(94)

Guru Ngaji

Masa karantina menginjak hari ke-30.

Pas sebulan penuh aku membersamai anak-anakku. Mulai dari bangun di pagi hari sampai tidur malam.

Pagi diawali membangunkan untuk shalat Shubuh. Hal ini sudah biasa. Yang tak biasa, aku harus mendampingi aktivitas berikutnya. Zikir pagi kira-kira setengah jam, dilanjut murojaah hafalan, menghafal ayat baru, dan membaca Iqro. Total waktu dibutuhkan tiga jam. Pukul sembilan pagi mereka sudah mengantuk lagi.

"Ummi, aku ngantuk," kata si kembar sambil menguap. Tak lama yang satu sudah terlelap.

Padahal mereka harus belajar untuk mata pelajaran tematik dan yang lainnya.

Baiklah.

Kita istirahat dulu ya, Nak.

Alhamdulillah ustadzah membolehkan aku nego masalah waktu. Setoran hafalan dan tilawah tak harus pagi hari.

Sesungguhnya, aku sangat bahagia karena bisa membimbing mereka belajar mengaji.

Bersyukur aku punya sedikit pengalaman mengajar TPA waktu gadis sampai anak ketiga. Berhenti setelah kelahiran si kembar yang menguras perhatian.

Kesempatan ini kupergunakan untuk memperbaiki makhroj dan tajwid saat mereka membaca. Ada kepuasan tersendiri saat ustadzah, yang dikirim Voice Note, berkomentar, "Masyaallah, sudah lancar membacanya. Boleh lanjut ya."

Anaknya yang dipuji, emaknya yang bahagia.

Kan capek kalo remedial.

😊

Hikmah di balik musibah.

Ciluengsi, 17 April 2020

Siti Alimah Sofyan

Guru Ngaji Anak Sendiri