SITI NURBAYA AZ

Guru SMA Negeri 2 Karimun. Masih terus mau belajar ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Badai (6)
Diambil dari google

Badai (6)

Tantangan hari ke 18.11.2022

“Boleh, infus Bu Ana sudah dilepas oleh perawat dan katanya Bu Ana tidak membutuhkan infus lagi.” Spontan aku melihat tanganku, benar saja sudah tidak ada jarum infus lagi disana.

Intan mendekatiku, membimbingku menuju kamar mandi untuk berwudhu.

Aku terhanyut dalam bacaan sholat yang merdu, sampai ucapan amin setelah berdoa aku masih mengingat merdunya ayat – ayat yang lantunkan Bang Badai.

Aku terkejut ketika sentuhan lembut ditanganku, Intan mencium tanganku takzim seakan aku adalah anggota keluarga yang lebih tua yang harus disalami setelah sholat berjamaah.

Setelah membantuku kembali keranjang, Bang Badai membantu Intan untuk mengemas peralatan sholat kami.

“Tidur saja lagi, pasti masih mengantuk. Tidurnya baru tiga jam.” Celoteh Bang Badai yang membuatku terkesima.

Bagaimana Bang Badai durasi tidurku singkat, bukankan setelah dia menyuruh aku tidur dirinya sudah terlelap menjemput mimpinya.

Saya pamit dulu mengantar Intan untuk pulang dan berangkat sekolah. Pagi ini rasanya cukup perawat yang menjaga Bu Ana, saya akan datang pas makan siang.” Bukan meminta persetujuanku malah seperti perintah yang harus aku patuhi.

Aku menganggukkan kepala seakan patuh dengan perintahnya, betapa bodohnya aku setelah dirinya dan Intan hilang dari pandangan baru aku sesali tingkahku yang memalukan.

***

Jantungku berdetak kencang, jam dinding sudah menunjukkan jam makan siang. Apakah Bang Badai akan menetapi janjinya, bodoh aku merutuki diriku yang sepertinya berharap dirinya datang.

“Assalamualaikum.” Suara salam di pintu menerbitkan senyumku

Senyumku yang seharusnya manis menjadi kaku ketika melihat tidak hanya Bang Badai di pintu yang terbuka lebar, ada Abah juga Emak.

Kenapa mereka sampai ada di Karimun, siapa yang memberitahu mereka kalau aku dirawat inap, batinku terus berkata – kata.

“Kenapa tidak menelopon Abah dan Emak.” Terdengar nada cemas dalam suara Abah

“Maaf Abah, Abah dan Emak di sini. Bagaimana dengan Ani?dengan siapa?”

“Ani sudah besar, kalau hanya sehari dua hari pasti bisa menjaga diri. Kenapa sampai sakit, Mak dah berkali – kali berpesan, jauh dari rumah jaga kesehatan.” Netra Emak membasah ketika berucap.(Bersambung)

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

18 Nov
Balas

Cerita yg menarik

18 Nov
Balas



search

New Post