Aku seorang istri dengan menyandang profesi sebagai pendidik di sekolah menengah negri di tanah kelahiranku.Sementara suamiku, yang juga temanku, sekaligus imamku, ayah dari buah hatiku, berprofesi sebagai perawat di salah satu PUSTU di desa tetangga, yang pada akhirnya menjadi desa tempat kami tinggal sekarang.

Hari-hari kami lewati dengan kesibukan pekerjaan masing-masing. Suamiku sebagai perawat dan aku sendiri sebagai pendidik yang harus keluar rumah paling lambat pukul 6.30.wib. sementara suamiku akan tetap di rumah melaksanakan tugasnya sebagai perawat. Karena memang kami tinggal di ruamah dinas.

Menurutku jam kerja suamiku tidak terbaatas. Dari bangun tidur sampai tidur kembali ada saja orang (pasien) yang memebutuhkan jasanya. Ya..maklum saja kami tinggal di desa di pinggiran suangai Batanghari.

Awalnya aku merasa jengah...pernah suatu waktu di bulan suci Romadhon..saat sedang berbuka puasa..Kudengar ketukan pintu yang berlomba dengan azan yang menggema..ku letakkan gelas air minum yang baru saja menyentuh bibirku..segera keberingsud dari tempat duduk dan menuju ke pintu depan...tergesa-gesa... Ku pikir mungkin orang terluka parah..aatau setidaknya orang yangmemerlukan pertolongan segera...Tapi disnilah uniknya..ternyata hannya ingin meminta sebutir obat pereda nyeri..Aku menghela napas.’Hmmm harus sabar “,gumanku.

Itu hanya sebagian kecil peristiwa di sela-sela saat waktu-waktu penting bersama keluaraga. Yang intinya mereka datang terkadang tidak diwaktu yang tepat, menurutku.

Belakangaan seiring waktu kusadari sembari kupelajari profesi suamiku. Yang pada akhirnya memuntutku untuk rela berbagi waktu suamiku dengan mereka (pasiennya). Toh ternyata berbagi itu tidak hanya berupa barang, makanan, atau benda yang lain, Berbagi waktu

juga sangat indah bila kita iklas dan memahami profesi pasaangan masing-masing. Intinya berbagi itu indah.