Dikritik orang? Duh ga mau deh. Sakit? pasti. Marah? Pasti. Itulah dulu. Saya paling anti di kritik. Ketika ada yang coba-coba memgkritik saya, maka saya akan menjauhi orang tersebut. Sok bener tu orang ya? Kok mudah aja kritik orang. Emangnya dia paling benar? Demikian hati ini bicara.

Namun pada.suatu hari, ada seorang teman yang berhasil mengkritik perilaku ku. Dia menyampaikan kepadaku jangan berlebihan dalam bercerita pada orang lain. Jangan berlebihan dalam menceritakan kesedihan diri atau kesulitan diri pada orang-orang. Karena belum tentu orang-orang yang kamu ceritakan tersebut akan percaya dan tidak akan menceritakan lagi ke orang lain lagi. Adukan semua cukup sama Allah saja.

Deg. Aku kaget. Dan herannya aku tidak marah dengan teman tersebut padahal dia baru menjadi temanku. Malah membuat diriku merenungi apa yang dia katakan.

Saat dia berkata menyuruhku berhenti bercerita dengan orang-orang, aku sempat berpikir apa hak dia melarang-larangku untuk bercerita oada orang lain. Namun ketika dia menyampaikan tentang diriku menjadi omongan orang-orang yang tempat aku bercerita tersebut. Aku kaget luar biasa. Sedih dan kecewa hati ini.

Sejak saat itu, aku menjadi hati-hati dalam bercerita tentang apa saja terutama tentang diriku sendiri. Dan sejak saat itu juga aku baru menyadari rasanya dikritik yang positif. Bahwa tidak semua kritikan itu jelek tapi ada kritik yang membuat diri kita meniadi lebih baik.

Dan teman yang baik, adalah teman yang tulus dalam memberi kritikan. Dia memberikan kritikan karena ingin kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Jakarta, 27012020

Pukul. 23.52

#tantanganharikedua

#tantanganGurusiana