Siti Rohilah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Welcome Back Odi

Tahun baru ini adalah genap dua tahun hidupku berubah. Dua tahun yang tidak pernah cukup bagiku untuk menemukan keikhlasan.

Sore menjelang pergantian tahun 2016 aku dan teman-teman bersiap-siap untuk merayakannya. Kami akan berangkat ke Puncak salah satu tempat pusat perayaan tahun baru di kota kecil ini. Kami berangkat mengendarai motor berkonvoi menuju Puncak.

Tepat pukul 23.00 kami tiba di Puncak. Seperti biasa jalanan puncak saat tahun baru tertutup oleh kendaraan dari arah Jakarta maupun Cianjur. Tidak ada kendaraan yang bergerak, mereka ingin merayakannya di sini tempat yang paling eksotis saat malam hari. Di bawah tempat parkir rumah makan yang tepat berada di puncak perbatasan antara Bogor dan Cianjur kami berkumpul bersama orang-orang yang entah berasal dari mana, tapi saat moment itu kami adalah teman, kerabat, dan saudara. Tiba waktu pergantian tahun kami saling mengucapkan selamat dan bergembira.

Menjelang pagi kami membubarkan diri. Aku dan teman-teman pulang. Aku mengendarai motor teman entah mengapa waktu itu aku ingin menukar motorku dan memboncengnya. Perjalan pulang tidak begitu ramai karena mungkin mereka menunggu matahari terbit baru akan pulang. Sampai di ruas jalan Tapal Kuda kami tergelincir. Aku tidak merasakan apa-apa. Senyap-senyap terdengar suara-suara aku sudah berada di IGD.

Tulang paha dalamku patah. Aku tak sadarkan diri selama sehari. Begitu sadar aku merasakan nyeri di sekujur tubuhku dan kaki kananku tidak bisa digerakkan. Seminggu aku di rumah sakit itu tanpa ada kemajuan dan aku dirujuk ke rumah sakit di kota besar. Bapak mencari-cari dokter spesialis tulang diberbagai rumah sakit besar di beberapa kota besar di Pulau Jawa. Satu bulan aku dinyatakan tidak bisa berjalan lagi. Pikiranku berkemelut karena sesaat aku selesai operasi tulang pertama dan dinyatakan tidak bisa jalan lagi aku mendengar temanku yang dibonceng meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Aku semakin sakit, rasa bersalah menghantuiku. Mengapa dia yang Kau panggil, jeritku di dalam hati.

Operasi pertama tidak begitu baik. Tulang dalam pahaku malah menonjol aku kembali di operasi. Bapak menemukan seorang profesor ahli tulang di salah satu rumah sakit islam di jawa di kampung halamannya. Aku segera dibawa ke sana. Aku dioperasi lagi. Di dalam pahaku ditanam alat untuk menyambungkan tulang paha yang patah. Hampir sebulan sekali aku bolak-balik untuk menyambungkan tulang pahaku karena ini memerlukan tahapan. Entahlah sudah ketahap berapa tulang ini disambungkan.

Menjelang Ulangan Akhir Semester aku memaksakan diri ke sekolah, karena sudah hampir enam bulan aku tidak masuk sekolah. Orang tuaku yang selalu sebelum berangkat ke kantor memberikan kabar terlebih dahulu ke sekolah. Dengan dipapah Bapak aku berjalan menuju kelas. Kaki kananku tidak bisa aku gerakkan, duduk di kursipun harus diluruskan tidak bisa ditekuk. Hanya satu minggu aku bertahan di sekolah, lagi aku harus dioperasi. Dengan nilai yang ada aku naik ke kelas sebelas.

Aku sudah mulai bosan dengan rutinitasku. Setahun aku tidak pergi ke sekolah. Kegiatanku hanya di rumah dan rumah sakit. Tulang dalam pahaku tak kunjung membaik. Aku semakin tidak berminat untuk sembuh. Ini sudah takdir aku. Setiap hari memandangi teman-teman yang lewat berangkat sekolah. Begitu terasa saat ibu, Bapak, dan kakaku berangkat bekerja aku sendiri di rumah. Pemandangan pagi, siang, dan sore di luar jendela menjadi makananku sehari-hari, sampai-sampai aku hafal waktu setiap orang-orang lewat di depan rumah. Tidak ada yang aku kerjakan setiap harinya. Membaca buku membuatku pening karena hampir setiap waktu aku bersama buku. Bapak mulai menanyakan keinginanku, seberapa besar aku ingin sembuh. Itu yang selalu Bapak tanyakan. Melihat keadaanku yang mulai menurun orang tuaku tidak pernah berhenti menyemangatiku.

Setiap sore orang tuaku mengundang teman-teman agar aku tidak putus asa. Bapak setiap hari rela bolak-balik kantor dan rumah walau jarak rumah dan tempat kerja Bapak sekitar 500 m. Berangkat kerja pukul delapan dan pulang sebentar saat istirahat siang menyiapkan makan siang untukku. Beliau selalu menolak tugas luar karena tidak bisa meninggalkan aku. Semua berkorban untukku, temanku, orang tuaku, dan kakaku yang berencana untuk melanjutkan kuliah S2 harus ditunda dan pulang ke rumah mengurus aku.

Orang tuaku selalu memperhatikan segalanya. Tugas sekolah pun dimintanya ke sekolah. Jarak rumah, sekolah, dan tempat kerja Bapak dekat jadi Bapak selalu mampir ke sekolah. Beliau meminta kebijaksanaan sekolah untuk kondisiku sekarang. Bapak tidak mencabut aku dari sekolah karena menurutnya ini adalah salah satu usaha untuk memotivasiku. Aku pasrah dengan sekolah, tidak sekolahpun tak apa. Guru-guru sekolahku datang ke rumah membawa hasil belajarku. Aku pasrah. Hasil belajar itu Bapak terima dan membukanya terlihat kata yang dicoret adalah tidak lulus. Jadi aku naik kelas. Berkat kebijakan kepala sekolah aku dapat melanjutkan ke tingkat selanjutnya.

Raport membuka semua pikiranku. Aku melihat pengorbanan orang tuaku. Ibu yang bekerja harus berangkat pagi rela bangun pukul tiga untuk menyiapkan keperluanku. Bapak yang selalu bolak-balik kantor, sekolah, dan rumah rela melepas waktunya hanya untuk aku. Kakakku rela menunda kuliah S2 hanya karena aku. Teman-temanku rela setiap sore datang ke rumah bercengkrama denganku. Guru-guru aku rela memberikan nilai dari tugas-tugas yang aku kerjakan apa adaya dengan kebijakan kepala sekolah aku menjadi kelas 12.

Tahun ajaran baru aku menginjakkan kakiku kembali di sekolah ini. Setiap hari aku diantar Bapak, tanpa dipapah menuju kelas dengan alat penopang aku berjalan pasti. Welcome back Odi, semua menyapaku dengan senyum.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Welcome back Odi, we know u can..

08 Nov
Balas

Bagus ceritanya, bu guru. Berisi ibrah yang luar biasa. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, bu guru.

07 Nov
Balas

Cerita yg mengajarkan tuk hijrah. Sukses selalu dan barakallah

07 Nov
Balas



search

New Post