Siti Khodijah Lubis, S.Pd.I

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TOLONG! SAYA KENA TSUNDOKU

TOLONG! SAYA KENA TSUNDOKU

Tantangan Menulis Hari ke-22

#TantanganGurusiana

Dulu, jika ingin membaca buku tertentu, agar meringkas biaya, pergi ke perpustakaan adalah pilihan yang murah. Sayang, tidak semua buku yang ingin dan perlu dibaca tidak selalu tersedia. Entah karena dipinjam orang lain, atau perpustakaan tidak/belum memilikinya. Terkadang berselancar di internet adalah solusinya.

Sebelum akses internet dipermudah seperti masa sekarang, apa-apa mesti ke warnet. Tarifnya lima ribu rupiah per jam. Padahal, kalau lagi repot mencari referensi untuk tugas perkuliahan, bisa menghabiskan waktu lebih dari satu jam. Kalau sudah dapat artikel yang dirasa pas, bacanya pakai strategi skimming dan skipping. Jika benar-benar penting, terpaksa harus diprint. Satu lembar kertas hasil cetakan dipatok harga seribu rupiah.

Benar-benar masa yang merepotkan. Bagaimana tidak repot, selain kurang efisien di masalah biaya, main di warnet juga memaakan waktu yang seharusnya bisa dipakai untuk kegiatan produktif, rebahan, misalnya. Eh ... ngajar les, maksudnya. Wkwkwk.

Zaman sekarang, ponsel bersistem operasi Android dengan tipe yang harganya rata-rata terjangkau masyarakat kelas menengah ke bawah sangat mudah ditemukan. Ponsel tipe ini pun difasilitasi dengan koneksi internet sehingga mencari referensi bacaan dengan aplikasi peramban bisa lebih mudah. Beragam buku yang ingin dibaca pun bisa diunduh-pinjam melalui aplikasi perpustakaan online, iPupnas, contohnya. Ingin membeli buku pun, kini hanya lewat sentuhan ujung jari, lewat beragam aplikasi belanja maupun toko buku dalam jejaring (daring).

Namun, apakah seiring kemudahan teknologi, semangat membaca turut meningkat? Aku nggak tahu kalau dengan kalian, tapi aku sendiri mengalami kemunduran.

Aku sering membeli buku baik baru ataupun kolpri (kependekan dari "koleksi pribadi" majas eufemisme dari "buku bekas") di beberapa toko buku seperti Gramedia atau Salemba, juga Aruna dan Dojo Buku, toko buku daring langgananku di Facebook.

Karena hasrat membaca status orang dan judul berita clickbait begitu menggoda, kadang buku yang sudah dibeli tidak tuntas dibaca dan dibiarkan menumpuk begitu saja.

Kalau sudah begitu, mungkin aku sudah terjangkit 'penyakit' "tsundoku". Tahu 'kan, tsundoku? Iya, kebiasaan membeli dan menumpuk buku, tapi tidak ada keinginan untuk membacanya sampai selesai. Mudah-mudahan hanya aku yang mengalaminya.

Bagaimana dengan sobat Gurusianer, apakah kita sama? Jika iya, yuk pelan-pelan saling menyemangati untuk segera melahap timbunan bukunya, biar virus tsundoku ini pergi jauh-jauh. Hush hush!

Bawah: timbunan buku yang sudah dibeli tapi belum sempat dibaca :'(

Tebing Tinggi, 27 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post