Sholih VS Mushlih
Sholih VS Mushlih
Ketika seorang mendoakan putra atau putrinya, dia selalu mendoakan semoga menjadi anak yang sholih atau sholihah. Sangat jarang kita jumpai doa untuk anaknya “semoga menjadi orang mushlih dan mushlihah”. Manakah yang lebih baik? Sholih atau Mushlih? Sholihah atau mushlihah?
Kedua kata tersebut mempunyai makna yang baik, tetapi muslih lebih baik daripada sholih. Mengapa? Sholih mempunyai makna baik. Orang yang sholih adalah orang yang baik, tetapi kebaikan orang sholih terbatas untuk dirinya sendiri. Biasanya orang yang sholih sangat disenangi oleh banyak orang, karena dia santun dalam berbudi dan berucap.
Mushlih mempunyai makna melakukan perbaikan. Orang yang mushlih adalah orang yang melakukan perbaikan menuju kebaikan. Kebaikan orang mushlih tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain, untuk banyak orang. Orang mushlih belum tentu disukai banyak orang, dia mungkin juga dibenci oleh banyak orang bukan karena dia tidak baik, tetapi karena tindakannya dalam melakukan perbaikan menuju kebaikan agar menjadi orang-orang yang terbaik.
Hal ini sesuai dengan apa yang pernah dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika Beliau belum menjadi utusan Allah, Beliau sangat disukai banyak orang karena Beliau adalah orang yang sangat baik, tetapi setelah menjadi Rosul Allah, banyak sekali orang yang membenci dan memusuhinya. Hampir semua orang Mekkah membenci dan memusuhi, karena ajakannya dan seruannya menuju perbaikan akhlak dan akidah. Nabi diutus untuk melakukan perbaikan menuju kebaikan terutama perbaikan akhlak, sehingga umatnya dapat meraih yang terbaik di kehidupan dunia dan akhirat.
Kita sebagai guru hendak juga menjadi orang yang sholih sekaligus mushlih. Guru menurut orang jawa “digugu lan ditiru” artinya guru merupakan panutan yang patut diteladani, sehingga seorang guru harus merupakan orang yang sholih. Guru bertugas mendidik, mengajar dan mengasuh, sehingga guru juga harus menjadi orang yang mushlih, melakukan perbaikan agar peserta didik menuju kebaikan dan akhirnya menjadi generasi penerus yang terbaik. Kurikulum 2013 menekankan tentang pembentukan karakter pada peserta didik. Pembentukan karakter ini dapat ditanamkan oleh guru kepada siswa, jika guru seorang yang sholih dan mushlih maka Ia akan mampu melakukan perbaikan sehingga membentuk karakter peserta didik yang lebih baik.
Jadi jangan hanya menjadi orang sholih saja, tetapi jadilah seorang yang mushlih juga. Lakukan perbaikan, menuju kebaikan, untuk meraih yang terbaik.
#Edisi refleksi diri setelah mendengar ceramah#
Cikfat.15.08.2018
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah tambahan ilmu yang bermanfaat
Subhanallah, ulasan yang mantafffff. Semoga kita semua termasu orang yang sholih sekaligus mushlih...njih bu guru? Jazakumullah khoiron katsiro. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah...bu.
Aamiin........ Barakallah Bunda Raihana
Jazakumullah khoiron katsiro atas ulasannya...sangat menginspirasi...