Penculik (menulis hari ke 28)
Sambil terengah engah bu Ade masuk keruangan Kepala Sekolah dengan wajah yang agak pucat dan tegang. Setelah mendengarkan kejadian yang disampaikan, saya ikut berlari keluar. Sayangnya yang dikejar sudah tidak nampak. Kamipun kembali ke ruang kepala sekolah.
Bu Ade, saya dan Kepala Sekolah melanjutkan perbincangan yang tadi tertunda. Ketika sedang asyik diskusi, ada telepon masu ke hp bu Ade, bu Ade semakin pucat dan menyerahkan HP nya kepada saya, karena sudah ada informasi sedikit mengenai kejadian tadi, saya berusaha untuk menjawab dengan hati hati.
Telepon dari neneknya (sebut saja Mia) murid TK kami, menyampaikan bahwa beliau sangat kecewa dengan bu Ade, karena cucunya ada yang menculik, dan kejadian terjadi disekolah. Saya menyampaikan kepada Nenek bahwa itu bukan penculikan, karena yang menjemput adalah ibu kandungnya sendiri yang biasanya juga mengantar anaknya kesekolah. kami tidak pernah diberitahu mengenai adanya permasalahan antara ibu dan ayahnya, kami baru panik ketika sopir dan susternya memberitahu bu Ade bahwa anak yang diasuhnya ada yang menculik. Neneknya Mia masih saja menyampaikan kekecewaanya dan akan membawa masalah ini ke polisi, saya berusaha untuk menenangkannya dan menyampaikan bahwa Mia pasti akan sedih jikalau ibunya dilaporkan ke polisi dan menyarankan untuk diselesaikan secara kekeluargaan, karena Mia bukan diculik, tetapi dijemput oleh sang ibu yang sangat merindukan putrinya. Alhamdulillah akhirnya nenekpun mau mengikuti saran kami, dan kami meminta agar ayahnya datang kesekolah siang ini untuk berdiskusi dengan kami. Nenek Mia menjawab bahwa anaknya adalah Dokter yang sangat sibuk karena banyak pasien menunggu kedatangannya. Saya tetap berusaha menyampaikan bahwa masalah ini sangat penting dan harus diselesaikan secepatnya, tidak boleh diwakilkan, harus orangtuanya yang datang kesekolah.
Menurut penuturan bu Ade memang sudah beberapa hari ini ibunya Mia tidak mengantar kesekolah, yang mengantar adalah suster dan sopirnya, sesekali ayahnya ikut mengantar. Mobil yang biasa mengantar dan jemput putrinya dilengkapi dengan fasilitas yang bisa dipantau oleh ayahnya, ada cctv dan kemanapun mobil itu pergi pasti akan terlacak. Sangat dipersiapkan betul dalam melindungi dan menjaga Mia agar selalu terpantau oleh sang ayah, seorang dokter spesialis super sibuk, terkenal dan banyak pasien yang membutuhkan keahliannya.
Siang itu kamipun berdiskusi dengan ayahnya Mia. Semula pak dokter menyalahkan bu Ade, menurutnya bu Ade ceroboh dan kurang memperhatikan anaknya, kok bisa anaknya diambil oleh ibunya saat jam belajar disekolah. Bu Ade menjelaskan bahwa, pagi itu anak anak setelah berbaris masuk kelas, seperti biasa orang tua murid perlahan meninggalkan koridor sekolah jika pembelajaran akan mulai. Ibunya Mia rupanya sembunyi di dekat tempat wudhu anak-anak, dan langsung mengajak Mia untuk mengikutinya melalui pintu belakang. Karena pintu keluar yang dibuka hanya satu pintu, tetap saja akan terlihat oleh sopir dan susternya Mia yang berada tak jauh dari pintu masuk sekolah. Petugas kemanan kami tidak mencurigai karena memang sering melihat Mia dan ibunya disekolah. Bu Ade juga menyampaikan kepada pak Dokter, kenapa tidak diinformasikan jika kedua orangtua Mia sedang menghadapi masalah perceraian. Setelah mendengarkan bu Ade pak Dokter pun meminta maaf dan menyampaikan proses perceraian yang sedang dihadapi, dan berebut hak asuh anak. Kami menyampaikan bahwa sekolah memberikan penghormatan kepada kedua orang tua kandung Mia, dan berharap tidak terjadi perceraian demi perkembangan anaknya, kami menyarankan agar masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan saja, tidak perlu dilaporkan kepada polisi, karena akan semakin banyak orang yang tahu.
Sudah dua minggu Mia tidak sekolah, karena diajak oleh ibundanya ke Jogya, ke rumah nenek dari pihak ibunya. Pak Dokter meminta kami untuk menelpon ibunda Mia, agar tidak memindahkan sekolah ke Jogya. Kami berhasil membujuk ibundanya Mia agar tetap melanjutkan pendidikannya dan tidak memindahkan Mia ke Jogya. Satu bulan kemudian Mia kembali masuk sekolah, walaupun tidak diantar oleh ibunya. Ibunya tetap tinggal di Jogya karena proses perceraian sudah selesai, dan mereka pisah secara kekeluargaan. Entah seperti apa kesepakatan antara ayah dan ibunya Mia, kami hanya mendoakan agar mereka kembali dan tetap menjadi satu keluarga, agar Mia ceria kembali, karena sejak perceraian terjadi, Mia tak ceria seperti dulu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar