Siti Khodijah Lubis, S.Pd.I

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Dan Brown, dan Simbol-simbol Berbalut Fiksi (2)
Sumber: Tribun Wow

Dan Brown, dan Simbol-simbol Berbalut Fiksi (2)

#ReviewFilm

Tantangan Menulis Hari ke-27

#TantanganGurusiana

Menurut extra part di novel The Da Vinci Code (TDVC), latar waktu novel "Angels and Demons" (AAD) terjadi sebelum peristiwa petualangan Robert Langdon, sang simbolog Harvard, mencari Cawan Suci di Perancis, alias prekuel dari TDVC.

Jadi, sebelum kenal Sophie Neveu, Langdon pernah punya hubungan spesial dengan si cantik ahli fisika quantum bernama Vittoria Vetra.

Oke, sekarang kita beralih ke filmnya. Film arahan Ron Howard (2009) ini menceritakan Vittoria dan Dr. Silvano, ahli fisika di CERN (Kantor Pusat Penelitian Nuklir Eropa yang terletak Swiss), telah menciptakan antimateri, sebuah sumber energi yang sangat besar, yang dikatakan bisa membuktikan awal mula penciptaan alam semesta.

Dr. Silvano dibunuh, dan salah satu antimateri dicuri sang pembunuh. Sayangnya, jika baterai penstabil antimateri habis, antimateri tersebut berubah menjadi bom yang memiliki daya hulu ledak seperti bom nuklir.

Di lain tempat, Langdon diminta Vatikan menyelidiki hilangnya 4 preferiti (calon Paus) yang sejatinya akan dipilih dalam seremonial Konklaf untuk menggantikan Paus sebelumnya yang meninggal secara tiba-tiba.

Vittoria dan Langdon dipertemukan dalam sebuah misi bersama: mencari keberadaan antimateri dan 4 preferiti yang hilang.

Illuminati, sebuah organisasi rahasia yang menentang gereja di masa lampau, mengaku sebagai pihak yang bertanggung jawab.

Bermodalkan petunjuk dari buku Diagramma Della Veritas-nya Galileo Galilei, Langdon bersama Vittoria berkejaran dengan waktu menyelamatkan 4 preferiti yang diculik sekaligus menemukan antimateri sebelum ia meledak dan meluluhlantakkan Vatikan beserta orang-orang yang berkumpul menanti keputusan hasil Konklaf.

Menurut saya, film ini merupakan apologi dan kompensasi insan Hollywood terhadap film TDVC yang sebelumnya menuai kontroversi.

Di film AAD, sang sutradara, Ron Howard, nampaknya bermain aman dengan tidak terlalu jauh memaparkan kontroversi (lagi-lagi) simbol pagan yang bertebaran di gereja-gereja/kapel-kapel Vatikan. Bandingkan dengan film TDVC yg banyak menceritakan teori konspirasi di balik lukisan The Last Supper dan museum Louvre, yang banyak menyinggung ajaran Kristiani.

Howard juga menghilangkan beberapa plot penting yang terdapat di novel, misalnya hubungan Paus sebelumnya dengan Camerlengo Patrick McKenna (Ewan McGregor), ikut masuknya Langdon bersama McKenna ke dalam helikopter yang membawa antimateri, dan malah dibiarkan hidupnya Uskup Baggia sebagai petunjuk hidup El Segno berikutnya.

Oleh karena bermain amannya itu, saya rasa filmnya jadi hambar. Apalagi motif sang mastermind (dalang utama) dari semua kekacauan di Vatikan ini cukup dangkal, in my humble opinion. Sang dalang berkata bahwa dia tidak mau Tuhan kehilangan ketuhanan-Nya ketika keberadaan-Nya dapat dibuktikan dengan sains oleh Bapa Silvano, seorang pastor sekaligus ilmuan fisika senior di CERN yang juga sahabat Paus yang mangkat secara misterius itu.

