Sinta Dewi Sekarwati

Seorang guru Biologi SMAN 7 Depok yang ingin belajar menulis untuk menuangkan pikiran atau ide yang berkeliaran di kepala, siapa tahu bisa bermanfaat bagi orang...

Selengkapnya
Navigasi Web

Masa Remaja (lanjutan)

Kesibukan pun berlanjut.

Kalau sibuk mengajar itu biasa, karena memang itu pekerjaan saya sebagai guru. Kesibukan yang saya maksud adalah mendengarkan curahan hati para siswa saat jam istirahat.

Istirahat pertama, setelah bubar para siswa kelas X MIPA dari ruang lab Biologi, seperti kemaren tiba-tiba muncul wajah sumringah beberapa siswa putra-putri kelas XI MIPA dengan membawa ceritanya masing-masing. Aiiiih senangnya menyimak mereka bercerita berbagai hal, cerita lucu, cerita kesal, cerita asmara, cerita cita-cita, dan berbagai cerita lainnya. Kadang kami terlibat pembicaraan serius, kadang pula becanda, sampai terbahak-bahak. Pembicaraan berakhir karena saya makan dulu, mereka dengan santun pamit memberi ruang kepada saya untuk makan. Padahal saya masih memberikan waktu untuk mereka.

"Ngak aah, Bu. Biar Ibu makan dulu, kami tak mau mengganggu!" Sahut mereka. "Kami mau ke kantin juga!" Ketika saya selesai makan mereka kembali dari kantin datang hanya untuk pamit mau kembali ke kelas. Terlihat mereka masih ingin bercerita, tetapi sudah waktunya belajar materi berikutnya.

Bel istirahat kedua pun berbunyi, tiba-tiba dengan tergesa-gesa berhamburan dari pintu masuk para siswi kelas X MIPA. "Aaaah giliran kami sekarang! Abisnya kemaren kita ngak sempat bercerita kepada Ibu. Sudah duluan kakak kelas XI MIPA yang ada di ruangan dengan Ibu. Kami intip kan, Bu!" kata mereka dengan antusias siap bercerita.

Terlihat wajah-wajah anak remaja yang bahagia, karena mereka punya waktu untuk bercerita. Tak terasa obrolan kami memakan waktu lama, saya pun kaget. "Lho kalian tidak masuk kelas? Ini waktunya sudah hampir lewat satu jam pembelajaran!?!" Saya tak menyadarinya karena tak ada jam mengajar setelah istirahat kedua. "Gak apa-apa, Bu. Tadi sudah selesai belajarnya, jadi bebas satu jam pembelajaran berikutnya". Begitu mereka menjawab keherananku. Dalam hati, "ok, baiklah, nak! Lanjutkan ceritamu, Ibu siap mendengarkan". Mereka pun melanjutkan bercerita, sama seperti kakak kelasnya, segala hal diceritakan. Dan saya pun mendengarkan ceritanya dengan seksama, sambil menyelami kepribadian mereka masing-masing. Guru tak cukup hanya mempunyai kemampuan secara akademik walaupun unggul, tetapi guru dituntut untuk memahami tumbuh dan kembang para siswanya.

Usia remaja rentan pengaruh dari lingkungan sekelilingnya. Pengaruh positif, mereka akan sukses. Sebaliknya pengaruh negatif, mereka akan terpuruk. Remaja memiliki jiwa yang labil, masih mencari jati dirinya. Mereka membutuhkan role model yang tepat untuk mendukung cita-citanya di masa depan.

Profesi guru ini menguntungkan sebenarnya, dengan karakter para siswa remaja ini guru dapat mencetak generasi muda berkualitas, karena banyak dari mereka membutuhkan arahan positif dari orang yang dapat dipercaya serta nyaman untuk diajak bicara. Beruntunglah kita sebagai guru apabila dapat dipercaya dan terpilih sebagai orang yang bikin nyaman para remaja ini bercerita.

Dengan demikian, walaupun sekarang gencar pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam dunia pendidikan namun sama sekali tidaklah akan mampu menggantikan peran Guru.

Tantangan Hari ke-8

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post