Sifreni Mira Yusiana

Hello,... I am a four kiddos Mommy. I live in Pasirian Lumajang East Java. I teach English in secondary school, SMPN I Pasirian. Do you want to know me mo...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sang Pembangun Peradaban

Sang Pembangun Peradaban

Begitu pentingnya kedudukan dan peran wanita di dalam semua lini kehidupan ini, sehingga sampai ada ungkapan bahwa wanita adalah 'tiang' negara. Bukan jendela dan bukan pintu. Terbayang bukan andai tiang suatu bangunan rusak dan ambruk. Semua pasti akan berantakan tak bisa diselamatkan.

Pada jaman dahulu melahirkan seorang bayi perempuan adalah sebuah aib dan kehinaan yang harus segera dilenyapkan kehadirannya dari muka bumi. Perbuatan kaum kuffar pada jaman jahiliah ini diabadikan dalam QS. An-Nahl 56 وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِٱلْأُنثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُۥ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Tapi kemudian datang Islam yang merubah pemikiran jahil tersebut, مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ، وَأَطْعَمَهُنَّ، وَسَقَاهُنَّ، وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Siapa yang memiliki 3 anak perempuan, lalu dia bersabar, memberinya makan, minum, dan pakaian dari hasil usahanya, maka semuanya akan menjadi tameng dari neraka pada hari kiamat. (HR. Ahmad 17403, Ibnu Majah 3669, dan dishahihkan Syuaib al-Arnaut)

Dilahirkan menjadi wanita adalah suatu anugerah yang harus dijaga. Ada amanah yang harus ditunaikan, karena dari rahim wanita akan lahir generasi penerus bangsa. Karena wanita adalah pondasi peradaban suatu bangsa. Mau bagaimana dan seperti apa bangsa ini berawal dari sang "madrasatul ula" yaitu cara Ibu dan keluarga mendidik anak-anaknya. Untuk menjaga keberlangsungan generasi Rabbani yang cemerlang maka yang tak kalah pentingnya adalah mempersiapkan para wanitanya baik lahir dan batin. Memperhatikan dan mengontrol asupan makanan yang akan dikonsumsi, menghindari makanan dan minuman instans, mengkonsumsi sayuran buah, protein dan lemak secara seimbang sehingga kesehatan fisik mereka akan terjaga. Menjaga kebersihan dan kesehatan raga. Sehingga pada saatnya nanti fisik dan alat reproduksi dalam keadaan siap dan matang. Memberi pendidikan yang baik juga poin utama yang harus diperhatikan. Menjadi seorang wanita itu harus pandai. Pendidikan tidak hanya diperuntukkan bagi kaum pria. Menuntut ilmu wajib hukumnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ .مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim dan Muslimah.

Sebagai 'madrastul ulaa'/ sekolah pertama bagi anak, proses pendidikan tidak hanya terjadi ketika anak sudah dilahirkan. Pendidikan anak telah dimulai ketika janin masih dalam kandungan melalui suara , kebiasaan ibu dan interaksi orang terdekat di sekitarnya, yang telah bisa dirasakannya melalui indera pendengaran. Apalah jadinya seorang anak ketika sang ibu tidak mempunyai dasar pendidikan yang baik dalam pengasuhan anak.

Ibu dan keluarga adalah pusat peradaban suatu bangsa.

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” Hadist tersebut di atas menjelaskan begitu pentingnya peran ibu dan ayah dalam menentukan masa depan seorang anak. Jika ibu mendidik anak dengan tauladan dan karakter mulia berdasarkan tuntunan agama Islam, maka akan tumbuh muslim/muslimah beradab dan berakhlak mulia. Sebaliknya jika ibu meremehkan dan mengabaikan pendidikan anak-anaknya, maka akan tumbuh anak muda yang bermental lemah dan berakhlak rendah.

