatkan. “Tolong cerita dramanya diselingi tampilan tari tradisional ya, supaya lebih menarik dan beda”, pesanku pada pelatih. “Ya bu, siap,” jawabnya. Anak-anak antusias untuk ikut terlibat, karena kalau saya amati adik-adik pramuka itu senang tampil, unjuk kemampuan dan mentalnya sangat kuat ditonton banyak orang. Hal ini sangat memudahkan dan menguntungkan saat pemilihan personil, karena semuanya siap dilibatkan. Skenario drama segera dibuat dan tarian yang akan ditampilkan adalah tari merak dan tari kipas.
Adik-adik yang berperan sebagai penari ada lima orang, yakni Yulita, Ilma, Nia, Desi dan Mufida. Mereka terbagi atas 3 orang tari merak dan 2 orang tari kipas. Meski sebenarnya tampilan tariannya hanya sebentar, mereka sangat bersemangat dan serius menyiapkan diri. Segera mencari contoh tarian lewat youtube dan mempraktikkannya. Setelah beberapa kali latihan, saya merasa lebih baik tari meraknya ditampilkan sendiri saja. Artinya mereka tampil sepenuhnya. Adapun tarian yang masuk di drama hanya tari kipas. Untuk latihan drama, dibimbing langsung oleh pelatih, untuk tari merak saya sendiri yang mendampingi.
Latihan dilakukan setiap hari sepulang sekolah sampai pukul lima sore. Butuh perjuangan panjang dan pengorbanan baik korban waktu maupun korban perasaan (he-he-he). Dibutuhkan juga dukungan dan kesadaran orang tua dari adik-adik yang terlibat latihan. Saya sering mendapat kritik dan masukan dari para wali murid, supaya latihannya jangan terlalu sore, katanya malu dengan tetangga khawatir terjadi fitnah, bahkan ada yang datang ke madrasah meminta supaya putranya tidak dilibatkan dalam kegiatan. Semua itu saya anggap sebagai bagian dari proses, tidak ada kesuksesan yang diraih dengan mudah, semua melalui proses dan pengorbanan. Saya jelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh putranya adalah sesuatu yang positif, demi membentuk karakter mereka juga supaya jadi orang yang bertanggung jawab pada tugas dan fokus. Saya yakinkan kepada para wali murid bahwa putranya tetap melaksanakan sholat ashar bahkan secara berjamaah. Dan saya tetap mendampingi selama latihan.
Ketika gladi kotor yang pertama, banyak bapak ibu guru yang menyaksikan, kemudian memberi masukan. Bahkan ada salah seorang guru (off the record) yang sampai menitikkan air mata saat drama ditampilkan, karena alur ceritanya sangat bagus dan adik-adik memainkan peran dengan penuh penghayatan. Ada masukan yang mengejutkan, membanggakan sekaligus merupakan tantangan bagi saya untuk mewujudkannya. Yakni, lebih baik tari Merak ditampilkan juga di acara puncak wisuda, supaya acara wisuda ada nuansa yang berbeda, dengan mengangkat tari tradisional namun tampilan tetap islami dan tidak melanggar nilai keislaman. Setelah ada masukan, adik-adik semakin tekun latihan karena akan tampil di hadapan para hadirin undangan wisuda.
Seiring berjalannya waktu, muncul masalah, karena para penari merak ternyata juga didapuk jadi MC wisuda dan penterjemah bacaan ayat suci Al Qur’an. Mereka memang anak-anak hebat, dan bertanggungjawab. Mereka rela berjuang membagi waktu dan tenaga untuk fokus latihan. Sempat menjadi perbincangan di kalangan panitia wisuda, bagaimana dengan busana yang dikenakan, karena kalau harus ganti pakaian dari pakaian tari ke pakaian kebaya biasa tidak memungkinkan waktunya. Akhirnya, disepakati adik-adik tetap mengenakan pakaian tari saat menjadi MC dan penterjemah.
Alhamdulillah, acara berjalan lancar. Ternyata tampilan tari tradisional mendapat apresiasi dari para hadirin dan pimpinan madrasah. Hal ini menjadi nilai lebih bagi madrasah yang islami namun juga ikut melestarikan seni tradisional. Akhirnya sebagai tindak lanjut, madrasah merasa perlu mengadakan ekstra kurikuler seni tari dan mencari pelatih tari. Memang tidak harus menunggu hebat untuk memulai sesuatu, tetapi lebih baik segera memulai melakukan sesuatu sehingga menjadi hebat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap reportase kegiatannya bu. Setuju dengan kalimat penutupnya tidak harus menunggu hebat untuk memulai sesuatu. Semangat dan sukses selalu
terimakasih.
tidak harus menunggu hebat untuk memulai sesuatu, tapi segeralah memulai melakukan sesuatu sehingga menjadi hebat.
Tulisan yang luar biasa bunda. Sukses slalu
terimakasih.