Gara-gara kebodohan dan kepicikan seorang Camerlengo (pendamping Paus), dia tega (menyewa seorang pembunuh bayaran untuk) membunuh Sang Paus, Dr. Silvano, dan 3 preferiti, mengancam hidup ribuan nyawa tak berdosa, dan menghidupkan sekaligus memfitnah "hantu" bernama Illuminati (somehow bikin aku jadi teringat sama beberapa orang di negara antah berantah yang entah demi apa menghidupkan "hantu" lain dalam wujud serupa tapi tak sama, lalu menggunakannya untuk menjegal lawan politiknya).

Bagi yang belum baca novelnya, meskipun memiliki alur yang cepat, film ini lumayan menghibur dan mudah diikuti. Meskipun seperti yang aku sebut di atas, motif dari penjahatnya kok sepele banget. Padahal, di novel, motifnya lebih dalam, dramatis, & SANGAT SANGAT emosional. Hih, greget akutu.

Selain penghilangan motif utama sang dalang, penghilangan salah seorang tokoh sentral juga sedikit mengecewakan, seperti Dirjen CERN, Maximilian Kohler, seorang fisikawan atheis berwatak dingin, yang seharusnya membuka kedok si dalang, malah diganti perannya dengan Kolonel Richter, pentolan Garda Swiss yang karakternya kok rada-rada 'nganu' (sedikit mengingatkanku pada karakter Seymour Simmons di film Transformers).

Kegregetan ini agak terobati dengan sinematografi filmnya yang ciamik dan pencahayaan yang bagus. Love it.

Ending film ini cukup memuaskan, si dalang mengakhiri nyawanya dgn ritual self-immolation (membakar diri sendiri). Hih, dasar manusia sok suci. Sok pemegang kunci surga. Cara matinya pun ia kira bisa mengantarkannya mendapat penebusan dosa dari Tuhannya.

Dan saya sangat suka final statement dari Camerlengo yang baru, Kardinal Strauss, yang akhirnya meminjamkan buku Diagramma Della Veritas kepada Langdon supaya dia bisa menyelesaikan buku mengenai penelitiannya.

Strauss berpesan agar Langdon menulis tentang gereja dengan lemah lembut, karena, kata Strauss, manusia itu penuh dengan kesalahan, termasuk manusia yang ini (menunjuk dirinya sendiri). Ah, Paus baru yang memiliki kebesaran hati ini membuat dadaku berdesir seketika.

Adem kan, ya, melihat tokoh sains dengan tokoh agama berdampingan, saling mengakui kelemahan masing-masing, tidak merasa paling superior, dan malah saling menjembatani pandangan yang berbeda tentang keberadaan Tuhan, bukannya malah dijadikan gap yang memisahkan atau sbg bahan hujatan, atau bahkan yang terparah sampai saling menyerang dan menghabisi satu sama lain.

Damai itu bisa dicapai ketika kita mau membuka mata dan hati lebih lebar lagi, alih-alih merasa mau berkuasa dan menang sendiri.

Trivia:

Jika baru-baru ini kita mendengar ceramah seorang ustaz di youtube mengatakan bahwa virus corona adalah buatan Illuminati, maka jika kamu membaca novel ini, kamu akan tahu Illuminati itu apa. Novel yang memiliki referensi ilmiah ini mengatakan bahwa Illuminati adalah perkumpulan atau organisasi rahasia di mana anggotanya kebanyakan adalah ilmuwan dan seniman, Galileo Galilei ditengarai sebagai salah satu tokoh sentralnya. Di masa lalu, anggota Illuminati dibenci dan diburu gereja karena temuan mereka dalam bidang pengetahuan dianggap menentang doktrin gereja di masa lalu. Sekarang, organisasi ini sudah tidak ada lagi.

***

Tebing Tinggi, 01 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Yap benar, banyak yg salah persepsi dgn pengertian illuminati

02 Apr
Balas

Akibat malas baca. Hihihi.

02 Apr



search

New Post