Seorang ibu bukan hanya sebagai pendidik tapi juga sebagai motivator. Dikisahkan pada jaman Rasulullah, seorang shohabiyah, Nusaibah bin Kaab seorang shohabiyah Anshor yang disebut sebagai Perisai Rasullullah, adalah seorang ibu yang pandai memotivasi keluarganya: suami dan kedua anak lelakinya untuk berjihad di jalan Allah mengibarkan panji-panji Islam. Ketika perang Uhud mulai bergolak, beliau lecut semangat suaminya, Said, untuk bergabung dalam pasukan Rasulullah "Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang," katanya haru sambil menyerahkan sebilah pedang. Dipandanginya wajah sang istri sesaat, yang segera menghapus semua keraguan untuk terjun ke medan laga . Beberapa saat berlalu, Nusaibah menunggu dengan gelisah di rumahnya. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda yang tampaknya sangat gugup. "Ibu, salam dari Rasulullah," berkata si penunggang kuda, "Suami Ibu, Said, baru saja gugur di medan perang. Beliau syahid." Nusaibah tertunduk sebentar, "Innalillah...," gumamnya, "Suamiku telah menang perang. Terima kasih ya Allah." Setelah pemberi kabar itu, Nusaibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan, "Amar, kau lihat Ibu menangis? Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah syahid. Aku sedih karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan bagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?" Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar. "Ambilah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi." Mata Amar bersinar-sinar. "Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak tadi. Aku ragu-ragu seandainya Ibu tidak memberi peluang kepadaku untuk membela agama Allah." Putra Nusaibah yang berbadan kurus itu pun terus menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak terlihat ketakutan sedikit pun dalam wajahnya. Di hadapan Rasulullah, ia memperkenalkan diri. "Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayahku yang telah gugur." Rasulullah dengan terharu memeluk anak muda itu. "Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu." Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung hingga petang. Pagi-pagi seorang utusan pasukan Islam berangkat dari perkemahan mereka menuju ke rumah Nusaibah. Setibanya di sana, wanita yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita. "Ada kabar apakah gerangannya?" serunya gementar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, "Apakah anakku gugur?" Utusan itu menunduk sedih, "Betul…." Meremang bulu tengkuknya. "Hai utusan," ujarnya, "Kausaksikan sendiri aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diri yang tua ini. Untuk itu, izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang." (101Sahabat Nabi, 2002, Hepi Andi Bastoni)

Ibu adalah pejuang Kisah Hajar, istri nabi Ibrahim as, adalah contoh bagaimana gigihnya perjuangan seorang ibu dalam memenuhi kebutuhan anaknya. Atas kehendak Allah, tak lama setelah Hajar dan Ismail ditinggal nabi Ibrahim as di tengah padang pasir yang tandus, sang putra, Ismail menangis kehausan. Hajar segera berlari mencari air ke sana ke mari, naik turun menerobos terik matahari antara bukit Shafa dan Marwah yang tandus gersang berbatuan selama tujuh kali putaran. Usaha dan perjuangan telah dilakukannya demi memenuhi kebutuhan anaknya. Tapi usahanya tidak membuahkan hasil. Sebagai seorang ibu yang beriman, dia akhirnya pasrah dan berharap hanya kepada pertolongan Allah semata. Hingga akhirnya tiba-tiba dia melihat air memancar dari tanah tempat kaki Ismail memukul. Peristiwa yang kemudian diabadikan sebagai rukun haji ini mengandung banyak ibroh, salah satunya adalah betapa besar perjuangan dan pengorbanan seorang ibu demi anaknya.

Ibu adalah guru Kisah Thomas Alfa Edison (dalam buku kisah bidadari-bidadari hebat oleh Abdul Syukur) cukup mewakili bagaimana peran ibu sebagai guru dan pendidik. Dilahirkan sebagai anak yang biasa saja. Di sekolahnya, Thomas Alfa Edison termasuk anak yang dianggap bodoh karena selalu mendapatkan nilai yang buruk. Sehingga sekolahnya harus mengeluarkan dia. Sang ibu, Nancy Matthews Edison, pantang menyerah atas tuduhan negatif pihak sekolah kepada anaknya. Dia bertekad untuk mendidik dan mengajari putranya sendiri di rumah. Hal inilah yang telah menjadikan Thomas Alva Edison sebagai orang yang percaya bahwa dirinya berarti. Nancy mampu memulihkan kepercayaan diri Thomas Alva Edison, dan hal itu mungkin sangat besar baginya. Siapa yang menyangka jika dikemudian hari ternyata sang anak menjadi Thomas Alva Edison seperti yang kita tahu saat ini. Ia adalah salah satu innovator terbesar yang diingat sejarah. Ia hanya bersekolah sekitar 3 tahun, dan secara fisik agak tuli, namun itu tidak menjadi penghalang untuk terus berprestasi. Ia menjadi founder lebih dari 14 perusahaan besar yang salah satu di antaranya bernama General Electric, salah saut perusahaan public terbesar di dunia. Atas semua peran besar yang dilakukan oleh sang ibu, Thomas Alva Edison pernah berkata “Ibu membuat saya seperti sekarang. Ia memahami Saya dan mendorong Saya mempelajari banyak hal sehingga saya menemukan bidang yang benar-benar saya minati dan berhasil dikembangkan”.Masih banyak kisah yang menceritakan peran strategis seorang ibu dan wanita dalam mendidik anak-anaknya. Sehingga mengutamakan pendidikan agama pada wanita adalah mutlak. Demi terbangunnya peradaban yang cemerlang di masa mendatang. Karena keberhasilan suatu kaum atau bangsa itu diawali dari keberhasilan seorang ibu mendidik anak-anaknya dalam keluarga kecilnya.

(Wallahu a'lam bisshowwaab)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post