H-996 Gurusiana

Hari ini banyak pecinta bola di tanah air yang hatinya kecewa, setelah kekalahan telak sepak bola Indonesia lawan Korea Utara., 0-6.

Banyak hujatan kepada para pemain yang sebenarnya sudah berjuang mati-matian di lapangan hijau. Namun penonton memang biasanya lebih pintar dalam memberikan pendapatnya. Seolah dirinya sebagai pemain dan juga pelatih hebat.

Yang jadi bulan-bulanan pastinya pelatih. Dihujat oleh berbagai kalangan karena dianggap penentu cantik tidaknya aksi para pemain.

Sekecewa itukah penonton. Hingga berbagai komentar negatif dialamatkan kepadanya.

Saya bukan pemerhati olahraga sepak bola. Namun secara kebetulan, saat permainan sepak bola Indonesia dan Korea Utara, di rumah sedang ada tamu yang sama-sama menonton. Di belakang rumah juga digelar nonton bareng. Tiba-tiba saja suasana riuh menjadi sepi, saat gawang kiper Indonesia dapat dibobol pemain lawan secara bertubi-tubi. Enam gol. Cukup membuat para pemain mati kutu, dan para pecinta bola tak mampu menahan gejolak emosinya. Menghujat, mengutuk, memaki, seolah kemenangan itu mutlak miliknya.

Yang harus dipahami adalah bahwa, setiap pertandingan itu mengandung dua konsekuensi. Menang dan kalah. Tidak mungkin selamanya menang. Atau selamanya kalah. Jadi Jagan terlalu jumawa ketika menang. Dan jangan terpuruk di saat kalah. Jadilah kesatria. Yang selalu bersyukur di saat menang. Dan bangkit segera di saat kalah. Agar apapun yang disuguhkan para pemain, akan diterima penggemarnya secara lapang dada.

***

Cilegon, 15042025