#H29

By Dias Toeti

Tinggal hitungan hari, usiaku genap dua puluh tahun. Tepatnya sembilan hari lagi. Iya, aku lahir pada tahun dua ribu, dua minggu setelah hari pahlawan.

Dua puluh tahun itu usia yang sudah tidak bisa dibilang remaja lagi. Bahkan mungkin bisa dikatakan usia pra nikah. Itu sekarang. Dulu, eyang putriku saja belum ada dua puluh sudah hampir melahirkan anaknya yang pertama. Ketika itu ia juga sudah bekerja menjadi guru dengan status pegawai negeri golongan dua. Kalau aku, saat ini malah baru masuk kuliah semester satu.

Namun, tidak masalah. Toh, pencapaian hidup tiap orang memang tidak sama. Lalu apa pencapaianku di usiaku yang kedua puluh ini? Alhamdulillah, atas izin Allah, sampai bulan Mei tahun ini aku berhasil menyetorkan hafalan sebanyak 30 juz.

Yah, aku berharap dari pencapaianku itu, Allah senantiasa membimbingku di dalam menjaga hafalan demi hafalan. Hingga ajal menjemputku. Selain itu, harapan besarku ayat-ayat yang telah kuhafalkan ini tidak hanya bermanfaat bagi diriku sendiri, tapi juga bagi orang lain. Dan kelak di alam keabadian, supaya aku dapat memakaikan mahkota dan jubah untuk kedua orang tuaku.

Barangkali hanya itulah yang dapat kupersembahkan untuk membalas kebaikan kedua orangtuaku atas semua jerih payahnya. Selama bertahun-tahun mereka telah mendidik, menjaga, melindungi dan mengayomiku. Malahan sampai detik ini, mereka tetap memperhatikan serta menyayangiku.

Tentu tidak anak yang bercita-cita menjadi anak durhaka. Semua anak berkeinginan menjadi anak yang salih atau salihah. Begitu pula aku. Aku berusaha untuk selalu mematuhi perintah orang tuaku. Tidak menyakiti hati mereka. Selalu berbuat baik kepada mereka. Berupaya menyenangkan hati mereka. Dan tidak menyusahkan atau membandel terhadap keduanya.

Apalagi jika mengingat cerita ibuku tentang proses kelahiranku yang begitu menegangkan. Rasanya tidak tega untuk membandel kepadanya.

Bersambung…

Grobogan, 16-11-2020