Hari ke-62

Wabah dan Taubat

Waktu kukecil pernah terjadi. Setiap melawan ibu, terjadi sesuatu padaku.

Kadang tersandung batu.

Kadang tertusuk sesuatu.

"Kenapa, ya?" pikiran bocahku bertanya.

Lalu Bu Guru berkata, "Setiap kalian berbuat dosa, Allah siapkan hukuman. Maka mohonlah ampun atas kesalahan."

"Ih, ngeri."

Rupanya Allah sayang padaku.

Dia ingin mengingatkanku.

Sejak itu, jadi lebih hati-hati.

Tapi perbuatan dosa selalu menggoda. Dibuat indah oleh syetan durjana.

Berkali bertaubat.

Berkali berbuat.

Rasanya tak layak jadi penghuni surga abadi.

Lalu kutanya Pak Ustadz.

"Bagaimana bila selalu berbuat jahat, tapi di akhir hidup ingin bertaubat?"

Pak Ustadz pun berkisah.

Tentang pendosa pembunuh 99 manusia.

Saat ingin memperbaiki diri, dicela oleh seorang berilmu.

Maka genap 100 terbunuh karena amarahnya.

"Jauhi kaummu,"seseorang memberi saran. Maka si pendosa hijrah menuju pertaubatan.

Sayang disayang, pendosa bertemu malaikat pencabut nyawa sebelum tiba hajatnya.

Maka malaikat berselisih, ke mana jalan dipilih.

Kembali ke tempat nista atau tempat bertaubatnya.

Ternyata, hanya lebih sejengkal beda jarak tempuhnya. Jenazah si pendosa mendekati tempat hijrahnya.

Maka dia pun masuk surga tanpa amalan apa-apa.

Kisah ini membuatku yakin, bahwa Allah menilai kesungguhan kita dalam menempuh jalan-Nya.

Jika ada duri di perjalanan, atau terpeleset pada kesesatan, segeralah cari jalan kebenaran.

Karena Allah Maha Penerima Taubat selalu memberi kesempatan.

Bisa jadi wabah ini adalah bukti nyata.

Bahwa Dia menyayangi kita.

Memberi kesempatan bertaubat, sebelum ajal tiba.

Mungkin dengan taubat kita, musibah ini mereda.

Astaghfirullah wa atuubu ilaih.

Cileungsi, 16 Maret 2020

Pukul 00.20 WIB.

Siti Alimah Sofyan

Seorang pendosa yang tak putus asa pada rahmat-Nya.